Mau Kinclong? Tak Perlu Gengsi...
Siapa bilang perawatan wajah dan tubuh hanya ritual kaum hawa? Kini pria pun lebih sadar akan perawatan diri. Pada awalnya barangkali masih malu-malu, tetapi seiring tren yang meluas secara global, rasa rikuh perlahan terkikis. Perspektif terhadap maskulinitas melentur seiring zaman. Toh, lelaki dan perempuan sama-sama makhluk berkulit.
Di sela-sela jam istirahat kantornya, Kamis (17/1/2019), Gustrieldy Maha Putra (28) mengunjungi gerai produk perawatan kulit di sebuah mal di Jakarta Pusat. Pegawai negeri sipil di suatu kementerian ini mendengarkan penjelasan pramuniaga dengan antusias.
”Yang ini habis, yang lain masih ada di rumah,” ujarnya setelah membeli produk ultrafacial cream, pelembab wajah yang ringan teksturnya.
Putra menggunakan rangkaian produk perawatan kulit lengkap, mulai dari pembersih, toner, pelembab, serum, krim mata, dan tabir surya. Ia rutin sepekan sekali menggunakan masker wajah dan scrub.
”Saya senang tampak bersih. Seiring bertambahnya umur, merasa perlu perawatan. Apalagi saya kadang kerja luar ruangan,” ujar Putra, penggemar lari dan jalan-jalan.
Pemandangan pria mengunjungi gerai yang menawarkan produk perawatan semakin jamak ditemui. Di sebuah mal di Jakarta Selatan, Prya (33) juga mengunjungi beberapa gerai untuk mencari produk perawatan wajah yang sesuai dengan jenis kulitnya. Dia tak segan bertanya dengan detail terkait produk yang cocok digunakan untuk kulit kering dan kusam seperti kulitnya.
”Ini bisa dipakai siang dan malam?” tanyanya.
”Bisa,” jawab pramuniaga. Kalau sering di lapangan dapat ditambah dengan tabir surya, demikian informasi yang didapat. Harga total rangkaian produk perawatan pria itu senilai Rp 3 juta untuk pemakaian sekitar enam bulan. ”Hitung-hitung investasi, ya, he-he-he,” ujarnya.
Produk-produk perawatan untuk pria kini semakin ramai kita temui di pasaran beberapa tahun belakangan ini. Produsen yang menawarkan produk perawatan untuk perempuan kini secara khusus menjual produk perawatan pria. Variasi produknya belum sebanyak produk perawatan perempuan, tetapi semakin beragam.
Merek besar papan atas hingga menengah mengeluarkan produk perawatan wajah dan tubuh untuk pria. Tak sebatas untuk bercukur, pencuci muka, tetapi sudah lebih lengkap, seperti pelembab, penyegar, serum, gel, essence, krim antipenuaan, dan pelembab bibir.
Ini dibenarkan Erlangga Satrio, Marketing Manager Kiehl’s (L’Oreal Indonesia). Kiehl’s sebenarnya tidak secara khusus memisahkan produk untuk perempuan atau pria. Sebab, produk dasar, seperti pembersih dan pelembab, bisa dipakai untuk siapa pun.
”Namun, perkembangan sekarang berbeda. Berdasarkan riset, kebanyakan pria enggan memakai produk yang tidak ada label ’pria’. Lalu, Kiehl’s mengeluarkan produk khusus untuk pria, yang dinamai dengan kesan manly, juga dengan warna yang mencerminkan kelelakian. Dengan begitu, pria tidak lagi enggan membawa produk ini ke pusat kebugaranatau touring, misalnya,” paparnya.
Kiehl’s mengeluarkan produk berlabel Facial Fuel dengan warna kemasan biru yang terkait dengan dunia otomotif. Ada juga rangkaian produk Age Defender berkemasan hitam, meliputi produk antipenuaan. Ya, kaum pria mulai peduli pada kerutan di wajah mereka.
Produk untuk pria ini, kata Erlangga, baru 6 persen dari keseluruhan produk Kiehl’s. Pria yang memakainya baru 4 persen. Sebanyak 2 persen lain menggunakan produk umum yang bisa dipakai pria dan perempuan. ”Dibandingkan tiga tahun lalu yang cuma 4 persen, angkanya naik. Kini pria tidak canggung lagi memakai produk perawatan,” ujarnya.
Hal senada dituturkan Brand Manager The Body Shop Indonesia Erfan Haryando. Produk perawatan pria mulai diramaikan lagi pada pertengahan tahun 2018 karena melihat semakin banyaknya pria yang peduli dengan penampilan. Produk yang ditawarkan meliputi rangkaian bercukur, pembersih, skin energizing, pelembab, mattifying moisturizer, hingga pelembab khusus untuk wajah berkumis dan berewok yang memerlukan hidrasi lebih banyak. Warna kemasan produk juga dipilih hijau tua kombinasi kuning, biru tua, dan hitam.
”Pria dulu cuek, berkegiatan di luar ruangan tanpa perlindungan. Enggak pakai pelembab atau tabir surya sehingga kulitnya hitam lebih cepat, muncul noda di kulit lebih cepat. Sekarang mereka mulai sadar kulit itu aset. Penampilan yang baik adalah penunjang kesuksesan,” kata Erfan.
