Pusat Seni Rasa Dunia
Yun Artified Community Art Center menghadirkan pengenalan terhadap dunia seni di kawasan yang jarang disentuh para seniman, yaitu Jakarta Utara. Hadir di Kawasan Pantai Indah Kapuk, pusat kesenian ini tak mau jadi sekadar galeri.
Dikelola sebagai organisasi nonprofit, Yun Artified yang diresmikan pada hari Jumat (18/1/2019) itu tampil dalam wajah modern. Gedung bangunan di lahan seluas 1.500 meter persegi ini menyita perhatian dengan dinding muka serba kaca. Gemericik air dari kolam di halaman depan memberi kesegaran, berpadu dengan ruang pamer yang transparan.
Kesan mewah ditonjolkan lewat ruangan serba lapang di empat lantai, tiga lantai di antara digunakan untuk pameran. Pada dinding-dinding di lantai pertama yang merupakan ruang pamer tergantung karya seni lukisan China.
Bangunan yang didesain arsitek dari Taiwan ini mengusung konsep dengan kesederhanaan dan struktur yang kuat. Tak hanya bangunannya, perabot seperti kursi untuk pengunjung pun didesain modern selaras dengan atmosfer ruang pamer. ”Ini non-profit dan bukan galeri, tapi art center, pusat kesenian,” kata Pemilik Yun Artified, Yince Djuwidja.
Yince mewujudkan mimpinya untuk melahirkan pusat seni itu di Jakarta setelah berkunjung ke lebih dari 10 museum dan art center di luar negeri. ”Kalau lihat pameran, saya selalu melihat gedungnya. Saya enggak suka art center yang berliku-liku. Ruang terbuka begini terlihat grand dan lapang,” tambahnya.
Meski hadir dalam ruangan yang lapang, pusat kesenian ini mewadahi kebutuhan untuk menyuguhkan karya seni dalam jumlah besar dengan menghadirkan sekat-sekat modern. Sekat ini didesain dengan sistem gorden blackout sehingga mudah dibongkar pasang. Ruang penyimpanan karya seluas 4 x 12 meter di bagian belakang ruang pamer juga menggunakan sistem gorden ini.
Ruang penyimpanan dibuat untuk menyimpan beragam perkakas pameran dan koleksi karya. Namun, koleksi benda seni tidak menjadi tujuan utama. Biasanya koleksi seni diperoleh dari seniman yang meninggalkan karya setelah berpameran. Selain ruang pamer, ada perpustakaan buku seni seperti buku tentang lukisan cat minyak, china painting, dan kaligrafi china.
Pendidikan seni
Dengan menggunakan lift atau tangga, pengunjung bisa mengeksplorasi ruang pamer di lantai dua yang menyatu dengan ruang rapat. Para seniman juga dapat sekaligus berkarya di studio lukis di lantai teratas. Studio lukis ini pun terbuka bagi pendidikan seni.
”Kami lebih memusatkan pada pendidikan, pameran paling 2-3 kali dalam setahun. Yang penting berkualitas sehingga komunitas sekitar sini dan sahabat mulai tahu seperti apa karya seni yang bagus,” kata Yince.
Pendidikan seni yang dimaksud antara lain kelas melukis minyak, belajar kaligrafi China dan lukisan China, hingga membuat patung dari tanah liat. Setiap kelas diikuti 10-15 murid dengan umur di atas tujuh tahun dan sengaja dicari anak-anak yang memiliki bakat seni.
Ruang pamer ini dibangun menyatu dalam satu halaman dengan rumah Yince. Di bagian tengah yang menghubungkan dua bangunan itu ada ruang serbaguna yang digunakan untuk kelas kaligrafi. Di lantai atas ruang serbaguna ini terdapat kamar-kamar bagi tamu.
Keinginan untuk menghadirkan pusat seni berkualitas di Jakarta diperkuat ketika Yince yang merupakan Ketua Indonesia China Art Association (ICAA) menghadirkan International Art Exhibition pada 2014 di Jakarta. Kegiatan ini mengakomodasi pertukaran seni antara Indonesia-China dengan menghadirkan seniman dan kurator dari China ataupun Indonesia. Ketika itu, Yince bingung mencari ruang untuk mewadahi kebutuhan yang ada.
Akhirnya biaya pameran selama delapan hari itu membengkak. Untuk seluruh set pameran, harus dibeli papan baru dan pencahayaan sendiri. ”Papan display sekali pakai rusak. Lampu enggak tahu mau diapain lagi. Jadi, mikir-mikir lebih baik bangun sendiri. Harus bikin sendiri,” ujar Yince.
Pameran seni
Seiring dengan peresmian Yun Artified, Yince juga memamerkan karyanya berupa seni kaligrafi, lukisan tradisional China, dan lukisan minyak yang dikuratori Jim Supangat.
Yince juga menerima penghargaan dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) karena membuat kaligrafi China sebanyak 80 kata pada kertas vertikal sepanjang 15 meter. Kaligrafi yang berkisah tentang keindahan alam ini digantung di sisi dinding dekat lift. Hadir pula seniman pemahat asal China, Zheng Lu, yang memamerkan sejumlah karya pahatan.
Nama Yun pada Yun Artified berasal dari salah satu karakter pada nama Yince atau Yunce. Sementara Artified dimaknai agar pengunjung bebas mengartikan makna ”yun” ini seperti apa dan akan menjadi apa.
Keinginan membangun pusat seni ini timbul sejak lima tahun lalu. Awalnya, Yince ingin mendirikannya di wilayah Jakarta Selatan pada lahan seluas 3.000 meter persegi, tetapi terbentur perizinan di kawasan residensial. ”Art center pengin jadi ikon. Kata suami, bangun sebelah rumah saja agar enggak usah capek ke selatan. Di Jakarta Selatan juga sudah banyak pusat seni,” tambahnya.
Kawasan Jakarta Utara juga dinilai pas karena banyak penghuninya yang beretnis Tionghoa. Kehadiran pusat seni ini sekaligus menjadi sarana edukasi bagi warga sekitar bahwa benda seni itu bukan sekadar barang-barang komersial yang dijual di pusat perbelanjaan
Yun Artified pun didesain berstandar museum. Dengan limpahan pencahayaan dari luar, udara disaring bebas debu dan dilengkapi kontrol kelembaban. Setiap lantai bisa menghadirkan lebih dari 100 karya.