JAKARTA, KOMPAS — Pengembang gim lokal berkolaborasi dengan produsen film untuk membuat film berbasis alur cerita gim. Hal ini untuk menangkap dua pasar konsumen sekaligus, yakni peminat gim dan film horor lokal.
Kolaborasi itu terlihat dari film DreadOut The Movie yang dirilis ke media, Rabu (2/1/2019) di Jakarta. Menurut rencana, film akan dirilis ke masyarakat mulai besok, Kamis (3/1). Film ini diproduksi atas kerja sama pengembang gim PT Digital Semantika Indonesia (Digital Happiness) dan rumah produksi film Goodhouse.id.
CEO PT Digital Semantika Indonesia Rahmat Imron mengatakan, target dari kolaborasi tersebut adalah agar gim yang diproduksinya lebih dikenal pasar lokal di Indonesia. Pasalnya gim DreadOut yang dirilis sejak 2014 lebih banyak dibeli oleh konsumen luar negeri daripada di dalam negeri, hingga bisa membawa untung sebesar 1 juta dollar AS atau setara dengan sekitar Rp 14 miliar dalam dua tahun masa rilis.
”Kontribusi konsumen gim Indonesia terhadap nilai keuntungan itu hanya 7 persen. Padahal, peminat gim ini cukup tinggi, yakni 2,5 juta pengunduh gratis dan 500.000 pengunduh berbayar,” kata Rahmat.
Dia pun yakin kontribusi konsumen lokal akan bisa meningkat setelah kolaborasi jika melihat tingginya daya beli konsumen gim di Indonesia. Berdasarkan Newzoo Global Games Market Report 2018, nilai industri gim Indonesia mencapai 1.130 juta dollar AS atau sekitar Rp 16,3 triliun.
Salah satu produser film Dreadout The Movie, Wida Handoyo, mengatakan, film ini selain berpotensi mengejar segmen penggemar gim juga mengejar penggemar film horor. Ia optimistis potensi itu bisa direbut apabila melihat jumlah penonton film selama 2018 sebanyak 52 juta orang, serta jumlah penggemar gim dari berbagai platform yang ia perkirakan mencapai 100 juta orang.
”Apabila tiap segmen konsumen itu berkontribusi setidaknya 20 persen terhadap jumlah penonton, film ini potensial menarik banyak penonton,” ucap Wida.
Sebagai salah satu investor yang terlibat, CEO PT Lyto Datarindo (Lyto) Andi Suryanto menilai bentuk kerja sama ini tepat untuk membawa produk gim lokal ke berbagai sektor industri kreatif. Sebagai distributor gim yang telah berkiprah sejak 2003, produk gim menurut dia lebih mudah untuk dibawa ke pasar internasional.
Prospek
Ketiga pihak itu melihat kolaborasi tersebut juga prospektif dalam meningkatkan valuasi keuntungan. Sebagai contoh, setelah rilis film ini, Rahmat menargetkan peningkatan konsumen lokal sebesar 15 persen saat rilis gim terbaru DreadOut 2.
Pihak Lyto juga menerapkan promo bagi konsumen gim yang menonton film tersebut di bioskop. Promo itu meliputi penukaran tiket film untuk item spesial dalam produk gim dari Lyto.
Dari segi distribusi film, Wida saat ini fokus pada capaian jumlah penonton di 200 layar bioskop saat pemutaran. Ia menargetkan film ini dapat menembus lebih dari 1,5 juta penonton.
Distribusi selanjutnya akan diarahkan ke pemutaran internasional dan jasa media putar berbasis streaming. Sejauh ini, Wida mengatakan, ada dua pihak yang telah bernegosiasi.
”Kami masih tunggu hingga masa tayang di bioskop selesai, setidaknya tiga bulan dari masa tayang,” ucap Wida.
Film yang total pendanaannya mencapai Rp 12 miliar ini disutradarai Kimo Stamboel dan dirilis secara nasional mulai Kamis (3/1/2019). Ia menjadi sutradara bagi sejumlah film horor Indonesia, seperti Rumah Dara pada 2009.
Sinopsis film
Film DreadOut The Movie bercerita tentang sekelompok siswa SMA yang berharap mendapatkan popularitas di media sosial. Mereka pergi ke sebuah apartemen kosong malam hari untuk merekam kegiatan di sana.
Hal misterius terjadi saat Linda, salah satu anggota kelompok tersebut, membuka portal misterius dan membangunkan penunggu alam gaib berkebaya merah, yang menyeret mereka ke dalam neraka. (ADITYA DIVERANTA)