Mencuri Hati Kaum Muda
Batik berhasil lolos melewati tantangan demi tantangan zaman yang dilaluinya sejak ratusan tahun lalu. Pernah terpuruk dan hampir terlupakan, batik naik daun kembali seiring menguatnya kesadaran bahwa warisan budaya ini bisa saja hilang jika tidak dijaga dengan baik. Upaya menghidupkan batik perlu dilakukan terus-menerus.
Kaum muda sebagai generasi penerus pemakai batik menyedot perhatian para produsen. Produk mode yang mampu menarik minat anak muda secara kontinu terus diangkat, seperti tampak pada salah satu sesi pergelaran Plaza Indonesia Men’s Fashion Week, akhir September lalu.
Parang Kencana mengambil tema ”Torero”. Ini terinspirasi dari tradisi matador di Spanyol. Penampilan seorang torero selalu tampak rapi dan bergaya dengan kostum penuh renda dan potongan pas badan. Meski berhadapan dengan seekor banteng, seorang torero menyadari betul bahwa dia adalah tokoh utama di arena yang menyedot perhatian penonton. Untuk itu, kostum yang dikenakannya harus benar-benar membuatnya tampak keren sebagai aktor utama.
”Kami juga ingin batik dilihat demikian. Batik diolah apa saja tuh bisa keren lho,” kata Meity Sutandi, Manajer Penjualan dan Pemasaran PT Dwipakencana Lestari Prima, produsen Parang Kencana.
Dengan pengaruh tema torero, warna-warna pilihan Parang Kencana kali ini banyak didominasi putih, moka, hitam, sogan (coklat), biru laut, dan merah. Suguhan ini kemudian dibagi dalam tiga sekuen pergelaran busana.
Kali ini, Parang Kencana memilih motif-motif dekoratif yang terinspirasi dari detail motif bordir pada kostum matador (bullfighter), serta motif-motif pada ornamen art noveau yang banyak dipakai oleh para seniman Spanyol. Pilihan motif ini lalu dituangkan dengan teknik batik cap ke atas material bahan, seperti velvet, viscose, corduroy, dan sedikit tenun ATBM (bukan mesin).
”Pemilihan viscose dan katun serta batik cap agar terjangkau oleh anak-anak muda,” ungkap Meity.
Untuk pemilihan bahan velvet, diungkapkan Meity, awalnya tidak mudah. Pihaknya pernah membatik bahan velvet tetapi ternyata motifnya kurang tegas terlihat. ”Kami menduga saat itu, kandungan bahannya lebih banyak poliester. Kali ini kandungannnya lebih banyak sutra sehingga penyerapannya bagus. Motif batik bisa terlihat tegas selain teksturnya lebih halus,” ujarnya
Batik cap ini kemudian diolah menjadi kemeja-kemeja pas badan (slimfit), jumpsuit, celana highwaist dengan posisi pinggang lebih tinggi, cape atau jubah, dan crop top blazer atau blazer dengan potongan bawah yang lebih pendek dari biasanya. Separuh dari koleksi ini sebenarnya bersifat unisex atau bisa dipakai baik oleh pria maupun wanita. Hal itu tampak pada crop top, vest, cape, dan luaran (outer) berkerah bulat.
Gandeng desainer
Lain lagi dengan Alleira Batik yang menggandeng Michael Ong, desainer asal Malaysia yang dikenal dengan rancangannya yang bergaya street wear, kasual, dan sporty. Mengambil tema Batik Now, Ong ingin memperlihatkan bahwa batik bisa dikombinasikan dengan motif bahan lainnya dari beragam tekstur. Katun dan sutra untuk material batik dipadukan dengan bahan lain, seperti denim spandex, velvet, scuba, katun jersey, korduroi, katun, dan trimming border stripe.
Antar-item bisa dipadupadankan penggunaannya. Sebagian besar berupa jaket panjang dan jaket bomber yang ukurannya dibuat oversize. Material trimming border stripe (tambahan material motif garis) selain diterapkan di bagian ujung lengan, atas bahu, sisi celana, bagian dada pada hem, juga pada tepian jaket dan kerah. Ini memberikan kesan tampilan sporty.
