Menghadang Kegemukan
Obesitas menjadi momok sejak masa kanak-kanak. Agar tak berujung penyakit mematikan, orangtua berinisiatif mengenalkan gaya hidup sehat dari usia sangat dini. Gairah ini ditangkap pusat kebugaran yang sedang naik daun, seperti Rockstar Gym, yang menyediakan kelas mulai dari bayi usia enam bulan. Anak balita pun sejak dini sudah beryoga hingga menjadi konsumen katering diet sehat.
Ruang tunggu di Rockstar Gym di Bintaro Jaya Xchange penuh sesak oleh orangtua yang mengantarkan buah hatinya, Kamis (7/2/2019) sore. Dari sejak mal dibuka pukul 10.00, bayi-bayi sudah masuk kelas merangkak, berjalan, hingga melompat. Pada siang hingga sore, suasana semakin sesak dipenuhi anak-anak yang berolahraga sepulang sekolah.
Salah satu orangtua adalah Lala yang mengantarkan putrinya, Oliv (4). Setiap hari dari Senin hingga Minggu, Oliv mengikuti beragam kelas kebugaran. Kali ini, Oliv mengikuti tiga kelas sekaligus dalam sehari, yaitu yoga, renang, dan martial art.
”Seminggu saya ambil semua kelas karena anaknya senang. Baru mulai umur 4 tahun sebenarnya terlambat. Harusnya dari dua tahun. Kurang dini,” kata Lala.
Rockstar Gym menjadi sentra olahraga bagi anak dan remaja sejak 2004 yang kini sudah hadir di dua negara di 13 lokasi dengan lebih 10.000 murid. Kegiatan olahraga menjadi jawaban agar Oliv yang mengaku sangat menyukai kelas balet ini bisa terus bergerak. Jika tidak sedang berolahraga, Lala prihatin karena putrinya lebih banyak berkutat di depan gawai.
Gym atau olahraga senam, menurut Development Manager Cheerleading Rockstar Gym Bintaro Wendy Zelda Helling, adalah dasar dari semua jenis olahraga. Lewat gym, anak-anak diajak memiliki body awareness atau kesadaran tubuh yang bagus. ”Punya bentuk badan yang bagus karena detailnya dilatih dari ujung kaki sampai ujung kepala,” ujarnya.
Ubah perilaku
Demi hidup sehat sejak dini, sebagian orangtua menjatuhkan pilihan kepada yoga. Aileen Tracy Harsono (15) dan Novria Marcella (16) bergabung dengan Iyengar Yoga Institute Indonesia by Riana Singgih sejak empat tahun terakhir. Dalam kurun tersebut, Novria yang sempat obesitas bisa menurunkan berat badannya hingga 4 kilogram.
”Jadi enggak bongkok. Dulu, aku overweight, sekarang bisa lose weight. Punggung belakang pernah sakit, tetapi pose yoga bikin lebih enak, enggak sakit. Gara-gara gawai, leher jadi sakit. Yoga bantuin kita, keringat jadi keluar,” ujar Novria seusai latihan yoga di Studio Iyengar Yoga Meruya, Kebon Jeruk, Jumat (8/2).
Sembuh dari keluhan sakit leher akibat banyak bermain gawai juga diungkapkan Aileen. Duduk di bangku SMP, ia sering kali mengeluhkan pegal-pegal di punggung karena posisi duduk yang tidak benar ketika lama belajar. ”Yoga banyak streching. Exercise buat badan. Enggak se-intens gym, tetapi lebih bagus buat badan,” ujar Aileen menambahkan.
Orangtua seperti Dedek membawa anaknya rutin belajar yoga dari sejak kelas I sekolah dasar demi melatih kelenturan tubuh. Berlatih yoga selama enam tahun juga terbukti membuat sang putri tidak gampang sakit dan menjadi langsing. ”Yoga membuatnya terus bergerak sehingga enggak gampang gemuk,” kata Dedek.
Riana Singgih menyebut bahwa yoga sejak dini sanggup membantu pertumbuhan fisik anak sehingga gerakan tubuhnya lancar dan mencegah obesitas. Berbeda dengan yoga bagi orang dewasa, yoga bagi anak disusun dalam ritme yang lebih cepat demi mengimbangi attention span atau perhatian anak yang cepat berubah. ”Kita menjaga mereka tetap bergerak. Cara ajarnya berubah, tetapi basic yoganya sama,” kata Riana.
Yoga bisa menjadi alat agar anak lebih sensitif dan punya perhatian terhadap tubuh sendiri. Obesitas pada anak biasanya terjadi karena ketidakpedulian pada diri sendiri. ”Lebih sensitif. Anak sekarang menghadap tubuhnya enggak confident. Anak terlalu banyak gawai. Nggak ada real understanding terhadap diri sendiri. Yoga mem-balance-kan hidup orang zaman sekarang,” tuturnya.
