Bersama Kita Bisa
Tanpa diminta, masyarakat dari berbagai kalangan berinisiatif membantu, mulai dari artis, koki, karyawan, ibu rumah tangga, hingga korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat. Mereka membuka dompet, menyumbang pikiran, hingga terjun langsung ke lokasi bencana.
Puluhan dus air mineral, karung berisi pakaian, dan selimut menumpuk di depan kafe My Way di Jalan Thamrin Baru, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (4/10/2018). Interior kafe nyaris tak terlihat lagi. Di depannya terdapat spanduk bertuliskan ”Posko Bantuan Palu/Donggala Run for Indonesia”.
Demi kemanusiaan, kafe tempat bersantai dan berkumpul itu disulap menjadi posko bantuan untuk korban gempa. Pembahasan di kafe juga tak lagi didominasi soal pekerjaan kantor, cinta, atau mungkin gosip. Kata-kata seperti ”tsunami”, ”likuefaksi”, hingga ”gempa 7,4 magnitudo” tiba-tiba mengisi percakapan di kafe.
Di sela-sela percakapan, berdatangan orang-orang membawa berbagai barang bantuan ke posko yang digagas komunitas lari Run for Indonesia (RFI) Makassar ini. Dalam hitungan jam, bantuan bahan pokok, air minum, popok bayi, perlengkapan mandi, obat-obatan, dan pakaian layak pakai berdatangan. Penggalangan bantuan diumumkan melalui media sosial, seperti grup Whatsapp.
”Ada yang memberikan logistik, tenaga, hingga pengiriman bantuan,” ujar Iqbal Ardiansyah, kapten RFI Makassar.
Bantuan yang terkumpul sudah dikirim ke Palu dengan pesawat Hercules hasil akses seorang anggota RFI yang bekerja di Pangkalan Udara TNI AU Sultan Hasanuddin. Selain jalur udara, penyaluran bantuan juga via darat atas jasa ekspedisi milik anggota RFI Makassar lainnya.
RFI beranggotakan sekitar 3.000 orang di seluruh Indonesia. Hingga Kamis, sumbangan mencapai Rp 18 juta dari anggota di sejumlah kota. Di tengah rupiah melemah, donasi masyarakat justru menguat.
Sejak kejadian gempa dan tsunami Aceh 2004, Serikat Karyawan (Sekar) Telkom cepat bergerak menghimpun dana dan menyalurkan bantuan. Dua hari setelah gempa, Sekar Telkom sudah mengirimkan paket bahan pokok lewat Balikpapan. Barang itu dititipkan ke petugas teknis Telkom yang akan memperbaiki jaringan telekomunikasi di Palu. Pada 1 Oktober, Sekar Telkom mengirim bantuan berupa dua truk bahan pokok lewat jalan darat dari Makassar menuju Palu dengan pengawalan aparat TNI.
Komitmen membantu setiap korban bencana juga dimotivasi realitas bahwa dalam setiap bencana hampir selalu ada karyawan Telkom yang kena imbas. Saat ini ada sekitar 400 karyawan grup Telkom yang terdampak bencana di Palu dan sekitarnya.
”Pengurus serikat sebagian teknisi. Jadi, bisa segera turun ke lapangan tanpa ribet prosedur dan birokrasi,” kata Sekjen Sekar Telkom Abdul Karim.
Jika Telkom fokus pada perbaikan jaringan, Sekar Telkom membantu dari sisi kemanusiaan. Dalam hitungan hari, mereka mampu menghimpun dana Rp 300 juta yang pertanggungjawabannya dibuat transparan.
Selain bantuan kebutuhan hidup, Telkom juga memberi bantuan Wi-Fi gratis di 158 titik pengungsian di Palu, Donggala, Ampana, Marisa, dan Tolitoli. Tersedia pula layanan telepon gratis di 10 lokasi dan layanan khusus Wi-Fi dan telepon gratis di beberapa posko penting, seperti posko TNI/pemda/publik, posko korem, posko bandara, posko kantor wali kota, posko kantor gubernur, dan Rumah Sakit Umum Daerah Undata, Palu.
Merasa senasib, korban gempa di Lombok, khususnya di Dusun Dasan Belek dan Dusun Tenggorong, Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, menggalang bantuan untuk korban gempa dan tsunami di Palu dan sekitarnya. Warga di dua dusun itu mengumpulkan sumbangan dana dan buah pisang untuk dijual ke pasar.