Meledak
Tren perawatan wajah dan tubuh pria ini terjadi secara global dalam beberapa tahun terakhir. Merek L’Oreal mengeluarkan krim untuk pria, begitu juga dengan Estee Lauder dan Tom Ford Beauty. Mereka menamai produk dengan nama yang terkesan macho, seperti Alistair atau Scott. Chanel mengeluarkan matte lip balm dan pensil alis dengan nama Boy yang akan masuk pasar Asia tahun ini.
Coresight Research dalam artikel berjudul ”Deep Dive: Global Male Grooming Market” (9/3/2017), mengutip Euromonitor, menyebutkan, pasar global untuk produk perawatan pria sedang meledak. Diproyeksikan nilainya mencapai 60,7 miliar dollar AS pada 2020. Tahun 2015, penjualan produk untuk pria baru 17,5 miliar dollar AS.
Peran media massa
Pasar terbesar masih di kawasan Eropa Barat, tetapi pasar Asia Pasifik mengalami pertumbuhan tercepat. Salah satunya berkat budaya pop Korea Selatan yang ikut membentuk pertumbuhan produk perawatan pria.
Tak disangkal, media massa, baik media massa arus utama maupun media sosial, berpengaruh besar dalam tren ini. Laman The New York Times dalam artikel ”Do You Even Moisturize, Bro?” (17/10/2016) mengulas situs tentang pria dan perawatan yang didirikan David Yi (29), Very Good Light. Yi, keturunan Korea, tidak asing dengan perawatan wajah berkat ibunya yang selalu menyuruhnya mengoleskan krim dan tabir surya jika keluar rumah. Ia selalu menerapkan tujuh langkah untuk merawat wajahnya, mulai dari pembersih, penyegar, mist, serum, essence, pelembab, sampai tabir surya.
Melalui Very Good Light, Yi berharap untuk mendefinisikan ulang maskulinitas dan ketampanan pria.
Di Indonesia ada portal Lanang Indonesia (www.lanangindonesia.com) yang banyak mengulas tentang perawatan wajah dan tubuh pria. Tak ketinggalan laman Harpersbazaar.co.id yang mengulas hal serupa. Salah satu artikel menjelaskan, produk untuk pria dirancang guna memenuhi kebutuhan koreksi bagian wajah secara ringan lewat cara yang lebih simpel.
Editor Senior Lanang Indonesia Rendi Widodo mengungkapkan, meskipun segmen pria yang merawat diri masih kecil, semakin banyak kalangan yang terpapar informasinya. Selain media, pengaruh kaum perempuan, seperti teman atau kekasih, juga cukup signifikan bagi kaum pria untuk mulai merawat wajah dan tubuh. ”Dulu mungkin tanggapannya, ’Ih, apaan sih’, kalau ada yang kasih masukan untuk merawat diri. Apalagi mungkin ada pandangan bahwa perawatan diri identik dengan kaum homoseksual. Nyatanya, kan, tidak. Cowok masih tetap bisa tampil urakan, berambut gondrong, terlihat macho dan keren meski merawat diri. Sekarang dibilang potongan rambut jelek saja sudah gerah. Terlebih lagi bau badan. Itu seperti aib,” tuturnya.
Rendi sendiri mulai mengenal perawatan tubuh di spa sejak diajak kekasihnya ke salon. ”Kok, ternyata menyenangkan,” ujarnya sambil tertawa. Pantas saja, para perempuan betah sekali perawatan di spa dan salon.
Ia menilai, tren perawatan pria akan terus tumbuh. Pasarnya masih sangat luas. Kesadaran kaum pria untuk merawat diri juga semakin meningkat. ”Mereka yang berpendapat miring belum pernah mencoba saja. Jangan dinilai tindakan konsumtif, tetapi investasi untuk menunjang karier dan pekerjaan,” kata Rendi.
Melihat fenomena tersebut, pengajar pada Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya, Kandi Aryani Suwito, menilai, tidak ada hal yang mengagetkan. Dalam pandangannya, jender adalah identitas yang punya spektrum, tidak diposisikan bertentangan antara ekstrem maskulin dan ekstrem feminin. Isu tentang maskulinitas yang tereduksi apabila pria merawat diri juga menjadi tidak relevan.
”Menarik ketika pria sekarang melakukan hal-hal yang semua dilakukan perempuan. Dulu tekanan sosial pada pria, seperti tahan banting, kotor, banyak kegiatan luar ruang, lebih besar. Sekarang variasi identitas jender mulai dibuka dengan banyak pilihan dan ekspresi, terutama pada generasi milenial,” paparnya.
Orang bisa berpenampilan sangat maskulin, tetapi suka grooming, dan sebaliknya. Jadi, gambaran ideal tentang maskulin generasi sekarang bisa berbeda dengan generasi sebelumnya. ”Ganteng sekarang bisa berbeda dengan ganteng zaman saya, lho. Ada pergeseran, transformasi, karena karakter generasi sekarang yang adaptif dan terbuka,” ujar Kandi.
Jadi, masih gengsi?
(LASTI KURNIA)