Drama Alam dalam Bonsai
Bonsai hadir tak sekadar dalam wujud kerajinan. Pencintanya menghadirkan pendekatan estetika sehingga membuahkan bonsai sebagai benda seni. Ada drama alam yang diaplikasikan dalam desainnya. Inilah yang membuat bonsai selalu hidup.
Keindahan bonsai dihadirkan pencintanya yang tergabung dalam Komunitas Seniman Bonsai Indonesia atau Kosbi. Di Taman Bonsai Margonda, Depok, Jawa Barat, terhampar puluhan ribu bonsai pada lahan seluas 1 hektar. Agar dapat dipajang di koleksi pot-pot bonsai itu butuh proses belasan hingga puluhan tahun.
Bonsai hadir unik tanpa ada pengulangan bentuk. Setiap pencinta bonsai berusaha mengeksplorasi karakter dari setiap bonsai. Bonsai santigi (Pemphis acidula) yang merupakan salah satu ikon bonsai unggul Indonesia, misalnya, tampil dengan karakter jiwa tua. Batangnya kokoh dengan kulit yang mulai mengelupas.
Saat ditemui, master bonsai Indonesia yang diakui dunia internasional, Robert Steven, tengah serius memangkas cabang dan ranting bonsai santigi, Sabtu (1/12/2018). Tangannya hati-hati mengupas kulit-kulit tua yang mengelupas di batang utama pohon yang tumbuh di atas batu karang di pot bonsai.
”Dia sangat manja dan sensitif,” kata Robert. Santigi nan eksotik hanya bisa dijumpai di beberapa negara, seperti Indonesia dan Filipina. Memiliki dahan atau ranting yang panjang dan rimbun, Santigi mudah dibentuk.
”Karakter santigi kuat. Soul tuanya muncul. Karakter yang luar biasa untuk bonsai. Orang asing keluar air liur kalau lihat bonsai santigi, tetapi mereka enggak bisa punya karena enggak bisa hidup di semua daerah,” kata Robert.
Bonsai lain yang menjadi primadona dari Indonesia adalah cemara udang (Casuarina equisetifolia) yang biasa dijumpai di pantai, seperti Pantai Lombang, Madura. Penampakan bonsai cemara udang mirip dengan bonsai black pine dari Jepang.
”Kita punya karakter dan ikon sendiri. Punya spesies beragam, karakter pohon bagus dan skill bagus. Kita di luar negeri pun disegani,” kata Robert, yang menjabat Sekretaris Jenderal Asia Pasific Bonsai Federation selama beberapa periode.
Kiprah internasional
Kiprah bonsai asal Indonesia di dunia internasional bisa dilihat dari gelaran, seperti International Bonsai Art and Culture Biennale yang digelar empat tahun lalu di Yogyakarta dan diikuti 300 tamu dari sekitar 20 negara.
Dari acara tersebut, dideklarasikan Black Scissors Community atau komunitas pencinta bonsai level dunia dengan Robert sebagai salah satu pendirinya.
Komunitas Kosbi mengadopsi spirit dari gerakan Black Scissors Community, yaitu lintas bangsa, lintas budaya, lintas agama, lintas gender, dan lintas generasi.
Mereka mempromosikan gerakan budaya bonsai baru terkait kebebasan belajar, berekspresi, dan berkarya. Anggotanya mendobrak seni bonsai dengan pendekatan estetika.
Robert yang berlatar belakang pelukis dan pematung mulai menggeluti bonsai sejak 1979. Ia sempat mengalami konflik batin dalam pemahaman terkait bonsai.
Kreativitasnya diblok pemahaman tentang keharusan mengikuti aturan baku, seperti bonsai harus berbentuk segitiga atau harus mengecil dari bawah ke atas. ”Jadi semua bonsai tampak sama. Tidak lagi mengeksplorasi karakter pohon,” kata nya.
Kosbi lantas mendobrak pemahaman bahwa bonsai hanya diukur dari aturan dan kriteria baku. Anggota Komunitas Kosbi kemudian menggunakan dua pendekatan ketika berkreasi dengan bonsai, yaitu pendekatan botanical dan pendekatan estetika.
Botanical karena bonsai tetaplah tanaman hidup sehingga mengikuti hukum fisiologi dan morfologi tanaman yang sarat nuansa alam. Dengan pendekatan estetika, kreasi bonsai lebih dilihat dari mata seni.
Para anggota Kosbi berharap bisa mengangkat bonsai ke level yang lebih tinggi lewat gebrakan dari aspek seninya. Pada 2020, Komunitas Kosbi juga berencana menggelar International Bonsai ArtFest yang akan dihadiri 400 tamu asing dari 20 negara.
”Selain menambah wawasan dan berinteraksi, kita dapat informasi perkembangan bonsai di luar negeri dari komunitas,” kata anggota Kosbi, Ruly.
Senang tanaman
Komunitas pencinta bonsai di Indonesia cukup terpadu karena dihidupi beragam kalangan, mulai dari petani penjual bahan mentah bonsai, tukang gali bahan, hingga kolektor. Rantai bonsai dari hulu ke hilir ini belum tentu dimiliki semua negara.
”Yang kurang adalah tidak ada pattern yang punya visi untuk perkembangan bonsai ke depan,” ujar Robert. Anggota komunitas pencinta bonsai biasanya berawal dari kecintaan pada tanaman. Anggota Kosbi, Untung, misalnya, mulai jatuh cinta pada bonsai karena sering melihat orangtuanya menanam anggrek.
Berawal dari bahan bonsai pohon asam yang dibeli dari Cipanas, Bogor, lama-lama Untung hobi bertanam bonsai dan turut berkomunitas. ”Namanya hobi perlu diapresiasi. Perlu wadah,” ujar Untung.
Setelah pensiun, hobi bertanam bonsai itu makin menjadi-jadi. Jenis bonsai yang ditanam Untung hanya bonsai berukuran kecil di bawah 15 sentimeter.
”Di rumah, bangun tidur juga langsung mangku bonsai. Bisa dibawa sana-sini. Bonsai identik dengan bersih indah. Perlu perawatan intensif. Saya menilai pohon enggak bisa obyektif. Menikmati sendiri,” katanya.
Saking cintanya pada bonsai, Robert tak mau menjual ratusan bonsai koleksinya. Ia menjadikan bonsai-bonsai tersebut bahan untuk membuat buku. Pada buku pertamanya berjudul Vision of My Soul, ia menegaskan posisi bonsai sebagai seni dengan pendekatan estetika.
Buku pertama itu laris, dijual ke seluruh dunia, dan membuatnya berkeliling ke 48 negara. Ia kemudian membuat buku Mission of Transformation yang membahas konsep desain bonsai dengan pemahaman drama alam.
Bagi pencintanya, bonsai adalah media untuk mengekspresikan jiwa dan karakter. Bonsai juga menjadi media bergaul dengan teman-teman dalam komunitas pencinta bonsai. Pencintanya, seperti Gianto, mengatakan, bekerja dengan bonsai tak pernah paripurna.
Kesabaran bertahun- tahun hingga puluhan tahun dibutuhkan untuk melahirkan bonsai yang disebut-sebut bisa membuat panjang umur ini.
”Saya menemukan keasyikan karena bonsai adalah media hidup yang bisa saya eksplorasi sesuai dengan apa yang ada di benak saya, emosi saya, ide-ide saya. Saya semakin mendalami seni dalam bonsai.
Ekspektasi terhadap bonsai yang usianya bisa ratusan tahun ini mengubah mindset sehingga panjang umur,” kata Robert. Melalui bonsai, pencintanya menciptakan drama kehidupannya sendiri.