SilverPush: Masa Depan Pemasaran Digital Menggunakan Teknologi Kecerdasan Buatan
Pemasaran berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence marketing) adalah metode pemasaran dengan memanfaatkan data pelanggan dan konsep teknologi kecerdasan buatan, seperti mesin pembelajaran. Metode ini dipakai untuk meninjau karakteristik serta menerka langkah konsumsi pelanggan. Dengan demikian, tenaga pemasar menjadi memiliki gambaran utuh mengenai target pasar mereka.
Evolusi teknologi data berukuran besar atau big data menjadi latar belakang kemunculan pemasaran berbasis teknologi kecerdasan buatan.
Dalam laporan riset Juni 2016, perusahaan multinasional di bidang konsultan hubungan masyarakat Weber Shandwick menyebutkan, tujuh dari sepuluh Chief Marketing Officer (CMO) perusahaan dunia telah memiliki perencanaan bisnis khusus menyambut era teknologi kecerdasan buatan. Enam dari sepuluh CMO percaya bahwa perusahaan membutuhkan teknologi itu agar bisa berdaya saing. Sekitar 55 persen dari CMO memperkirakan, teknologi kecerdasan buatan memiliki dampak lebih besar terhadap pemasaran dan komunikasi dibanding kehadiran media sosial semata.
Kompas bertemu dengan Kartik Mehta selaku Chief Revenue Officer SilverPush, pekan lalu, di Jakarta. SilverPush merupakan penyedia platform teknologi pemasaran berbasis kecerdasan buatan khusus pada iklan multilayar. Platform teknologi perusahaan ini membantu pemilik merek produk untuk memaksimalkan kedekatan dengan konsumen mereka.
Kami berbincang mengenai perkembangan perusahaan hingga kondisi terkini pemasaran berbasis teknologi kecerdasan buatan. Berikut petikan pembicaraannya:
Kompas (K) : Apa latar belakang SilverPush didirikan?
Kartik Mehta (KM) : Masalah terbesar yang dialami tenaga pemasaran saat ini adalah multilayar. Jika Anda memperhatikan kehidupan manusia lima tahun terakhir, Anda akan menemukan kebiasaan multilayar. Anda sendiri tentu mengalaminya. Kita pergi menonton televisi di rumah. Pada saat bersamaan, kita menggenggam perangkat komunikasi bergerak yang tujuannya adalah memudahkan kita mengakses internet untuk segala keperluan, mulai dari media sosial, bermain gim, hingga menyelesaikan tugas pekerjaan kantor. Perangkat komunikasi bergerak yang saya maksud di sini bisa berupa ponsel pintar.
Pemilik merek beserta tenaga pemasarannya sudah cukup banyak mengeluarkan ongkos beriklan di televisi. Akan tetapi, kultur multilayar membuat mereka kehilangan uang, nilai produk, serta atensi konsumen terhadap produk mereka. Bagaimana tidak? Pada saat iklan diputar di televisi, konsumen justru mengalihkan perhatian ke internet di perangkat komunikasi bergerak mereka.
SilverPush beroperasi sejak lima tahun lalu. Pada mulanya, SilverPush hanya beroperasi di India. Kini, SilverPush telah menjangkau pasar di 12 negara. Enam negara di kawasan ASEAN, Jepang, India, Mesir, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, Tanzania, dan Ghana. Saya baru bergabung satu setengah tahun terakhir dan hampir bersamaan dengan ekspansi internasional SilverPush.
(K) : Bagaimana teknologi SilverPush bekerja?
(KM): Teknologi kami dinamakan Live TV Sync. Melalui solusi ini, pemilik merek dapat menjangkau konsumen mereka pada saat pemutaraan iklan tayangan televisi bersamaan dengan pendistribusian konten iklan digital di media sosial.
Ketika iklan produk muncul di tantangan televisi, sistem Live TV Sync langsung bekerja mendeteksi jenis iklan produk, lalu tidak lama sistem menyebarkan konten iklan digital produk yang sama ke layanan internet yang sedang diakses konsumen melalui perangkat komunikasi bergeraknya. Waktu tunda hanya dua detik.
