Kembangkan Usaha Rintisan, Siam Cement Group Siapkan 85 Juta Dollar AS
Oleh
ADHI KUSUMAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan semen dan bangunan asal Thailand, Siam Cement Group, berkomitmen mengembangkan usaha rintisan di Indonesia dan Asia dengan menyediakan dana investasi 85 juta dollar AS. Usaha rintisan yang bergerak dalam aras business-to-business menjadi sasaran investasi ini.
Dalam diskusi media di Jakarta Selatan, Rabu (3/10/2018), Indonesia Country Director Siam Cement Group (SCG) Nantapong Chantrakul mengatakan, perusahaannya akan memperkenalkan anak perusahaannya, AddVentures, dalam Investment Forum 2018 mendatang. AddVentures adalah perusahaan yang berinvestasi pada perusahaan rintisan (start up) yang bergerak di bidang teknologi digital terutama di Asia Tenggara.
”Dalam tiga tahun terakhir, kami berfokus pada transformasi digital di lima area bisnis kami, yaitu marketplace bahan bangunan, pelantar pembayaran B2B (business-to business), logistik, beton dan mesin, serta otomatisasi bisnis dan proses manufaktur. SCG memperluas cakupan investasinya di industri digital melalui AddVentures dalam kerja bersama serta berbagi keahlian dan sumber daya,” tutur Nantapong.
Ia percaya, digitalisasi menjadi kunci perkembangan dan keberlanjutan bisnis SCG di Indonesia. Berdasarkan data Internetindo Data Centra, pada 2021, transformasi digital akan menambah 1,16 triliun dollar AS pada produk domestik bruto Asia Pasifik serta meningkatkan pertumbuhan hingga 0,8 persen per tahun. Indonesia diprediksi menjadi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan nilai pasar 130 miliar dollar AS pada 2020.
AddVentures dibentuk untuk menjembatani SCG dengan perusahaan rintisan di Asia. Managing Director AddVentures Joshua Pas mengatakan, AddVentures membentuk tiga jenis kerja sama dengan perusahaan rintisan, yaitu industrial, B2B, dan perusahaan. Kerja sama industrial mencakup manufaktur cerdas (smartmanufacturing), optimisasi rantai pasokan dan energi, serta internet of things.
Sementara itu, kerja sama perusahaan mencakup bidang kecerdasan buatan (AI), kenyataan virtual (VR), hingga teknologi sumber daya manusia. Namun, 95 persen investasi AddVentures berada pada kerja sama B2B. Bantuan ini diberikan untuk membantu perusahaan rintisan terus berkembang.
”Kurva perkembangan start up biasanya seperti stik hoki. Setelah berkembang pesat, bisnis start up akan kesulitan memperluas target pasarnya. Karena itu, kami menyediakan 85 juta dollar AS hingga 2022 untuk diinvestasikan, sedangkan jumlah yang diberikan kepada tiap perusahaan berkisar 1-5 juta dollar AS, tergantung dari kategori perusahaan. Jika kami menyukai perkembangannya, kami akan teruskan kerja sama,” kata Joshua.
Sejak dibentuk pada Juni 2017, AddVentures telah berinvestasi pada 11 perusahaan. Di antaranya ada dua perusahaan Indonesia, yakni Ralali.com, marketplace untuk barang-barang industrial, serta Dekorumah yang melayani desain dan dekorasi rumah.
”Kami juga menjual produk-produk SCG di Ralali.com. Pertumbuhan penjualan meningkat karena kami menjual produk kami pada reseller dan distributor serta langsung kepada klien,” kata Direktur PT SCG Indonesia Vikorn Phongsathorn.
Addventures juga berinvestasi pada perusahaan Singapura dan New York, ADATOS.AI, yang bergerak di AI pada bidang agrikultur.
Kerja sama dengan ketiga perusahaan tersebut dilaksanakan dalam bentuk investasi asing langsung, sedangkan kerja sama dengan perusahaan lain dilaksanakan dalam bentuk kerja sama komersial, bahkan menjadi konsumen produk-produk start up tersebut. ”Dalam setahun, kami berencana menambah 11-12 start up,” lanjut Joshua.
Fund Manager AddVentures Dusit Chairat mengatakan, kerja sama B2B memang berbeda dengan business-to-customer (B2C) sehingga keuntungan bagi perusahaan tidak dapat langsung terlihat. Namun, ia yakin, keberadaan AddVentures sebagai anak perusahaan SCG dapat mendorong perkembangan perusahaan rintisan.
”Kerja sama dengan SCG akan menopang bisnis start up dan meningkatkan kredibilitas mereka. Bahkan, kami bisa menggunakan produk-produk mereka juga,” ujar Dusit.
Ia menambahkan, tidak ada target spesifik mengenai jumlah perusahaan yang menjadi tujuan investasi hingga 2022. Karena itu, perusahaan rintisan mana pun dapat menghubungi AddVentures di Bangkok, Thailand, dan memulai penjajakan kerja sama. (KRISTIAN OKA PRASETYADI)