”So, pemuda-pemuda biar rasa fresh pakai batik,” kata Ong.
Ong juga memanfaatkan teknik quilting (menyatukan potongan-potongan kain) untuk beberapa koleksinya, seperti jaket musim dingin. Motif asli berupa parang dan flora berwarna dominan biru, diolah kembali hingga membentuk motif kawung berukuran besar.
”Aku ingin batik digunakan secara internasional. Ketika kita pergi ke luar negeri saat musim winter, jaket batik ini bisa dipakai,” ungkap Ong.
Uniknya, Ong terakhir kali mengolah batik lebih dari 15 tahun lalu. Dengan motif tradisional, ia harus memperhatikan betul posisi dan letak motif tersebut. ”Misalnya, jika burung, apakah kita akan menaruhnya terbang ke arah atas atau ke bawah. Bunga (motif) akan diletakkan di kiri atau kanan,” ungkapnya.
Dengan modal keberanian, menurut Ong, bisa diperoleh kebaruan batik. Ia mengapresiasi batik di Indonesia yang lebih hidup. Ketika di Indonesia, ia melihat lebih banyak orang menggunakan batik. Toko-toko batik juga ditemukan di mal-mal. Bahkan, batik juga dikenakan sebagai seragam secara rutin oleh pegawai-pegawai, baik di instansi pemerintah maupun swasta.
”Di Indonesia, batik lebih hidup. Di Malaysia, tidak terlalu ramai orang pakai batik,” ungkapnya.
Ong mendesain dan memotong sendiri baju-baju dalam koleksi ini. Proses selanjutnya dikerjakan oleh tim Alleira Batik.
Untuk memamerkan berbagai motif batik, item terakhir yang diperagakan berupa jubah berukuran sangat besar dari bahan sangat ringan yang ketika dipakai berkibar-kibar dan menggelembung seperti balon. ”Saya ingin orang melihat aneka motif batik dan ada batik dari sutra teringan,” ungkapnya.
Motif transformers
Mengambil tema shifter, Bateeq meluncurkan motif Transformers 6 X Bateeq sebagai kelanjutan kolaborasi dengan Hasbro, perusahaan mainan pemilik merek Transformers. Tidak seperti seri-seri sebelumnya, seri ini lebih fokus pada kisah kedatangan Bumble Bee ke Bumi. Bateeq kemudian mengeluarkan enam motif terbarunya, yakni Bee Mega Mendung, Kawung Abu, Parang Ikat Bee, Keceh, Camouflage, dan Ceplok Tribal. Motif-motif ini dikombinasi dengan bordir atau diolah dengan teknik tambal (patchwork).
Tiga motif pertama berbasis pada kolaborasi Bateeq dan Transformers. Motif-motif ini menggabungkan motif batik tradisional, termasuk filosofinya dengan figur Bumble Bee. Koleksi kali ini menggunakan teknik cetak saring (screen printing) tanpa malam. Menurut CEO dan Creative Director Bateeq, Michelle Tjokrosaputro, koleksi ini lebih ditujukan untuk anak-anak, remaja, dan anak muda beranjak dewasa sehingga motif-motif kontemporer ini dirasa lebih cocok jika dituangkan melalui teknik printing.
”Tujuan kami untuk mengenalkan batik dengan motifnya yang beragam kepada anak muda, termasuk makna filosofis di dalamnya,” kata Michelle.
Selain katun, digunakan pula bahan chambray, jacquard denim, poliester, dan bahan ramah lingkungan, seperti bemberg dan tencel dalam ranah biru, kuning, coklat, krem, hijau, putih, dan hitam.
Penggunaan warna dan material yang bervariasi serta model yang sesuai dengan gaya hidup masa sekarang diyakini akan membuat batik menarik di mata masyarakat. Dengan mobilitas yang tinggi, terutama di perkotaan, masyarakat membutuhkan pakaian yang bisa digunakan dalam berbagai kesempatan sekaligus, mulai formal hingga kasual.