Menuju Borobudur, Menguji Ketangguhan Jaguar F-Pace 2.0
Jaguar F-Pace menjadi mobil pemandu resmi (official lead car) pertama yang digunakan dalam ajang maraton internasional Borobudur Marathon di Borobudur Marathon 2018 Powered by Bank Jateng. Sebelum membuka jalan bagi sekitar 10.000 peserta maraton tersebut, F-Pace ini lebih dulu melakukan maraton dari Jakarta menuju Candi Borobudur untuk membuktikan kemampuan dan ketangguhannya.
Jaguar F-Pace yang dipakai sebagai official lead car Borobudur Marathon 2018 ini adalah varian F-Pace 2.0 Prestige. Sebelumnya, menjelang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 lalu, Kompas lebih dulu menguji kendara varian Jaguar F-Pace 3.0 R-Sport bermesin V6 3.000 cc yang lebih dulu diluncurkan di Indonesia.
Seperti sudah bisa ditebak dari namanya, F-Pace 2.0 ini mengusung mesin bensin empat silinder berkapasitas 2,0 liter (1.997 cc) yang dilengkapi turbo. Di atas lembar spesifikasi resmi, mesin ini disebutkan memproduksi tenaga maksimum 250 PS pada putaran mesin 5.500 rpm dan torsi puncak 365 Nm pada rentang putaran mesin 1.200-4.500 rpm.
Tenaga mesin disalurkan melalui sistem all wheel drive dan transmisi otomatis 8 tingkat percepatan dengan Jaguar Sequential Shift dan dilengkapi paddle shifters di balik roda kemudi. Dalam kondisi pengendaraan biasa, tenaga mesin disalurkan ke roda belakang (RWD), tetapi saat komputer mendeteksi kebutuhan traksi, sebagian tenaga mesin disalurkan ke roda depan, sehingga mobil bergerak di keempat rodanya.
Mobil ini juga sudah menerapkan arsitektur aluminium yang sudah menjadi ciri teknologi mobil-mobil produksi kelompok Jaguar Land Rover. Pihak Jaguar menyebutkan, sekitar 80 persen struktur sasis dan bodi mobil terbuat dari aluminium (di luar pintu-pintu dan kap mesin), termasuk sebagian kaki-kakinya. Hal ini membuat bobot mobil menjadi salah satu yang teringan di kelasnya, dengan berat kosong mobil (kerb weight) di bawah 2 ton, atau tepatnya 1.820 kg.
Bobot yang ringan, ditambah distribusi bobot 50:50 antara bagian depan dan belakang, serta penerapan suspensi double wishbone di poros depan dan integral link di poros belakang, semua bertujuan untuk memaksimalkan pengendalian mobil sehingga presisi dan fun to drive. Bahkan, desain suspensi double wishbone F-Pace ini diambil langsung dari suspensi serupa milik Jaguar F-Type, mobil sport andalan Jaguar saat ini.
Rasanya cukup sudah uraian spesifikasi di atas kertas ini. Saatnya untuk membuktikan langsung ketangguhan F-Pace di jalur jarak jauh.
Penyesuaian
Seperti pada beberapa uji kendara jarak jauh sebelumnya, perjalanan menuju Borobudur dimulai pada dinihari. Ini sebagai upaya untuk menghindari kemacetan parah di Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang tengah padat proyek.
Menyusuri Jalan Tol JORR yang masih sepi pada Kamis (15/11/2018) pukul 04.00, kami mulai mengenal berbagai karakter dasar Jaguar F-Pace ini. Kesan pertama saat mulai mengemudikan mobil ini adalah rasa ukuran mobil yang besar.
Harus dilakukan penyesuaian posisi kursi dan setir beberapa kali sampai ditemukan posisi paling nyaman untuk mendapatkan feeling berkendara terbaik. Untung lah semua bisa dilakukan secara elektronik.
Setelah itu dilakukan penyesuaian pada akselerasi mobil. Perlu injakan sedikit agak dalam pada mobil ini sebelum tenaga mesin terasa tersalur sempurna.