”Hati kami terpanggil melihat bencana di sana lebih dahsyat. Warga berdatangan bawa pisang. Ada pula yang menyumbang uang, dari Rp 5.000 sampai Rp 100.000 per orang. Uang penjualan pisang dan sumbangan dari dua dusun mencapai Rp 12,5 juta, yang Rp 6 juta kami titipkan Kagamacare. Sisanya saya kirimkan ke beberapa teman dari sejumlah yayasan yang membuka dapur umum,” ujar Putradi, Kepala Dusun Tenggorong.
Inisiatif warga ini terungkap melalui unggahan Facebook oleh sukarelawan Kagamacare di Desa Gumantar, Mus Danang Danardono. Kagamacare yang dibentuk oleh alumni Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ini juga membuka posko di Palu dan menyalurkan bantuan hasil donasi yang dihimpun, antara lain lewat FB Kagama.
Solidaritas seniman
Solidaritas juga muncul dari musisi dan penyanyi. Konser Gala Dana 100 Biduan 100 Hits yang digelar di Lippo Mall Kemang, Jakarta, Jumat lalu, menargetkan pengumpulan dana Rp 10 miliar. Dua hari sebelum acara, panitia mengumpulkan Rp 4,8 miliar.
Konser menampilkan 100 penyanyi lintas generasi dari era 1980-an, seperti Grace Simon, Koes Hendratmo, hingga musisi milenial Teddy Adhitya dan Maudy Ayunda. Ada juga Ariel, Glenn Fredly, dan Bams. Setiap penyanyi membawakan sebuah lagu yang hits pada masanya.
Konser juga dimeriahkan penampilan Elek Yo Band yang digawangi para menteri Kabinet Kerja, seperti Basuki Hadimuljono, Hanif Dakhiri, Sri Mulyani Indrawati, Retno LP Marsudi, Puan Maharani, ditambah Triawan Munaf dan Teten Masduki. Tampil pula Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya dan penyanyi Yuni Shara.
Elek Yo Band yang membawakan tiga lagu berhasil mengumpulkan Rp 6,25 miliar. Dana itu berasal dari donasi pengusaha James Riady Rp 3 miliar, dari kopi Kapal Api Rp 1 miliar, serta hasil lelang gitar akustik milik Hanif Dakhiri Rp 1,1 miliar dan penjualan kaus Rp 150 juta.
Penghimpunan uang juga dilakukan dengan mengedarkan kotak ke pengunjung. Mereka menyumbang secara tunai ataupun transaksi nontunai menggunakan kartu. Bisa juga melalui rekening bank dan laman belanja daring seperti Tokopedia. Uang yang dihimpun disalurkan melalui Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni UI).
Konser Tanda Mata Glenn Fredly untuk Yovie Widianto juga berdonasi Rp 100 juta dari perolehan hasil konser.
Di Jakarta, konser amal juga digelar pasangan musisi Fia Fellow (34) dan Daniel Samarkand bersama Bonita & The HusBand, Gabriel Mayo, Man, Seruang, serta Duta Pamungkas. Konser berhasil mengumpulkan donasi Rp 13 juta melalui kotak amal yang diputar selama konser berlangsung. ”Kami musisi bisanya bernyanyi sambil berdonasi,” kata Fia.
Bonita & The HusBand juga menggelar konser amal di Astori Coffee, Jakarta. Di akhir konser, terkumpul donasi Rp 2.756.000.
Pengusaha kuliner yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) juga mengumpulkan bantuan. Sebagian besar berupa makanan, seperti kornet, sosis, abon, rendang, dan makanan siap santap. Sebagian bahan makanan akan diolah di dapur umum yang dibuka anggota APJI Palu. ”Kami masih cari cara untuk mengantarkan bantuan,” kata Astrid Enricka, pengurus DPP APJI.
Kepedulian sebagai sesama manusia juga menggerakkan ibu- ibu Dharma Wanita Bea dan Cukai Sulawesi Bagian Selatan.
Dekan Fakultas Kedokteran UI Ari Fahrial Syam mengatakan, penanganan mendesak yang harus dilakukan di Palu dan sekitarnya adalah pengurusan jenazah korban serta penanganan korban selamat, baik yang sakit maupun sehat, dan tinggal di pengungsian. Inilah yang mendapat prioritas bantuan.
(iki/nik/wkm/rul/doe/eki)