PCX Electric, Kejutan dari Honda
PCX Electric bukanlah sepeda motor listrik pertama yang meluncur di jalanan Indonesia. Untuk sementara, konsumen tidak bisa langsung memilikinya, tetapi harus melalui mekanisme leasing antarkorporasi.
Peluncuran PCX Electric hanya berselang beberapa bulan setelah penampilannya di Indonesia Motorcycle Show 2018. Membungkus rapat rencananya, Astra Honda Motor akhirnya benar-benar meluncurkan skutik elektrik pertamanya di Indonesia, PCX Electric, Kamis (31/1/2019).
Presiden Direktur Astra Honda Motor (AHM) Toshiyuki Inuma mengatakan, sepeda motor ini adalah bagian dari peta jalan Honda secara global untuk melakukan transformasi dari kendaraan konvensional ke kendaraan masa depan. PCX Electric hadir sebagai alternatif moda transportasi.
”Di samping sepeda motor berbasis bahan bakar, kami ingin memberikan kendaraan listrik yang nyaman dan menyenangkan,” ujar Inuma.
Elektrifikasi
Wajah PCX Electric yang diluncurkan AHM tidak jauh berbeda dengan All New PCX generasi terakhir yang diluncurkan AHM pada Desember 2017 dan sudah beredar di jalan-jalan Indonesia. Perbedaan kasatmata yang bisa dilihat dari penampilan eksteriornya adalah siluet biru yang terdapat di lampu utama, emblem ”electric” yang ada di kedua sayap, serta motor listrik yang menyatu dengan roda belakang adalah hal-hal yang membedakan penampilannya dengan PCX konvensional.
Kalau meneliti lebih jauh, terdapat penyegaran pada layar multi-information display (MID) PCX Electric, kini menjadi lebih kompleks. Selain odometer dan tripmeter digital, kini layar MID dilengkapi dengan beberapa indikator kondisi baterai dan indikator pengisian baterai.
Dan, pastinya, tanpa suara.
Motor elektrik digerakkan oleh dua baterai high density lithium-ion 96 volt (2 x 48 V) yang diletakkan di bawah jok. Kedua baterai itu, menurut Manajer Pengembangan PCX Electric Pusat Penelitian dan Pengembangan Honda Makoto Mitsukawa, mampu diajak berkendara hingga 69 kilometer dalam kondisi penuh terisi. Keberadaan kedua baterai di bawah jok itu sedikit mengurangi lokasi penyimpanan barang (bagasi) yang menjadi salah satu ciri skutik Honda.
Jarak 69 kilometer tersebut, menurut Makoto, bisa tercapai jika pengemudi mengendarai sepeda motor ini dalam kecepatan konstan 50 kilometer per jam. Jarak tersebut bisa bertambah atau berkurang, bergantung pada kondisi lalu lintas dan gaya mengemudi si pengemudi.
Untuk bisa berjalan maksimal 69 kilometer, baterai harus diisi ulang penuh lebih kurang selama enam jam. Cara pengisiannya tidak sulit: menggunakan on-board charger yang ada di tubuh sepeda motor atau mengisi ulang baterai dengan menukarkan baterai yang sudah kosong ke tempat-tempat penukaran baterai yang telah ditentukan. Untuk opsi terakhir, menurut Direktur Pemasaran AHM Thomas Wijaya, baru akan tersedia di tiga lokasi di Jakarta.
AHM memastikan bahwa produknya sudah mengikuti standar internasional tentang keselamatan dalam proses produksi. Wakil Presiden Direktur Eksekutif AHM Johannes Loman menyebutkan, skuter yang akan diproduksi di pabrik AHM di Sunter ini sudah mengikuti standar elektrifikasi yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Termasuk juga keamanan baterai yang disematkan pada kendaraan.
Model bisnis
Loman mengatakan, Honda tidak hanya menawarkan produk mereka ke pasar tanpa mempersiapkan segala sesuatunya. Mereka akan mempersiapkan infrastruktur, layanan dan sumber daya manusia, serta skema bisnis tersendiri bersama peluncuran sepeda motor ini.
”Kami akan terus mempelajari dan menyesuaikan secara bertahap perkembangan sepeda motor listrik ini ke depan,” katanya.
Beberapa bulan lalu, jelang perhelatan IMOS 2018, Loman kepada Kompas menyatakan dukungannya terhadap rencana pemerintah mengembangkan sepeda motor listrik di Indonesia. Meski demikian, sebagai produsen sepeda motor, Loman—yang saat itu berbicara mewakili Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI)—menyatakan, ada beberapa faktor yang dibutuhkan industri agar mulai mengalihkan produksinya, yaitu mulai dari ongkos produksi yang sama antara sepeda motor listrik dan konvensional, keamanan pengguna dan kendaraan, hingga skema bisnis yang berkembang khusus untuk baterai (penggantian baterai atau battery-swap) atau stasiun pengisian listrik umum (SPLU).
Baik Loman maupun jajaran direksi AHM tidak berani menyebut harga jual skuter elektrik ini jika ingin dimiliki oleh individu. Karena tidak berani menyebut harga jual di pasaran untuk individual, mereka pun membuat model bisnis business to business (B to B) apabila seseorang ingin mencoba menggunakannya untuk kendaraan sehari-hari.
Direktur Pemasaran AHM Shigeto Kimura mengatakan, untuk saat ini, pihaknya menilai belum saatnya mereka membiayai konsumen individu dengan biaya (harga jual yang tinggi) dari sebuah PCX Electric.
Loman mengatakan, untuk saat ini, AHM menyiapkan skema bisnis dengan model sewa atau leasing. Melalui perusahaan, seseorang bisa mengajukan permintaan penyewaan skuter elektrik ini kepada AHM. Meski demikian, tidak disebutkan jumlah minimal sebuah perusahaan bisa mengajukan permintaan penyewaan kepada Honda.
Thomas Wijaya menambahkan, sampai saat ini, skema penyewaan yang dipikirkan masih sekitar dua atau tiga tahun. Hal itu setara dengan masa pakai (lifetime) baterai lithium-ion yang disematkan Honda pada skutik ini.
Selamat datang elektrifikasi….