Pola makan
Pengaturan pola makan juga harus benar-benar diperhatikan demi menangkal obesitas. Salah satu yang ditempuh antara lain dengan katering sehat. Salah satu penyedia layanan katering sehat adalah MyMeal Catering. Sejak berdiri tahun 2005, selain menyediakan katering sehat untuk dewasa, MyMeal menerima konsumen anak-anak obesitas.
Salah satu pendiri MyMeal Catering, Lynda Renachristya, menuturkan, anak-anak yang berlangganan katering sehat tidak hanya yang mengalami masalah obesitas. Beberapa bahkan juga sudah mengalami masalah kesehatan, seperti kolesterol dan diabetes. ”Banyak sekali anak usia sekolah yang obesitas. Dan, setelah kita cek, kadang-kadang mereka obesitas, tetapi kadar protein mereka pun rendah. Yang banyak lemaknya,” tutur Lynda, Rabu (6/2/2019), di Kantor MyMeal Catering di Cikokol, Tangerang.
Pada kasus anak usia SD, MyMeal pernah menerima pelanggan yang mengalami kelebihan berat badan hingga 20 kg. Hasil penelusuran pada anak-anak yang obesitas dengan kadar protein rendah tersebut, menurut Lynda, umumnya dikarenakan pola makan yang didominasi akibat konsumsi makanan-makanan cepat saji (fast food).
Pada salah satu kasus yang ekstrem, Lynda bahkan menemukan pelanggan anak yang sama sekali tidak bisa mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Untuk kasus semacam itu, MyMeal mengolah sayuran ke dalam makanan tanpa terlihat, seperti sayuran atau buah-buahan. Selain asupan gizi yang baik, cita rasa harus tetap enak, penampilan juga harus tetap menggugah selera.
Meski demikian, pola diet yang diterapkan tidak bisa terlalu ketat karena anak dalam masa pertumbuhan. ”Konsepnya gizi seimbang, terdiri dari karbohidrat, protein hewani dan protein nabati, serta sayuran. Ada juga snack berupa buah,” kata Lynda.
Kebutuhan masing-masing anak disesuaikan dengan kondisi anak serta aktivitas mereka. Seluruh menu yang disajikan dipantau ahli gizi berdasar personel formulir diet atau diet form yang telah diisi di awal program. ”Untuk anak-anak yang memang sudah kolesterol, ada warning dari dokternya. Atau misalnya ada yang diabetes. Jadi, diet tiap anak beda,” kata Lynda.
Selama program berlangsung, komunikasi juga dilakukan secara intens antara ahli gizi MyMeal dengan orangtua. Hal ini penting agar program berjalan baik sesuai harapan. Program paling pendek berlangsung selama dua minggu. Setelah dirasa cukup, pelanggan berhenti, tetapi tetap melakukan program secara mandiri di rumah. Namun, untuk pelanggan-pelanggan yang memiliki kebutuhan khusus, seperti penderita diabetes, biasanya berlangganan selama jangka panjang hingga tahunan.
Psikolog Klinis Anak yang juga Founder Biro Psikologi Konselor, Viera Adella, menyebut kelebihan berat badan pada anak lebih banyak dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang tidak sehat ini adalah termasuk anak yang jarang bergerak aktif.
Jika telanjur obesitas, anak harus sadar bahwa kegemukannya adalah suatu penyakit. Karena gemuk, banyak pula anak yang kemudian kehilangan harga diri dan menjadi korban perundungan. ”Jangan defensif dengan menyatakan ini enggak apa-apa. Padahal, dia sendiri belum tentu bisa fit dengan konsep diri jadi gemuk yang over,” ujar Viera.
Selama lebih dari 30 tahun praktik sebagai psikolog, Viera menjumpai kebanyakan orangtua masih menganggap kegemukan bukan suatu penyakit. Mereka baru datang mencari bantuan ketika anak-anak yang gemuk ini beranjak remaja dan mulai menjadi bahan perundungan dan kehilangan harga diri akibat kegemukan.
”Baru kemudian sadar bahwa kegemukan itu penyumbang konsep diri yang lemah pada anak. Kegemukan bukan kasus sederhana. Butuh kerja sama. Kasihan kalau dimarahin. Mereka sudah terjebak, tubuhnya bergejolak nagih makanan banyak. Pasti enggak enak melewatinya. Pelan-pelan kurangi porsi. Seimbangkan dengan aktivitas fisik,” papar Viera.
Perombakan gaya hidup secara total dengan banyak jurus menangkal obesitas akhirnya menjadi keniscayaan.