Hangat Pedas Sundubu
Kelangkaan bahan pangan setelah perang memantik kreativitas. Kedelai, satu-satunya bahan baku makanan yang ada saat itu, diolah menjadi tofu kemudian dimasak dengan kuah pedas. Jadilah sundubu, salah satu menu khas masakan Korea. Lezat, juga menawarkan kehangatan.
Sup tofu pedas, kira-kira begitulah terjemahan bebas terhadap menu sundubu. Namun, dalam praktiknya, menu ini menawarkan beragam varian, seperti terlihat di SGD Tofu House. Beef sundubu, dumpling sundubu, ramyeon sundubu, hingga seafood sundubu. Tinggal pilih. Atau yang paling mudah, campur saja semuanya. Tetap enak dan bisa mencicipi semua sensasi rasa.
Sebelum hidangan itu hadir, mari cicipi oksusu cha alias korean corn tea, teh yang terbuat dari jagung murni. Rasanya khas dengan aroma dan jejak rasa jagung yang lembut. Unik dan mengesankan. Terasa segar dan cukup memancing minat untuk bersantap. Sambil menanti pesanan terhidang, kita bisa menyaksikan proses masak yang terlihat berbeda dari biasanya.
Dengan konsep open kitchen, pengunjung bisa melihat proses memasak dari balik dinding dapur yang terbuat dari kaca. Menu-menu dimasak dengan mangkuk khusus. Mangkuk ini terbuat dari bahan yang mampu mempertahankan panas dalam jangka waktu lama. Tidak perlu khawatir masakan akan cepat dingin ketika acara makan diselingi dengan berbincang.
Dalam waktu satu jam pun, masakan masih mampu mengeluarkan uap sebagai tanda masih hangat ketika kita mengeduk makanan ke bagian bawah. Mangkuk ini juga yang dijadikan sebagai wadah saji kepada tamu. Masakan disajikan dalam keadaan mendidih karena langsung dibawa dari dapur sesaat setelah matang.
”Untuk tofu, potongan-potongannya direndam semalaman di kuah sundubu sebelum dimasak,” kata Manajer Pemasaran SGD Tofu House Astrid Andryani.
Pemandangan unik lain adalah proses memasak nasi yang dilakukan seperti kita nge-liwet. Beras dimasukkan ke dalam semacam kuali atau ketel batu seperti batu cobek, lalu ditutup dengan lingkaran kayu tebal. Cukup tambahkan beras dengan air lantas dimasak hingga matang dalam waktu 15-18 menit. Kuali ini juga yang dijadikan peranti saji. Satu wadah bisa memuat 2-4 porsi makan tergantung ukuran wadah. Bulir nasi terpisah-pisah, tetapi tetap pulen dan wangi.
Ada pula atraksi saat memasak menu yang menggunakan daging yang memerlukan proses menumis, seperti pada menu mix albab combo yang menggunakan bahan daging sapi, ayam, telur ikan terbang, dan sayuran. Api akan menjilat-jilat dasar wajan untuk memberi sensasi rasa asap dan hangus.
Untuk memberi sensasi rasa Korea, sebagian besar bahan masakan hingga alat-alat masak didatangkan langsung dari Korea. Adapun tofu yang menjadi salah satu bahan baku utama dibuat sendiri. Rasa tofu alias tahu SGD Tofu House khas, lembut, tetapi masih menyisakan tekstur. ”Mesin pembuatnya kami datangkan khusus dari Korea,” tambah Astrid.
Pendorong semangat
SGD Tofu House dirintis sejak tahun 1962. SGD merupakan singkatan dari Sogongdong, nama daerah di Seoul, ibu kota Korea Selatan. Dulunya, daerah ini bernama Myeong-dong, merupakan lokasi restoran pertama SGD. Dibangun oleh Gyu-il Heo, kini bisnis restoran yang telah memiliki puluhan cabang di beberapa negara ini dipegang oleh generasi keduanya.
