Lumut di Sela Ruang
Bukan cuma bunga dan dedaunan yang pantas menghias ruangan. Lumut pun bisa tampil unik dan mengesankan jika diberi kesempatan. Tumbuhan perintis ini menawarkan sisi lain keindahan.
Gundukan-gundukan mungil menghias bejana berwarna coklat keemasan. Gundukan tersebut tampak seperti kubah bukit, semakin tampak kontras dengan tambahan rose bottle pumpkin atau rose hips pumpkin berwarna jingga kemerahan. Diletakkan di antara benda artistik lainnya di rak, ia memberikan sentuhan kehidupan dan kesegaran.
Amalya Hasibuan bukan tipe perempuan penyuka bunga. Arsitek lanskap yang juga pemilik nursery ini lebih menyukai hijau-hijauan (green arrangement) untuk menghias ruangan. Dua tahun lalu ia mulai melirik lumut sebagai ”pemain utama” penghias ruang.
”Lumut tuh meski ’cuma’ hijau tapi kuat. Kalau kita tambahkan sesuatu sebagai pemanis, jadi kontras,” katanya di sela-sela pameran instalasi Autumn oleh Alex Bayusaputro yang berlangsung di ruang pamer Klots, Jalan Kemang Timur, Jakarta, belum lama ini.
Awalnya, Amalya memasukkan lumut sebagai elemen pelengkap dalam rangkaian bunga yang ia kirim sebagai hadiah ulang tahun seorang teman. Lama-lama ia terpikir untuk menjadikan lumut sebagai elemen interior, bukan lagi sebagai pelengkap, melainkan sebagai elemen utama. ”Lumut sebagai elemen desain interior belum banyak dilirik, apalagi sebagai pemain utama. Padahal, lumut ini lumayan awet,” kata Amalya.
Lumut bisa berdiri sendiri sebagai elemen penghias interior ataupun dikombinasikan dengan elemen lain. Rose hips pumpkin tadi, misalnya, sebenarnya merupakan buah dari bunga mawar yang sudah tua. Ketika dikombinasikan dengan elemen lain, lumut menjadi semacam ”kanvas” bagi lukisan yang disusun oleh elemen-elemen lain yang digunakan.
”Karena di sini saya menyesuaikan desain utamanya Alex. Ada lukisan dan guci dengan warna crimson red. Jadi, saya tambahkan dengan rose bottle pumpkin yang berwarna oranye kemerahan agar ada benang merahnya,” kata Amalya.
Di atas meja makan, ia juga mengawinkan lumut dengan sejenis tanaman yang memiliki daun-daun merah dengan bintil-bintil di tepian. Efeknya, suasana meja makan terlihat manis, segar, dan unik. Untuk dekorasi ruangan, Amalya biasanya menggunakan lumut jenis ball moss dan selaginella.
Ball moss tumbuh membentuk kubah seperti bola. Jika dijaga kelembabannya, daun-daunnya akan bertahan tetap hijau. Jika tidak, akan mengering dan warnanya berubah menjadi coklat abu-abu. Sedangkan selaginella tumbuh seperti gerumbulan brokoli.
Tetap lembab
Menjaga kelembaban lumut menjadi kunci untuk mempertahankannya agar tetap segar, hijau, dan menarik. Caranya cukup dengan menyemprotkan air secara merata ke seluruh permukaan lumut setiap hari. Akar lumut juga perlu ditambatkan pada spons yang basah agar senantiasa lembab.
Di dalam ruangan, terutama yang berpenyejuk udara, AC akan menyerap humiditas yang menyebabkan kelembaban udara di ruangan itu berkurang. Jika ada tanaman di ruangan berpendingin, tanaman akan lebih cepat kering.
”Kalau sudah mulai mengering, kita bisa keluarkan lumut itu dan menaruhnya di tempat yang lembab, teduh, dan tidak terkena matahari langsung. Setelah segar, kita bisa menempatkannya kembali ke dalam ruangan,” kata Amalya.
Lumut yang ditempatkan di teras yang merupakan ruang terbuka tanpa pendingin udara sudah tentu akan lebih terjaga kelembabannya. Apalagi jika diletakkan di bagian yang teduh tidak terkena sinar matahari langsung, ia akan tumbuh lebih baik.
Lumut cocok diaplikasikan pada berbagai gaya interior, mulai dari modern, klasik, hingga gaya etnik dan minimalis. Dekorasi lumut ini juga cocok ditempatkan di berbagai material wadah, mulai dari plastik, keramik, kaca, hingga logam dengan beragam warna. Ia bisa ditempatkan di atas meja, di dalam atau di atas rak, digantung di langit-langit, ditempel di dinding, atau diletakkan di atas lantai.
Lumut memberikan kesan menghangatkan sekaligus melembutkan ruangan. Ia bisa menjadi elemen yang menonjol, tetapi tidak terlalu mencuri perhatian. Lumut menciptakan suasana ruang hijau yang tidak terlalu ”berisik”.
Tidak hanya sebagai penghias ruang di kantor atau ruang kerja, lumut juga cocok dimanfaatkan sebagai dekorasi interior di rumah dan apartemen. Misalnya, yang dilakukan saat pameran The Colours of Indonesia III: Maison 12, beberapa waktu lalu, juga di Jakarta.
Saat itu, Amalya menggabungkan lumut dengan kantong semar untuk ruang tidur dengan tema Borneo. Lumut juga ia kombinasikan dengan daun tanaman ubi yang lantas ditempatkan di meja pantry bertema Papua. Di atas meja makan, ia menempatkan lumut dengan tunas kelapa dalam ”pot” berupa batu besar yang dilubangi.
Lumut juga bisa tampil
elegan ketika disandingkan dengan rangkaian melati dan kembang sedap malam.