Dua Negeri Ridi
Rumah adalah tempat di mana hati kita berada. Tempat untuk saling bercerita sekaligus menciptakan kisah dan pengalaman baru dalam perjalanan hidup para penghuninya.
Setidaknya filosofi rumah seperti itu yang diyakini oleh Ridi Djajakusuma, direktur operasional di perusahaan industri strategis pertahanan Tanah Air, PT Pindad. Di rumahnya, dia menghadirkan ikon dua negeri.
Bersama keluarganya, ayah empat anak ini belum lama kembali ke Tanah Air. Sebelumnya, selama lebih dari 15 tahun mereka tinggal di Amerika Serikat. Istrinya, Novi, dan tiga anak Ridi, bahkan lahir di negeri itu.
Mantan produser Voice of America ini terlahir dari keluarga diplomat yang terbiasa tinggal dan berpindah negara. Selain AS, dia juga pernah tinggal selama empat tahun di Polandia mengikuti tugas orangtuanya.
Sedikit banyak Ridi mengakui ada proses adaptasi dan penyesuaian yang harus selalu dilalui, terutama ketika hidup dan tinggal di beberapa negara berbeda kultur dan lingkungan seperti itu. Proses adaptasi selalu tak semudah membalik telapak tangan.
”Saya lahir di New York, sementara tiga dari empat anak saya lahir saat kami tinggal di Washington DC,” ujar pencinta basket ini.
Walau sekarang keluarga Ridi telah kembali ke Tanah Air, kerinduan terhadap rumah kedua mereka di AS terkadang muncul. Untuk mengobati rasa kangen, sekaligus membantu proses adaptasi anak-anak, Ridi dan sang istri sepakat untuk merenovasi rumah yang mereka beli dan tinggali sekarang.
Bertempat di kawasan Bintaro di selatan Jakarta, rumah tinggal keluarga Ridi tadinya berbentuk rumah format lama yang konvensional. Selama sekitar setahun mereka merombak total dan membuat sejumlah penyesuaian, yang memungkinkan rumah itu jadi seakrab mungkin dengan nuansa dan suasana rumah lama mereka saat masih berdomisili di AS.
Ridi memercayakan sepenuhnya rancangan penataan dan pembangunan rumah dua lantai mereka, termasuk interiornya, kepada Novi. Rumah Ridi memiliki luas tanah 190 meter persegi, dan sekarang dengan luas bangunan dua lantai, sekitar 280 meter persegi.
Lantai dasar berformat mezanin dengan area ruang makan, dapur, dan taman belakang rumah lebih tinggi ketimbang ruang menonton televisi dan area menerima tamu di dekat pintu masuk. Walau menyerahkan sepenuhnya kepada sang istri, Ridi ”meminta” ada satu spot khusus untuknya berekspresi.
Pada salah satu ruas dinding di area lantai dasar rumah, di antara ruang menonton televisi dan area makan yang ada di lantai mezanin, Ridi menghadirkan gambar-gambar ala mural. Mural itu menampilkan ikon landmark kota New York dan Washington DC, seperti Gedung Capitol dan Monumen Washington, patung Liberty, Monumen Peringatan Iwo Jima, jembatan Brooklyn, dan Gedung Empire State.
Itu dia maksudkan sebagai pemantik kenangan tentang kedua kota tempat mereka dulu tinggal, New York dan Washington DC.
Pada sisi lainnya lagi, terlukis sejumlah gedung dan monumen ikonik Kota Jakarta, tempat mereka tinggal, seperti Tugu Monas, Tugu Selamat Datang, Tugu Pancoran, dan Masjid Istiqlal. Seolah membagi dua sisi area bergambar ikon dari kedua negara tadi, Ridi melukis separuh bola matahari besar yang menunjukkan bahwa di mana pun mereka berada hanya ada satu matahari sama yang menyinari.
”Awalnya saya cuma dibolehkan melukis warna hitam putih, tetapi saya nekat saja. Jadinya berubah. Namun, intinya, selain menjadi obat kangen, gambar-gambar itu juga menjadi semacam penggambaran cerita atau jalan dan pengalaman hidup kami sekeluarga,” ujar Ridi.
