Mobil ini memang bukan mobil baru. PT Garuda Mataram Motor selaku agen pemegang merek Audi di Indonesia meluncurkan Audi A3 Sportback di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show 2017.
Dalam Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018, Agustus lalu, mobil ini kembali dipajang sebagai salah satu andalan pabrikan asal Ingolstadt, Jerman, itu. Dan, sosoknya masih menggoda.
Maka, tawaran menjajal hatchback premium ini, Juni lalu, langsung diterima. Kesempatan mencoba sebuah mobil yang memaksimalkan unsur kelincahan, kepraktisan, dan fun to drive tentu tak disia-siakan.
Sebagai informasi awal, mobil ini bisa dikatakan sebagai pintu gerbang para calon pencinta Audi. Dengan harga Rp 665 juta (on the road DKI Jakarta), Audi A3 Sportback ini adalah mobil termurah di jajaran produk berlambang empat cincin itu.
Varian yang masuk ke Indonesia adalah A3 Sportback 25TFSI bermesin bensin 4 silinder berkapasitas 1.2 liter (1.197 liter) yang dilengkapi turbo. Mobil mengadopsi gerak roda depan dengan transmisi kopling ganda S-Tronic 7 tingkat percepatan.
Di dalam kabin, tuas transmisi ini masih dioperasikan secara mekanik, bukan dengan sistem elektronik ala joystick. Walau terkesan sederhana dan ”kuno”, sejatinya transmisi model begini ini memberi kesenangan berkendara yang masih murni. Ada sensasi tersendiri saat tuas ditarik bertahap dari posisi P, R, N, kemudian ke D, lalu mobil digas laju.
Berbagai kesederhanaan serupa banyak ditemukan di A3 Sportback. Sebagai mobil Eropa tulen, tidak banyak pernik kecanggihan teknologi yang dicangkok pada mobil ini.
Kluster instrumen utama, misalnya, tidak menggunakan virtual cockpit seperti Audi lainnya. Tidak ada sistem blind spot monitoring yang mendeteksi obyek di titik buta kaca spion mobil. Tidak ada pula fitur navigasi di layar utama yang menyembul di atas dasbor.
Tanpa basa-basi
Saat mulai berkendara, baru disadari tak ada juga pilihan mode berkendara, semisal Eco, Sport, atau Comfort, yang sudah lazim bahkan di mobil-mobil non-Eropa. Bahkan, di unit warna kuning menyala yang Kompas coba ini, Audi dengan berani menerapkan cat bernuansa dof sebagai cat standar pabrik. Seakan sebuah pesan untuk menikmati kebersahajaan mobil demi sebuah kegembiraan tanpa polesan.
Apa wujud kegembiraan itu? Sensasi kesenangan berkendara yang menjadi ciri khas mobil-mobil Audi. Bahkan, saat mengendarai SUV terbesarnya, Audi Q7, sensasi kesenangan berkendara itu masih melekat kuat.
Apalagi, saat membawa sebuah hatchback Audi yang berdimensi kompak (panjang 4.313 mm, lebar 1.785 mm, dan tinggi 1.426 mm). Segalanya terasa presisi, tajam, dan tanpa basa-basi.
Mesin 1.2 liternya terasa sudah cukup menghadirkan kegembiraan itu dengan torsi puncak 175 Nm bisa dipetik di rentang putaran mesin 1.400-4.000 rpm. Apalagi, saat tuas transmisi digeser ke mode S dan perpindahan gigi dilakukan dengan paddle shift di balik roda setir. Kecepatan 180 km per jam masih bisa tercapai dengan mudah.
Layar monitor di atas dasbor pun bisa ”dilipat” masuk ke dasbor agar tidak mengganggu pandangan dan pengemudi bisa fokus pada pengendalian mobil yang serba asyik. Pada akhirnya, saat kita berada di balik kemudi, sensasi berkendara itulah yang dicari.... (DHF)