Namun begitu penyesuaian ini dilalui, mengemudikan F-Pace terasa cukup menyenangkan. Mobil pun meluncur mulus melintasi rute Tol Trans Jawa hingga ruas terbaru di Brebes Timur-Pemalang. Beberapa kali akselerasi sempat dicoba maksimum saat kondisi jalan sepi, dan mobil melayani tanpa keluhan.
Sentuhan Land Rover
Keluar dari Gerbang Tol Pemalang, rasa penasaran mencoba sistem AWD-nya membuat kami memutuskan untuk mengambil jalan ke arah kanan di kawasan Comal. Itu lah jalur alternatif yang menghubungkan Pemalang menuju Dataran Tinggi Dieng dengan melintasi rute Kajen-Paninggaran-Batur.
Mobil seharga Rp 1,699 miliar (off the road) dengan kemampuan seperti ini rasanya terlalu sayang jika dihabiskan melintasi jalur Pantura yang secara umum lurus dan membosankan. Rute menuju Dieng ini menawarkan variasi rute yang menantang, dengan banyak tikungan dan kontur turunan serta tanjakan.
Di luar dugaan, setelah beberapa tahun tak melewati rute ini, ternyata jalanan makin ramai dan kondisinya juga makin bagus. Pemandangan indah pegunungan tengah Jawa Tengah terbentang sepanjang jalan. Sebuah pilihan jalur alternatif yang menyenangkan.
Di sini kemampuan mobil pun diuji maksimal. Mulai dari pengendalian di jalur berkelok-kelok, hingga penyaluran tenaga ke empat roda untuk memaksimalkan traksi.
Yang menarik, di layar monitor utama berukuran 12,3 inci di tengah dasbor, terdapat pilihan menu ASi, yang merupakan singkatan dari All Surface Information. Di menu ini bisa dilihat ke poros mana dan seberapa besar tenaga mesin disalurkan.
Saat jalan di jalanan mendatar, indikator itu berwarna cokelat, yang menandakan hanya roda belakang yang berputar. Namun saat di tanjakan dan pedal gas diinjak lebih dalam, otomatis indikator bergeser ke warna biru yang menandakan tenaga mesin disalurkan ke roda depan.
Sensasi sistem AWD F-Pace ini mengingatkan pada rasa mencoba Land Rover Discovery 5. Bahkan saat Jaguar ini sempat dibawa masuk ke medan non-aspal yang agak berlumpur di perbukitan Dieng, mobil pun melaju mulus seperti berkemampuan offroad.
”Sistem AWD pada F-Pace memang diadopsi dari Land Rover, jadi dia tidak sekadar berfungsi untuk menunjang stabilitas dan dinamika seperti pada mobil AWD lain, tetapi juga untuk kemampuan offroad,” papar Brand Director Jaguar Land Rover Indonesia, Jentri Izhar, dalam diskusi di Borobudur, Sabtu (17/11/2018) malam.
Matahari telah tenggelam sepenuhnya saat kami melanjutkan perjalanan turun dari Dieng menuju Kota Magelang. Di perjalanan ini kami merasakan satu fitur yang sangat berguna dari Jaguar F-Pace, yakni Adaptive LED Headlights.
Fitur yang sudah dipasang di hampir seluruh mobil premium ini otomatis mendeteksi cahaya di depan mobil. Dalam kondisi gelap gulita, lampu akan otomatis menyalakan lampu jauh, sehingga jalan diterangi maksimal. Namun saat ada setitik cahaya lampu di depan, lampu otomatis kembali ke lampu dekat untuk menghindari pengendara di depan silau.
Namun, keunikan fitur ini pada Jaguar F-Pace adalah tidak perlu memencet tombol apa pun untuk mengaktifkan fiturnya. Begitu lampu utama menyala, fitur ini langsung aktif. Tidak itu saja, ada sensor yang membaca arah gerak mobil, jadi saat berbelok ke kiri, ada lampu tambahan yang menyorot ke bagian kiri mobil. Demikian pula sebaliknya.
