Percikan Neon yang ”Lega”
Perkembangan pakaian pria terus mencari formulanya tahun ini. Karakter simpel dipadu unsur ”sporty” dan potongan ”oversize” yang nyaman diprediksi akan jadi favorit. Dibalut percikan warna neon yang cerah di beberapa bagian, para pria pun tampil gaya tanpa ”ribet”.
Warna hijau terang pada bagian lengan, sedikit warna kuning menyala di bagian leher, atau kaus merah merona yang ngumpet di balik luaran (outer) yang berwarna netral adalah beberapa variasi yang bisa menjadi pilihan pakaian pria di tahun ini. Dengan pakem streetwear, para pria akan tampil lebih berani, tetapi tetap sporty.
Dana Maulana, salah seorang penggagas label Danjyo Hiyoji, melihat, warna neon akan menjadi salah satu kunci pada pakaian pria di tahun ini. Warna menyala ini akan berpadu dengan warna monokromatik yang kental dengan aura sporty pria. Perpaduan warna akan terjadi lebih berani, tetapi tetap dalam koridor yang simpel dan nyaman digunakan.
”Kalau kita lihat, kan, semua rumah mode luar pakai warna neon untuk koleksi mereka. Cerah dari atas sampai bawah. Tapi kita di sini tidak serta-merta mengambil semuanya kayak gitu, karena konsumen kita beda, harus diserap baik-baik,” tutur Dana, saat ditemui di workshop Danjyo Hiyoji, Tangerang Selatan, Rabu (23/1/2019).
Dalam aplikasi desainnya, tambah Dana, ia misalnya akan memadukan warna neon dengan banyak warna tanah. Dengan begitu, terjadi perpaduan warna, tanpa meninggalkan karakter warna yang dipandang khas pria. Warna neon itu juga akan menjadi ornamen pada kaus dan jaket, dengan sentuhan yang lebih sederhana.
Sebelumnya, beberapa koleksi yang telah ditampilkan label Danjyo Hiyoji pada 2018 memang telah mengambil warna neon, baik sebagai ornamen kecil maupun corak yang mendominasi. Untuk koleksi terbaru nantinya, perpaduan warna cerah akan banyak ia mainkan dengan kombinasi yang lebih seimbang. Warna neon yang menyala itu tidak menjadi dominan ketika dipadukan dengan warna lain.
Dalam waktu dekat ini, Dana bersama rekannya, Liza Mashita, sedang menyiapkan pergelaran di Yogyakarta dan Tokyo, Jepang.
”Desain tetap terlihat beda dengan sentuhan yang sedikit tersembunyi. Karena orang sekarang itu pengin terlihat keren, cuma enggak mau yang berlebihan. Dari jauh kelihatan biasa saja, pas dekat, oh, keren juga. Ada ini ada itu, oh, orang ini pasti ngerti mode, tapi enggak norak,” jelasnya.
Ia banyak mengevaluasi tingkah pelanggannya dua tahun belakangan. Beberapa pria, baik muda maupun yang berumur, menyukai sentuhan sederhana, seperti layer kecil di celana, atau jahitan piping di baju yang tidak terkesan lebai. ”Kesannya make it simple,” kata Dana.
Simpel yang ia maksud dalam tataran mode adalah impresi yang enak dan nyaman dilihat. Selain itu, juga nyaman digunakan aktivitas. Hal ini terjadi, tambah Dana, karena era digital yang makin cepat, menuntut semuanya bergulir serba kilat.
”Kalau terlalu effort di style, itu sudah makan waktu sendiri. Harus efektif dan efisien. Tapi itu tadi, simpel tapi berbeda,” jelas Dana.
Sarat warna
Permainan warna neon memang telah ditampilkan di berbagai pergelaran busana. Rumah mode papan atas dunia menampilkan koleksi yang sarat warna menyala, dengan karakter street style yang kuat. Pakem oversize juga menjadi pilihan, dengan variasi kantong, baik untuk atasan maupun pada celana.
Hal senada diungkapkan Amot yang mengusung label Amotsyamsurimuda. Amot yang dikenal dengan sentuhan warna monokromatik pada gaya streetwear mengungkapkan, ia akan lebih banyak mengeksplorasi warna terang di tahun ini.
”Tahun ini lebih kayak explore more bright colour. Gimana berekspresi masukin warna di koleksiku. Aku akan coba bikin sesuatu yang baru, karena desainer itu selalu ditantang berinovasi,” katanya, saat ditemui di waktu berbeda.
Hal yang juga menyita konsentrasi Amot adalah perkara ukuran dan pola. Desainer yang banyak mengeluarkan koleksi dengan karakter oversize ini, banyak berkreasi untuk mencari sentuhan baru.
Setelah mengevaluasi beberapa desainnya, ia melihat masih banyak hal yang bisa ia mainkan. Salah satu contohnya, dengan menaikkan atau menurunkan poin shoulder (pundak) dari biasanya. Sebab, menurut Amot, hal itu akan menentukan banyak perbedaan.
”Gue akan cari kombinasi yang lebih acceptable. Ini yang dulu tidak bisa, sekarang lebih bisa. Sebelumnya kelihatan aneh, kenapa tidak kita coba construct ulang lagi. Brand gue dua tahun ini kayak benar-benar terkait oversize. Mau mencoba yang berbeda dari itu. Misalnya panjang, bahan, dan lainnya.”
Longgar yang indah
Sementara Ariy Arka dari label Abee Indonesia mengungkapkan, selain warna yang akan semakin cerah, volume pakaian juga akan semakin berbeda. Gaya longgar akan semakin disukai, dengan komodifikasi yang terlihat pas dan nyaman.
”Sekarang enggak kayak dulu yang ketat, akan lebih mengarah straight,tapi lebih longgar. Oversize yang indah kayak gitu. Saya sendiri ke depan akan semakin banyak yang oversize,” tuturnya.
Pilihan lebih longgar ini, menurut Arka, karena aktivitas yang padat membuat orang cepat gerah. Pakaian yang tidak begitu ketat akan membuat pria nyaman dan tidak begitu berkeringat.
Selain itu, orang semakin sadar akan kesehatan diri juga bentuk tubuh. Jika merasa bentuk tubuhnya tidak bagus-bagus amat, tentu memaksakan memakai potongan yang slim atau ketat membentuk tubuh hanya akan memperkeruh suasana.
Beberapa koleksi terbaru Abee Indonesia yang ditampilkan di pergelaran Gorgeous 10, di Emporium Pluit Mall, Jumat (25/1/2019) sore, mengadopsi pola oversize yang Arka maksud tadi. Potongan lengan kemeja yang menutupi siku atau celana kuning menyala yang bagian pahanya lebih lebar adalah beberapa yang ia tampilkan.
Detail yang ditampilkan Arka dalam karyanya banyak bermain pada kombinasi etnik, batik, dan bordir. Ia memang dikenal memiliki spesialisasi pada bordir. Arka memadukan berbagai warna neon dengan warna hitam, variasi etnik, dan luaran (outer) yang longgar.
”Boleh dibilang perkembangan (pakaian pria) sangat dinamis. Semakin hari banyak cowok yang semakin atraktif dan berani. Itu yang kami tangkap dan ingin sampaikan,” tuturnya.