(K) : Apakah itu artinya SilverPush menanamkan Live TV Sync pada perangkat televisi dan perangkat komunikasi bergerak milik konsumen?
(KM) : Live TV Sync bekerja menggunakan teknologi kecerdasan buatan. Kami tentu sangat memahami isu perlindungan data pribadi. Kami menaruh perhatian pada hak privasi setiap individu. Itulah sebabnya kami tidak menanamkan Live TV Sync, baik di perangkat televisi maupun perangkat komunikasi bergerak milik konsumen.
Teknologi kami memungkinkan ada hubungan antara platform televisi dengan sejumlah platform media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram. Kami menggunakan data-data target konsumen milik pemilik merek, stasiun televisi, dan data publik tentang pengguna yang dimiliki penyedia platform media sosial. Jadi, SilverPush bermitra dengan stasiun televisi dan penyedia platform media sosial.
(K) : Sejauh ini siapa klien SilverPush?
(KM) : Pemilik merek lokal dan multinasional. Misalnya, Kalbe, Unilever, Indofood, Nestle, dan P&G. Melalui metode pemasaran berbasis teknologi kecerdasan buatan, mereka dan tentunya kami percaya, urusan mendekatkan merek dengan konsumen semakin mudah, memantau karakteristik serta perjalanan konsumen pun begitu. Hal terpenting yaitu ongkos pemasaran bisa ditekan. Segmentasi konsumen menjadi lebih jelas terkelola.
Di kalangan pengusaha konvensional seperti klien-klien yang sudah saya sebutkan tadi, ada kekhawatiran terhadap ketidakmampuan menjangkau konsumen di era digital. Apalagi, mereka juga dihadapkan pada kenyataan lahir merek-merek baru yang lebih fasih terhadap pemasaran digital Keberadaan teknologi SilverPush berusaha mengikis kekhawatiran pemain tradisional tersebut.
(K) : Banyak pihak mengatakan, porsi belanja iklan digital masih kecil. Bagaimana pendapat Anda?
(KM) : Dari sisi pertumbuhan belanja, iklan digital tumbuh semakin tinggi. Setiap tahun, pemilik merek menambah nilai belanja iklan mereka ke platform digital. Dilihat dari sisi nilai, iklan di televisi masih lebih besar. Akan tetapi, saya rasa semua pemilik merek di dunia sudah semakin sadar tentang tren kebiasaan multilayar dan digital. Saya baru saja pulang menghadiri IBC Conference 2018 di Amsterdam, Belanda. Dalam acara tersebut, diskusi mengenai beriklan di aplikasi internet video atau biasa disebut OTT Video On Demand, seperti Netflix, Hulu, dan Viu, menggema. Pembicaraan hangat juga menyangkut masa depan pemasaran berbasis teknologi kecerdasan buatan.
(K): Bagaimana pendapat Anda tentang beriklan di media cetak konvensional, seperti koran? Atau, menurut Anda sejauh mana pemilik merek melirik bentuk media massa konvensional dan media massa daring?
(KM) : Ada kesadaran pemilik media massa konvensional mengenai pergeseran kebiasaaan membaca informasi dan berita ke arah media massa digital. Kesadaran itu, menurut pengamatan saya, telah diwujudkan dengan cara menghadirkan platform digital. Kini, tinggal bagaimana pemilik media paham strategi pemasarannya, misalnya mengadopsi teknologi digital tertentu untuk memikat pembaca.
(K) : Selain Live TV Sync, apa saja inovasi SilverPush yang sedang dan akan dibuat, tentunya masih berbasis teknologi kecerdasan buatan?
(KM) : Pemasaran berbasis ekspresi konsumen. Sebagai gambaran, pada saat menonton tayangan pertandingan sepak bola di televisi, lalu kejadian bola masuk dalam gawang, dan penonton mengeluarkan ekspresi muka senang. Teknologi kecerdasan buatan sebenarnya mampu mendeteksi atau mengenali ekspresi itu, kemudian dihubungkan langsung dengan konten iklan produk yang sesuai.