Jaguar F-Pace juga terbukti cukup efisien menempuh perjalanan maraton dari Jakarta menuju Magelang melalui Dieng sejauh sekitar 560 km ini. Layar multi information display (MID) di panel instrumen menunjukkan konsumen BBM rata-rata pada kisaran 10-11 km per liter.
Fitur unik
Tak dirasa, kami pun tiba di Borobudur. Waktunya untuk mempersiapkan diri menjadi mobil pembuka bagi para peserta Borobudur Marathon 2018.
Pengarahan teknis dan gladi resik digelar pada hari Sabtu (17/11/2018) pagi. Jaguar F-Pace ini akan menjadi pembuka start bagi para pelari kelas Full Marathon (FM) yang akan dilepas pada pukul 05.00 tepat hari Minggu.
Mobil ini akan berada di urutan kedua, tepat di belakang mobil patroli pengawal polisi di urutan terdepan. Di belakangnya ada tiga patroli pengawal (patwal) polisi bermotor, dan langsung para pelari-pelari elite berlari di belakangnya.
Kami—mobil patwal polisi dan lead car—harus bertolak sekitar lima menit sebelum aba-aba start. Dan setelah itu harus menjaga kecepatan. Jika terlalu kencang, para pelari akan tertinggal terlalu jauh. Sementara jika terlalu lambat pelari akan menyusul mobil dan terhambat.
Maka atas arahan race director, kami diminta mempertahankan kecepatan sekitar 20 km per jam. ”Kecepatan para pelari elite sekitar 20-22 km per jam. Jaga kecepatan di sekitar itu,” tutur Dewa Adi, race director dari Pandara Sports asal Bali.
Dan ternyata bukan perkara mudah mempertahankan kecepatan mobil bertenaga 250 PS ini konstan di laju serendah itu. Untunglah ada satu fitur mobil yang ternyata sangat berguna pada situasi ini.
Akhirnya, hari maraton itu tiba. Mobil diharuskan sudah siaga beberapa meter dari karpet merah para pelari pada pukul 03.00, mengingat para peserta sudah mulai memasuki area start di Taman Lumbini, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur pada waktu itu.
Sekitar 15 menit sebelum start, seluruh jalur di depan garis Start sudah disterilkan. Tinggal tersisa para patwal polisi dan lead car yang Kompas kemudikan.
Tepat pukul 04.57, sekitar tiga menit sebelum pistol start ditembakkan, mobil patwal polisi di depan diperintahkan berangkat. Saya menunggu sesaat sampai ada jarak sekitar 30-an meter dengan mobil patwal sebelum memasukkan gigi ke posisi D dan mulai menginjak gas.
Kecepatan konstan dijaga dengan mengaktifkan tombol ASPC (All Surface Progress Control) di sisi tombol transmisi di konsol tengah. Ini sebenarnya adalah salah satu fitur khas Jaguar untuk melintasi jalanan licin dan rendah traksi, seperti permukaan es atau rumput basah.
Cara kerjanya mirip dengan cruise control, yakni menjaga kecepatan mobil tetap konstan, tetapi di kecepatan rendah (hingga kecepatan maksimal 30 km per jam). Cukup tekan tombol itu dan naikkan limit kecepatan ke 20 km per jam, dan lepas pedal gas.
Mobil akan otomatis berjalan konstan pada kecepatan itu. Saat butuh menambah atau mengurangi kecepatan, cukup atur limit kecepatan dengan tombol cruise control di roda kemudi.
Maka perjalanan mengawal para pelari pun berlangsung mulus dengan bantuan ASPC ini. Dan benar saja, jarak konstan pun terjaga dengan para pelari yang sudah mulai berlari di belakang.
Mengingat jalur marathon di Borobudur ini melewati beberapa bagian jalan pedesaan yang sempit dan ada beberapa tikungan tajam, peran mobil pembuka hanya dibatasi sampai lima kilometer pertama.
Setelah itu, Kompas dan mobil patroli pengawal di depan berhenti untuk menunggu para finisher kelas Half Marathon (HM) mendekati garis finish dan mengawal mereka kembali ke area Taman Lumbini.
Tuntas sudah tugas Jaguar F-Pace sebagai mobil lead car pertama dalam sejarah Borobudur Marathon!