Ketika atmosfer persaingan semakin menggila, diperlukan langkah-langkah ”gila” untuk memenanginya. Indonesian Fashion Chamber mencoba melakukan itu dengan menggelar La Mode Sur La Seine a Paris pada awal Desember nanti. Lewat acara ini, mereka mengejar pembeli sampai Paris yang berjuluk ”Kota Cahaya”.
Indonesian Fashion Chamber bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian mengusung busana karya 16 perancang dari Tanah Air. Para desainer ini membawa busana dengan tema lokal, etnik, tradisional, hingga mondial.
Para perancang busana tersebut antara lain Lenny Agustin, Sofie, Rosie Rahmadi, Irma Susanti, Istituto Di Moda Burgo Indonesia, dan Sukriyah Rusdy mewakili Dinas Pariwisata Aceh.
Para perancang busana ini akan terbang bersama rombongan dari Jakarta pada Selasa (27/11/2018) dan mendarat di Paris pada Rabu (28/11/2018). Mereka akan mempersiapkan segala keperluan sebelum menampilkan koleksinya pada 1 Desember.
Uniknya, peragaan busana ini digelar di atas kapal pesiar yang akan mengelilingi Sungai La Seine, sungai sepanjang 777 kilometer yang membelah kota Paris. Sungai ini juga menjadi tujuan wisata dan jalur komersial. Faktor-faktor tersebut menjadi menambah nilai strategis pergelaran mode ini.
Pemilihan Paris sebagai tempat ajang peragaan busana juga berdasarkan beberapa alasan lain. Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kemenperin Gati Wibawaningsih menuturkan, ajang ini untuk meningkatkan nilai ekspor. Sebab, selama ini nilai ekspor busana Indonesia baru sekitar 16 persen dari total ekspor busana dunia.
Sementara itu, National Chairman Indonesian Fashion Chamber Ali Charisma memberikan narasi yang menarik tentang acara ini. Baginya, ajang peragaan busana di Indonesia sudah banyak sekali, tetapi para pembeli dari Eropa atau negara lain berat atau belum tertarik untuk datang dan belanja. Itu karena mereka belum bisa menikmati secara dekat karya-karya anak bangsa Indonesia.
Padahal, lanjutnya, koleksi busana karya perancang busana Indonesia tidak kalah lengkap dibandingkan dengan negara lain. Di sini ada koleksi lingerie, pakaian kasual, busana pesta, sampai busana muslim. ”Makanya, kami akan kasih teaser, jemput bola. Kami sampaikan industrinya besar. Mengajak buyer dan media datang ke Indonesia,” kata Ali.
Para perancang busana akan mengusung beragam tema khusus untuk acara ini. Lenny Agustin memboyong busana yang mendapat sentuhan 23 perajin batik Sosa. Adapun Lisa Fitria mencoba mendekonstruksi persepsi terhadap pakaian paramedis yang selama ini terkesan dingin dan seram.
Dengan sentuhan khususnya, dia menampilkan pakaian rumah sakit menjadi lebih ceria dan menyenangkan. ”Inspirasi ini muncul setelah belakangan saya sering datang ke rumah sakit,” ujarnya.
Adapun Sofie dan Irma mengedepankan identitas lokal. Sofie membawa koleksi berbahan tenun digabung dengan lurik yang diolah dengan gaya urban. Sementara Irma lewat label Identix membawa batik dengan konsep evening wear dan glamor.
Lewat konsep-konsep cemerlang itu, mereka siap memancing hati para calon pembeli di ”Kota Cahaya”. Semoga saja sepulang dari sana, masa depan para perancang busana ini turut cerah dan bercahaya.