Pada kertas alas peranti saji yang sekaligus dijadikan sarana promosi, tertulis sejarah SGD Tofu House. Sambil mendengarkan lagu-lagu K-pop yang terdengar dari pelantang suara, kami membaca cerita sang penerus bisnis.
Young-seok Heo, generasi kedua pemilik restoran, menulis, menu sundubu jjigae (soft tofu stew) diciptakan dan diperkenalkan pertama kali oleh ayahnya, Gyu-il Heo, tahun 1962. Ayahnya mendirikan restoran itu tidak lama setelah berakhirnya Perang Korea yang merupakan saat-saat tersulit bagi masyarakat. Dalam kondisi demikian, Gyu-il Heo sering memberikan makanan gratis kepada masyarakat. Hal ini dirasakan sangat membantu dan mendorong semangat orang-orang yang dibantunya saat itu.
Kini, SGD Tofu House memiliki 33 gerai di Korea ditambah beberapa gerai di Jepang dan Amerika Serikat serta dua gerai di Indonesia yang baru saja dibuka, yakni di Pondok Indah Mall dan Pantai Indah Kapuk.
Menu pedas berkuah bisa kita padukan dengan menu bercita rasa manis, seperti mix albab combo; galbi jim yang menggunakan iga sapi dan kurma kering; LA Galbi, yakni menu iga panggang bertabur wijen yang digemari di Los Angeles; atau jap chae yang berupa bihun dari ubi dimasak bersama daging sapi dan sayuran.
Sebagai pencuci mulut, kita bisa menikmati tofu puding yang kenyal nan lembut dengan imbuhan cokelat di atasnya atau puding kacang merah yang manis dan bertekstur padat.
Merah merona
Cita rasa sundubu yang lain bisa juga dinikmati di sejumlah restoran khas Korea, salah satunya Chung Gi Wa, yang memiliki gerai di sejumlah mal di Jakarta dan Tangerang Selatan. Tersedia menu sundubu jjigae yang memadukan tofu; sari laut, seperti cumi-cumi dan udang; serta telur dalam kuah sedikit pedas.
Tofu yang disajikan semacam tahu sutra yang sangat lembut dan langsung lumer di mulut. Udang dan cumi-cumi juga terasa lunak, berenang-renang dalam kuah panas berwarna merah. Taburan daun bawang di atasnya menambah sedap sup tahu tersebut.
Variasi menu sup tahu pedas juga bisa dinikmati dalam sejumlah menu lain, seperti chadol doenjang jjigae, kimchi jiggae, dan kimchi jeongol. Semua menawarkan perpaduan tahu beragam tekstur dengan daging dan sayuran.
Chadol doenjang jjigae berisi tahu bertekstur lembut, brisket daging sapi, mentimun, dan daun bawang. Kuah dari pasta kedelai terasa pedas karena ditambah dengan irisan cabai merah. Kimchi jjigae berupa tahu lembut dipadukan daging sapi, bawang bombai, serta paprika merah dan hijau. Kuahnya merah merona, berasal dari kimchi pedas. Siapkan saja tisu di dekat piring untuk mengantisipasi peluh yang membanjiri pelipis saat menyantapnya.
Kimchi jeongol sedikit mirip dengan kimchi jjigae, hanya berbeda dalam penyajian.
Jika kimchi jjigae disajikan dalam mangkuk saji panas, Kimchi jeongol dimasak dengan kuali panas alias hot pot dalam porsi lebih besar untuk 2-3 orang.
Chung Gi Wa dibuka sejak tahun 1997 dan menyajikan cita rasa kuliner Korea, baik modern maupun tradisional. Menu tradisional semacam sundubu bersanding dengan aneka menu barbekyu Korea dan menu-menu kekinian semacam cheese buldak, yakni daging ayam dimasak pedas dengan taburan keju mozarella dan daun bawang.
Setelah lidah ditantang dengan kuah pedas, aliran dingin dari virgin mojito atau pommegranate squash membasuh dengan kesegaran. Ahhh....
(SRI REJEKI/VIDELIS JEMALI/FRANSISCA ROMANA NINIK)