Awal kepindahan mereka ke Jakarta memang sempat terasa berat, terutama bagi dua anak kembar pertama pasangan ini, yang kini sudah berusia 17 tahun. Setiap kali rindu negeri tempat mereka lahir, si kembar kerap minta pulang kembali ke AS yang sudah mereka anggap sebagai rumah (home).
”Akan tetapi, perlahan saya selalu coba membangun pemahaman bahwa Indonesia adalah rumah mereka sekarang,” tambah Ridi.
Selain menghadirkan satu sudut dinding bergambar mural yang ikonik dan ngangenin tadi, Ridi dan Novi merancang area dapur dan taman belakang di lantai dasar rumah mereka menjadi tempat yang nyaman.
Dapur dan taman
Area dapur yang tersambung langsung dengan ruang makan menjadi lokasi favorit keluarga. Mereka sebisa mungkin berkumpul setiap waktu makan pagi dan malam. Sekadar untuk berbincang tentang yang apa yang akan dan telah dijalani hari itu.
”Kalau libur dan kebetulan semua ada, dua anak kembar saya juga senang memasak sesuatu untuk kami nikmati bersama. Entah bikin barbeku di taman belakang atau spesialisasi mereka. Yang satu jago masak makanan Italia, yang satu suka membuat pastri. Masakan mereka enak-enak,” ujar Ridi memuji.
Dari dapur ataupun meja makan mereka bisa memandang lepas ke taman belakang rumah yang asri dengan beragam tanaman hias. Di situ juga ada pancuran kecil yang memberi efek tenang dengan suara gemercik airnya.
Rerumputan hijau yang menghampar di taman kecil itu juga makin menyegarkan mata. Terkadang, tambah Novi, dia kerap merampungkan pekerjaannya sambil ngopi di meja makan atau meja dapur, keduanya sama-sama menghadap taman.
”Kalau di rumah sedang sepi, entah karena anak-anak masih di sekolah atau sedang ada kegiatan lain, area dapur, meja makan, dan spot duduk-duduk (di lantai mezanin) juga kerap jadi tempat saya menghabiskan sore dengan santai,” ujar Novi.
Selain rumput, taman belakang itu juga ditanami Novi dengan sejumlah tanaman hias lidah mertua, daun pandan, pohon talas, daun dolar, dan beberapa jenis tanaman lagi.
Area lelaki
Memiliki dan mengurus empat anak pasti tidak mudah. Ruang tidur sendiri menjadi salah satu kebutuhan keluarga yang tak terelakkan. Apalagi sejak dini, Ridi dan Novi mengajarkan anak-anak mereka untuk tidur di kamar masing-masing.
Setiap anak juga punya selera sendiri. Untuk mengatasi itu, Ridi dan Novi membangun rumahnya dua lantai lagi. Lantai pertama terdapat dua ruang tidur untuk dirinya dan sang istri serta ruang tidur putri bungsu mereka yang kini berusia menjelang empat tahun.
Sementara pada lantai kedua terdapat tiga ruangan untuk ketiga anak laki-laki mereka yang dirancang masing-masing memiliki jendela menghadap area terbuka, taman belakang. Itu memungkinkan sinar matahari masuk dan memudahkan sirkulasi udara. Lantai dua memang dikhususkan menjadi semacam ”boy’s area”.
Selain itu, terdapat ruang agak lega di depan kamar anak-anak. Ruangan ini bisa dipakai untuk berkumpul bersama teman-teman yang datang berkunjung. Area ini juga dilengkapi konsol permainan elektronik.
Seolah tak mau kalah, di ”boy’s area” ini, Ridi juga menempatkan satu kotak kayu besar berisi belasan pasang sepatu basket koleksinya, khusus satu merek ternama.
Selain penggemar olahraga basket, Ridi juga menjabat Direktur Operasional Liga Basket ASEAN (ABL) hingga tahun 2015. Sekarang ia juga jadi manajer atlet basket nasional, Arki Wisnu, yang juga saudara sepupunya, dulu sama-sama lahir di rumah sakit yang sama di AS.
Senyaman itulah rumah Ridi. Rumah yang berisi ikon dua negeri.