JAKARTA, KOMPAS -- Penggunaan uang tabungan generasi milenial kini lebih ditujukan pada keperluan jangka pendek seperti berlibur atau berkumpul bersama teman. Bentuk penghargaan pada diri sendiri hingga untuk melepas beban pekerjaan menjadi sejumlah faktor utama terjadinya tren tersebut.
Salah satu orang yang melakukan hal ini adalah William (25), yang bekerja pada divisi pemasaran sebuah perusahaan di Jakarta. Ia mengatakan memang telah menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung. Namun, tabungan tersebut bukan simpanan jangka panjang seperti untuk mencicil tempat tinggal sendiri atau kendaraan baru.
Uang yang disimpannya per bulan kebanyakan digunakan untuk nongkrong atau berlibur bersama teman-temannya. Bila ada keperluan mendesak, seperti barang yang perlu diperbaiki, William juga akan menggunakan uang dari tabungan itu.
Setiap bulan setelah menerima gaji, ia langsung mengambil Rp 500.000 untuk dimasukkan ke rekening tabungannya. Hal ini dilakukan agar ia tidak lupa menabung. Adapun sisanya digunakan untuk membayar sewa kamar indekos serta keperluan sehari-hari seperti biaya makan.
“Kalau ada uang sisa dari bulan kemarin biasanya juga langsung masuk ke tabungan. Hitung-hitung untuk biaya tidak terduga,” ujarnya saat ditemui pada Senin (11/2/2019).
Ia melanjutkan, keputusannya mengalokasikan dana khusus untuk berkumpul bersama rekan atau berlibur merupakan bentuk self rewarding atau memberi penghargaan kepada diri sendiri. Hal ini dinilai penting mengingat pekerjaannya menuntut mobilitas dan berorientasi pada pemenuhan target.
William juga mengaku belum memiliki rencana untuk membeli properti atau kendaraan baru dengan tabungannya. Menurutnya, hal tersebut akan berdampak kurang baik bagi kehidupannya saat ini karena harus memikirkan tambahan biaya yang akan ditanggung.
Hal sama juga diungkapkan Joni (27) yang bekerja sebagai karyawan sebuah bank di kawasan Kuningan, Jakarta Pusat. Ia lebih memilih menghabiskan uang yang ia tabung untuk melakukan kegiatan seperti menonton bioskop, konser, pagelaran seni, ataupun berlibur.
Joni juga mengaku telah mengalokasikan penghasilannya secara khusus untuk ditabung. Jumlah per bulannya pun beragam, mulai dari Rp 500.000 hingga lebih dari Rp 1 juta, tergantung bila ada keperluan khusus yang perlu dipenuhi.
Menurutnya, menyediakan bujet untuk liburan atau sekadar berkumpul merupakan sebuah keharusan. Beraktivitas bersama teman-teman atau berlibur akan menurunkan tingkat stres yang dialami karena pekerjaan.
Selain itu, aktivitas tersebut juga dapat menambah pengalaman. Pria yang tinggal di wilayah Tebet, Jakarta Selatan itu mengatakan dapat mempelajari hal-hal baru yang ia dapatkan tiap berpartisipasi dalam sebuah kegiatan ataupun berdiskusi dengan teman-temannya.
“Untuk beli mobil atau rumah masih nanti saja. Saya masih nyaman ngekos dan menggunakan motor,” lanjutnya.
Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto menuturkan, kemajuan teknologi memiliki beberapa pengaruh terhadap pola pengeluaran generasi milenial. Pada satu sisi, hal ini memungkinkan adanya jalur-jalur baru untuk memperoleh penghasilan. Sementara di sisi lain, perkembangan teknologi di bidang finansial juga turut mempermudah pengeluaran uang.
Selain itu, tren konsumsi juga telah bergeser dari konsumsi berbasis barang ke konsumsi berbasis pengalaman. Jenis pengeluaran ini dipandang sebagai aset oleh generasi milenial karena dapat dikembangkan menjadi sebuah sumber penghasilan baru.
"Contohnya mereka berlibur ke satu tempat. Dari sana mereka memperoleh banyak hal dari pengalaman berwisata hingga relasi baru. Ini juga dianggap sebagai investasi yang baik bagi generasi milenial," jelasnya.
Teknologi memungkinkan adanya jalur-jalur baru untuk memperoleh penghasilan. Sementara di sisi lain, perkembangan teknologi di bidang finansial juga turut mempermudah pengeluaran uang
Banyaknya pemuda yang enggan berinvestasi dalam bentuk aset tak bergerak seperti properti dilatarbelakangi oleh pola pikir milenial yang serba praktis. Hal ini berakar pada jenis pekerjaan milenial yang kini mengutamakan mobilitas tinggi.
"Mereka (milenial) kini memandang aset dari sisi nilai gunanya, tidak seperti generasi sebelumnya yang melihat aset sebagai bentuk kekayaan," pungkasnya.
(LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA)
Editor:
M Fajar Marta
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.