Produsen otomotif Jerman, Audi, mungkin tidak terlalu moncer bila berjualan di Indonesia. Tapi, di dunia, sepak terjangnya terus diperhitungkan. Di Los Angeles Auto Show 2018, beberapa pekan lalu, dua produk terbarunya bernama e-tron, menjadi penanda gebrakan Audi AG.
Peter Martens, anggota Dewan Manajemen Pengembangan Teknik Audi AG, September lalu menyatakan kalau Audi tidak akan main-main dalam pengembangan teknologi otomotif masa depan mereka. Martens menyebut Audi e-tron sebagai cetak biru pengembangan teknologi otomotif Audi yang akan dimulai produksi massalnya pada Januari 2019, setelah hampir 10 tahun melewati proses pengembangan. Uji coba demi uji coba mereka lakukan. Kelemahan dan kesalahan dari setiap proses itu mereka perbaiki.
Dalam siaran pers kala itu, Audi menyebutkan bahwa mereka akan menawarkan setidaknya 12 model kendaraan dengan basis teknologi Audi e-tron. Setiap model kendaraan dengan teknologi pembakar dalam (internal combustion engine), akan “didampingi” dengan teknologi terbaru mereka, baik hibrida maupun listrik (electric vehicle).
Dan, mereka tidak main-main. Dua dari rencana 12 model itu diperkenalkan di pengujung tahun 2018 ini dan bersiap untuk memasuki produksi massal.
Audi e-tron SUV
Sports Utility Vehicle (SUV) e-tron ini menjadi pembuka untuk memperkenalkan Audi e-tron kepada publik secara lebih masif. Desain wajah (bonet dan gril depan), sekujur tubuh hingga buritan, mengingatkan kita pada produk SUV Audi lainnya, seperti Q5 dan Q7, yang juga ada di Indonesia.
Tapi, ada beberapa perbedaan yang membuat desain eksterior Audi e-tron SUV ini dengan SUV besutan Audi lainnya yang masih menggunakan sistem pembakaran dalam.
Ada beberapa hal yang kasat mata yang bisa dilihat pada bagian eksterior, mulai dari empat garis sejajar berwarna kebiruan yang ada pada gril yang berbentuk octagonal, empat garis sejajar yang juga berwarna kebiruan yang menyempil pada sudut lampu utama, juga empat garis sejajar pada palang velg keempat bannya, hingga hilangnya dua muffler atau knalpot yang biasa menghiasi eksterior SUV besutan Audi beberapa tahun terakhir.
Hal yang cukup menarik dari mobil ini juga adalah hilangnya kaca spion pada kedua sisi pintu depan mobil. Peran kaca spion digantikan oleh sebuah kamera mini yang memiliki resolusi 1280x1080 pixel, yang meneruskan hasil pengintaian melalui kamera ini pada dua buah layar digital di sisi kanan dan kiri pintu depan. Tepatnya menyudut di dekat pilar A.
Menjadi lebih menyenangkan bagi pengemudi karena dengan hanya menyentukan jari jemari pada layar tersebut, gambar kondisi sisi kanan dan kiri bahkan bagian belakang, bisa diperbesar ataupun diperkecil sesuai dengan kebutuhan pengemudi.
Layaknya sebuah mobil listrik, sudah pasti Anda tidak akan menemukan mesin di bawah bonet depan. Bonet depan bisa difungsikan sebagai bagasi, walau ukurannya tidak sebesar bagasi pada bagian buritan.
Untuk pergerakan kendaraan, para desainer dan insinyur Audi meletakkan dua motor elektrik untuk menggerakkan roda depan dan belakang. Kombinasi dua motor elektrik, yang masing-masing mampu menghasilkan tenaga hingga 125 kw pada torsi 247 Nm (motor elektrik depan) dan 140 kw pada 314 Nm (motor elekstrik belakang), mampu membawa mobil berbobot sekitar 2,5 ton melesat dari kecepatan 0-100 kilometer per jam hanya dalam waktu 5,7 detik.
Pengembangan teknologi baterai yang terus menerus bersama kolega mereka, seperti Sony dan Volkswagen, akhirnya berbuah. Para desainer Audi menanam baterai berkekuatan 95 KwH yang mampu membawa kendaraan ini menempuh jarak nyaris 500 kilometer dalam sekali pengisian.
Para pemilik kendaraan ini pun nantinya tak perlu berlama-lama lagi untuk melakukan pengisian ulang baterai. Dengan teknologi yang dikembangkan bekerja sama dengan Sony dan Volkswagen, bateri lithioum-ion berukuran 95 kWh, pemilik hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk pengisian ulang dengan cepat (metode fast charging), dengan lubang saluran pengisian tenaga listrik yang terletak di sisi kiri tubuh mobil. Sedangkan lubang pengisian di sisi kanan mobil, dikhususkan untuk pengisian ulang tenaga listrik yang lebih lambat. Contohnya bila pemilik mengisi ulang daya listrik di rumah.
Dalam bayangan para desainer dan insinyur Audi AG, mobil sport masa depan “mungkin” tidak hanya berkutat pada eksotisme suara knalpot dan mesin V12 atau V8. Dalam bayangan mereka, mobil sport masa depan adalah mobil yang memberikan kesenangan, kenikmatan dan detak jantung yang cepat ketika sang pengemudi memacu kendaraannya dalam kecepatan maksimum. Meski tanpa suara.
Itulah yang muncul ketika melihat sosok Audi e-tron GT Concept, mobil sport dengan DNA Audi R8. Berkelir hitam mengilap, dengan lekukan di sekujur tubuh yang membantu aerodinamika mobil menjadi lebih baik dan ceper. Tapi, tanpa suara. Hening. Tidak ada tanda-tanda khusus yang mencirikan mobil ini digerakkan dengan listrik, selain ketiadaan knalpot di bagian buritan dan logo e-tron yang terletak di bagian bawah gril depan.
Audi mengklaim mobil yang dipasangi baterai lithium-ion berkekuatan 95 kWh dan dilengkapi dengan dua motor elektrik (bagian depan dan belakang), mampu diajak berlari dari diam hingga mencapai kecepatan 100 kilometer per jam hanya dalam waktu 3,5 detik saja.
Bila tidak ada aral melintang, Audi e-tron GT concept akan memasuki masa produksi pada akhir tahun 2020. Sedangkan Audi e-tron SUV menurut rencana akan mulai diproduksi pada pertengahan tahun 2019 dan mulai dipasarkan pada kuartal ketiga tahun yang sama.
Dengan beberapa penyempurnaan, produk Audi ini akan menjadi kompetitor bagi produk yang sama dari Tesla, Jaguar atau bahkan dari negara yang sama, Mercedes dan BMW.