JAKARTA, KOMPAS — Petualangan alam terus menjadi hit bagi pelancong di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Hal ini yang membuat jam tangan pintar Garmin Instinct ikut hadir di Indonesia. Pendukung ponsel pintar ini dapat menjadi asisten pribadi saat bertualang, tetapi menjadi sangat standar dalam aktivitas sehari-hari di perkotaan.
”Segmen outdoor di Indonesia lagi berkembang saat ini. Oleh karena itu, pengembangan inovasi dan teknologi Garmin Instinct hadir untuk memberikan pengalaman sempurna bagi para traveller alam,” kata Marketing Manager Garmin Indonesia Rian Krisna saat meluncurkan Garmin Instinct di Jakarta Pusat, Kamis (22/11/2018).
Garmin percaya diri dengan produk Instinct karena memiliki global positioning system (GPS) yang kuat sebab didukung sistem satelit navigasi global GPS, Global Navigation Satellite System yang dioperasikan Rusia, dan Galileo oleh Uni Eropa. Jam tangan ini juga dilengkapi dengan kompas tiga sumbu, altimeter untuk mengukur ketinggian, dan barometer untuk mengukur tekanan udara di sekitar jam.
Saat digunakan untuk bertualang di luar, jam ini dapat dimanfaatkan untuk mengatur perjalanan dan menentukan kapan waktu kembali. Namun, fitur ini baru dapat dinikmati setelah menggunakan aplikasi Garmin Explore.
Untuk memperhatikan kesehatan penggunanya, jam tangan Instinct dilengkapi dengan pengukur denyut jantung dari pergelangan tangan. Terdapat optik di belakang jam yang dapat mendeteksi denyut saat digunakan. Seperti jam tangan pintar lainnya, jam ini juga memiliki aplikasi olahraga bawaan dan data kesehatan.
Demi membuktikan ketangguhannya bagi petualang, jam tangan ini dibuat dengan standar militer Amerika Serikat untuk ketahanan panas, guncangan, dan air. Terbuat dari polimer, jam ini dapat bertahan di suhu dari minus 20 derajat hingga 60 derajat celsius.
Sementara untuk guncangan, Instinct lulus uji dengan ketinggian jatuh 122 sentimeter. Jam tangan ini juga dapat digunakan saat berenang ataupun menyelam hingga kedalaman 100 meter, baik di air tawar maupun laut.
Daya tahan baterai Instinct mencapai 14 hari jika hanya digunakan dalam mode jam tangan pintar. Sementara saat menggunakan mode GPS hanya akan bertahan 14 jam. Untuk mengimbanginya, terdapat mode hemat baterai UltraTrac yang dapat membuat jam bertahan hingga 35 jam.
”Setelah mengetes jam outdoor ini, saya merasa memiliki asisten pribadi saat bertualang. Menggunakannya pun tidak ada ketakutan akan terkena baret,” ujar Outdoor dan Travel Enthusiast Jeremiah Lakhwani.
Sayangnya, untuk memaksimalkan penggunaan di daerah ekstrem, jam ini tidak dilengkapi dengan layar sentuh. Hanya mengandalkan tombol di sisi jam untuk mengendalikan jam. Ini jauh berbeda dengan banyak jam tangan pintar saat ini yang memberikan kemudahan akses layar sentuh saat mengoperasikan jam.
Selain itu, untuk menjaga agar layar jam dapat dilihat jelas walau di tempat terang, jam Instinct hanya menggunakan layar monokrom. Hal ini berbeda dengan perkembangan jam tangan pintar saat ini yang memanjakan penggunanya dengan layar berwarna.
Selain itu, Instinct juga tidak memanjakan pengguna dengan pemutar musik langsung. Hanya pengendali pemutar musik ponsel, misalnya untuk mengganti lagu dan volume musik di ponsel dari jam tangan.
Jam tangan bergaransi dua tahun ini memiliki tiga pilihan warna, yaitu graphite, tundra, dan flame red. Mulai 22 November 2018, jam ini sudah bisa dibeli dengan harga Rp 4.499.000.
Walau tergolong di atas harga jam tangan pintar pada umumnya, Director Marketing and Communication Erajaya Group Djatmiko Wardoyo yakin produk yang ia pasarkan ini akan memiliki banyak pembeli. Meski demikian, hingga saat ini, ia belum memasang target penjualan.
”Setelah tiga sampai empat bulan masa pengenalan ini, baru kami berani pasang target penjualan. Tapi kami yakin Garmin Instinct akan memiliki banyak penggemar,” kata pria yang akrab disapa Koko ini. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)