Warteg Makan Sehat
Mau makan enak dan sehat? Gampang. Belakangan ini masyarakat urban perkotaan punya banyak pilihan untuk memuaskan gaya hidup. Salah satunya ditawarkan Fedwell, bagian dari jejaring restoran kuliner sehat Leafwell, yang konsepnya kali ini mengusung tema ”warteg sehat”.
Menu-menu makanannya lumayan beragam. Masing-masing diolah dengan tetap mempertahankan faktor kelezatan. Hal itu disampaikan sang chef yang sekaligus pemilik bersama, Renatta Moeloek, saat peluncuran Fedwell, Rabu (26/9/2018), berlokasi di kawasan Senopati, Jakarta Selatan.
Dengan konsep warteg, pelanggan bisa memilih sendiri olahan menu makanan sehat yang tersedia di meja saji. Ada kategori karbohidrat selain nasi, seperti tabbouleh yang khas Timur Tengah, atau nasi beras merah dengan campuran biji-bijian quinoa, pasta, atau olahan ubi.
Sementara untuk kebutuhan protein hewani juga tersedia daging sapi, ikan dori, ikan salmon, daging ayam, serta telur, yang semuanya dimasak secara sehat, seperti dipanggang atau digoreng ringan, ditumis dengan hanya menggunakan minyak zaitun, atau dimasak dengan menggunakan metode sous vide.
”Jadi, misalnya, ada orang sedang diet untuk lose weight. Mereka bisa pilih menu-menu yang mungkin lebih banyak sayuran dan protein tanpa karbohidrat. Atau ada juga, misalnya, orang baru pulang ngegym dan minta menu protein tinggi. Dia bisa saja pesan tiga potong dada ayam plus lima butir telur. Bebas saja,” ujar Chef Renatta.
Renatta menambahkan, di restorannya makanan sehat tak harus berarti makanan hambar atau serba dibuat dari bahan-bahan tertentu. Menu makanan yang disediakan tetap diolah dengan memperhatikan faktor cita rasa dan kelezatan.
Selain model ”Do It Yourself Bowl” atau memilih sendiri variasi makanan yang akan dikonsumsi, pengunjung juga ditawari sejumlah paket menu signature pilihan sang chef, yang juga pastinya menyesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pelanggan.
Beberapa menu seperti ”Browser” lebih menekankan sepenuhnya pada olahan sayuran dan protein nabati. Hidangan ini, menurut Renatta, juga cocok bagi mereka kaum vegan. Sumber protein nabati di menu ini didapat dari dua kerat tempe dan tahu, yang dipanggang tanpa minyak.
Selain itu juga ditambah dengan oncom, yang diolah dengan ditambahi gochujang atau pasta cabai fermentasi ala Korea. Pesta kedelai alias ”soy party”, begitu bahan-bahan itu disebut. Juga ada tambahan salad khas Timur Tengah, tabbouleh, olahan sayuran ala Perancis, Ratatouille, serta kacang panjang yang ditumis saute. Tak lupa pula topping labu panggang.
Sensasi baru
Saat dicicipi, secara keseluruhan rasa gurih dan sedikit asin mendominasi rasa sajian paket menu Browser. Bagi mereka yang terbiasa dengan tempe atau tahu yang digoreng, sajian variasi menu ini terbilang bakal memberi semacam sensasi pengalaman baru. Saat digigit dan dikunyah, tempe dan tahu tadi tetap terasa nikmat dan sehat.
Sementara itu, dalam dua paket menu signature Fedwell lainnya, ”Don” dan ”The 1945”, Chef Renatta mencoba bereksperimen dengan menghadirkan nuansa hidangan sehat masing-masing bertema Asia Timur, dalam hal ini kuliner Jepang Donburi, serta masakan khas Indonesia, yang diwakilkan tambahan sambal matah.
Pada menu Don, keberadaan nasi putih ditukar dengan alternatif sumber karbohidrat sehat lain, nasi dari beras merah dan biji-bijian quinoa. Sementara untuk daging steik rib eye, sang chef mengolahnya dengan metode masak sous vide sebelum kemudian dipanggang hingga setengah matang (medium rare) dan siap dihidangkan.
Metode sous vide dilakukan dengan cara merebus bahan makanan. Dia diterapkan baik untuk mengolah daging-dagingan seperti ayam dan sapi maupun telur. Caranya dengan terlebih dahulu memasukkan bahan makanan tadi ke dalam kemasan kantong kedap udara lalu direbus di dalam air bersuhu sekitar 60 derajat dalam jangka waktu tertentu hingga matang.
Hasilnya daging menjadi sangat empuk dan tetap juicy. Sementara untuk telur, penampilannya seperti telur yang direbus, tetapi bagian kuning (yolk) masih seperti setengah matang dan cair. Namun, jangan khawatir, semua daging dan telur yang dimasak dengan metode ini terjamin kematangannya.
Selain telur dan daging panggang, menu Don juga dilengkapi edamame (kacang kedelai) rebus, biji jagung yang dimasak lalu diobori (torched) sehingga terasa manis dan gurih, dan bayam horenzo yang dikukus. Menu ini menjadi lebih lezat dan memiliki cita rasa unik setelah juga dibubuhi saus dressing, yang terbuat dari campuran yoghurt, kacang wijen, minyak zaitun, dan jahe, serta bumbu furikake.
Sementara itu, untuk menu The 1945, sang chef juga coba tonjolkan kekhasan masakan Indonesia, yang diwakili dengan keberadaan sambal matah. Sama seperti Don, nasi putih juga digantikan dengan beras merah dan quinoa. Tak lupa pula potongan besar wortel, yang ditumis dengan mentega, gula merah, dan bumbu masala (Masala Glazed Carrot).
”Untuk sambal matah, saya menggunakan sereh, bawang, dan cabai besar yang tidak pedas. Tujuannya agar aroma pedas cabai tetap ada, sementara rasanya tidak terlalu pedas supaya orang yang tidak suka pedas bisa ikut makan. Saya juga menggunakan organic coconut oil. Sementara daging ikan dori dimasak dengan cara steamed roast,” ujarnya.
Sajian berpenampilan cantik, sehat, dan lezat lain juga bisa didapat di menu ”The Trophy Wife”, yang pada dasarnya berupa campuran antara salad sayuran hijau dan coleslaw, tomat serta labu panggang, dan aneka jamur yang ditumis saute. Untuk protein utamanya berasal dari irisan daging salmon gravlax, yang kemudian disempurnakan dengan siraman saus lemon dan taburan kacang wijen.
Dari racikan beragam bahan tadi, hidangan The Trophy Wife terasa memberikan sensasi cita rasa yang kaya, perpaduan rasa asin gurih dari daging ikan salmon, sementara rasa asam segar didapat dari tomat panggang, sayuran serta coleslaw, yang juga masih disiram lagi dengan saus lemon.
Sementara rasa manis muncul dari olahan labu panggang dan tumis beragam jamur memberikan rasa berasap (smoky). Semua rasa berpadu menciptakan kelezatan yang unik di lidah, sementara tampilan warna-warni cerah dari merahnya tomat panggang dan irisan salmon, serta hijaunya sayuran, menambah sensasi nikmat menjadi berlipat.
Jadi, siapa bilang makanan sehat tak bisa lezat?