Minum Kopi Sambil Belajar Bangunan Bersejarah di Salatiga
Oleh
WINARTO HERUSANSONO
·3 menit baca
SALATIGA, KOMPAS — Jika Anda ingin menikmati secangkir kopi sambil mempelajari bangunan bersejarah warisan masa lalu, datanglah ke Kedai 1915-Koffie-Huis. Ini salah satu dari sejumlah kedai kopi yang tumbuh di Salatiga, Jawa Tengah. Kedai ini menempati gedung tua, rumah warisan budaya yang terletak di Jalan Buk Suling, Kutowinangun Kidul, Tingkir, Salatiga.
Rumah tua dua lantai ini dikelilingi taman tropis. Saat masuk area rumah, pengunjung bisa memilih menuju teras atau ruang tamu rumah eks pejabat pada masa Belanda itu. Rumah itu kini dimiliki Tito, arsitek yang sejak dua tahun lalu mulai menghidupkan rumah kuno. Rumah kuno ini pernah ”mati” selama 50 tahun ditinggal pergi penghuninya.
Begitu masuk, penikmat kopi bisa langsung ketemu barista Kedai 1915 Arts-Koffie-Huis. Ada hamparan meja kayu besar, dengan sajian berbagai jenis kopi dalam bentuk biji kopi siap giling (roast bean). Mulai dari kopi Aceh Gayo, kopi Mandailing, kopi Lampung, juga ada kopi Brasil, kopi Rwanda, dan kopi Hundaros.
Menurut salah satu barista, Lili, kedai kopi ini paling banyak dikunjungi apabila akhir pekan, seperti Sabtu (10/11/2018) malam. Pengunjung biasanya warga Salatiga yang penikmat kopi. Kerap juga ekspatriat, terutama dosen-dosen asing yang mengajar di sejumlah sekolah di Salatiga. Kedai ini juga menyediakan kamar-kamar besar, khusus untuk menginap para tamu dari luar kota.
Saat naik ke rumah di Lantai dua, terdapat kamar besar berikut kamar mandi dalam. Ada kamar Aundaya atau kamar Queen. Tidak semua kamar dilengkapi dengan penyejuk ruangan, mengingat Kota Salatiga masih sejuk di siang hari dan dingin di malam hari karena terletak di punggung Gunung Merbabu dan Telomoyo.
Salah satu pengunjung Kedai 1915-Koffie-Huis, Mandura, mengatakan, di sini dia bisa memilih jenis kopi yang akan dinikmati. Kopi tersedia dalam minuman panas ataupun dingin. Paling enak di kedai ini, kopi Affogato dengan setangkup es krim atau gelato rasa vanila. ”Kalau di kedai atau kafe kopi lain, kopi Affogato selalu tercampur es krim dalam secangkir espreso panas. Namun, di sini, saya lebih suka espreso dalam gelas terpisah dengan es krimnya,” ujarnya. Untuk sajian kopi Affogato, cukup ditebus Rp 30.000 per porsi.
Di kedai kopi rumah warisan Belanda ini, pengunjung dapat menikmati lukisan sketsa di sejumlah dinding ruangan atau kamar yang tersedia. Sketsa yang sudah disusun dalam bingkai itu banyak menggambarkan gedung-gedung tua bersejarah di Kota Salatiga, seperti Kantor Wali Kota Salatiga dan Kantor Kodim Salatiga.
Di kedai ini juga tersedia ruang perpustakaan yang bisa dinikmati pengunjung selain menikmati sajian kopi. Buku-buku yang tersaji tidak jauh dari minat pemiliknya, yakni mengenai teknik, bangunan juga arsitektur bangunan. Buku-buku itu lumayan lengkap untuk ”berbicara” mengenai arsitektur bangunan warisan di sejumlah kota, seperti Salatiga dan Surabaya, serta sejumlah negara di Eropa.
Lili pun mengaku, kedainya kerap digunakan sebagai tempat menggelar diskusi atau pameran mengenai arsitektur, seperti saat berlangsungnya diskusi dan pameran arsitektur bangunan sejarah di Kota Salatiga. Bangunan bersejarah itu dipamerkan dalam sketsa yang menarik, dibuat oleh komunitas arsitektur di Salatiga dan kota-kota lain.
Sekiranya Anda penikmat kopi dan ingin melepas penat dengan menikmati udara segar bersama rimbunnya taman kota dalam balutan tata ruang bangunan warisan Belanda di Salatiga, silakan datang ke Kedai 1915-Koffie-Huis.