Turnamen E-Sport Tingkat SMA Dapat Membentuk Karakter Siswa
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Kehadiran turnamen olahraga elektronik atau e-sport di tingkat SMA memiliki dampak positif bagi perkembangan siswa. Mereka dapat mempelajari nilai-nilai seperti kedisiplinan dan manajemen waktu. Kendati demikian, penyelenggaraan acara sejenis ini juga memerlukan dukungan dari pihak sekolah, orang tua dan masyarakat.
Menurut Direktur Turnamen JD.ID High School League Seri A Diana Tjong, mayoritas turnamen e-sport yang ada saat ini diperuntukkan pada pemain-pemain profesional yang berusia di atas 20 tahun. Padahal, pendidikan tentang olah raga ini sangat penting dilakukan sedini mungkin.
Diana menuturkan, penyelenggaraan kompetisi e-sport untuk pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat menjadi bentuk pendidikan yang baik, selain pendidikan formal. Dengan ikut serta dalam sebuah turnamen, siswa dapat mengasah kemampuan komunikasi saat bekerja dalam sebuah tim.
“Mereka juga dapat belajar soal kedisiplinan dan berkomitmen pada satu hal dengan mengikuti jadwal pertandingan yang telah disusun panitia. Inilah yang membedakan ikut kompetisi e-sport dengan bermain video gim biasa,” kata Diana, saat ditemui di Jakarta pada Rabu (13/2/2019).
Siswa yang mengikuti pertandingan kompetitif secara berkelanjutan juga secara tidak langsung akan belajar bertanggung jawab dan manajemen waktu. Hal ini didapat dari kemampuan mereka menyeimbangkan porsi waktu berlatih untuk kompetisi dan menjaga prestasi akademik di sekolah.
Head of Gaming and Computer Accessories JD.ID Henry Yacob menambahkan, penyelenggaraan turnamen e-sports di tingkat SMA juga dapat menjadi sarana penjaringan calon atlet profesional. Ia mengatakan, saat ini masih banyak bibit-bibit atlet profesional yang belum dijangkau karena kurangnya kompetisi di tingkat sekolah.
Diana menuturkan, meski memiliki banyak dampak baik dan potensi pasar yang besar, masih banyak sekolah yang berpandangan negatif terhadap kehadiran kompetisi video gim. Padahal, untuk memperoleh manfaat positif secara maksimal, dukungan dari sekolah, orang tua, hingga masyarakat umum sangat diperlukan.
Dukungan yang diberikan pihak sekolah terhadap keberadaan e-sports di lingkungannya dapat dimanfaatkan untuk membina siswa dan orang tua agar dapat mengetahui industri olah raga ini secara jelas dan mendalam.
Selain itu, lanjut Diana, sekolah turut berperan sebagai pembina bagi siswa yang menggeluti dunia ini. Mereka dapat menyokong kegiatan ini melalui berbagai bentuk, mulai dari menyediakan fasilitas pendukung hingga memberikan pelatihan dan dukungan mental untuk siswa sebelum, saat, dan sesudah bertanding.
“Industri e-sport itu tidak hanya pemainnya saja. Bila siswa tertarik pada bidang penyiaran, mereka bisa menjadi caster (komentator pertandingan esport). Ada juga kesempatan menjadi pengembang video gim, perancang perangkat lunak untuk komputer, dan masih banyak lagi,” lanjut Diana.
Dukungan Sekolah
Sementara itu, Guru Bimbingan Konseling SMA Marsudirini Bekasi E Prasetyo yang menjadi pembina siswa Marsudirini dan peserta JD.ID High School League menuturkan, pada awalnya pihak sekolah juga kurang mendukung kehadiran e-sport. Namun, setelah murid binaannya mulai menunjukkan hasil positif dalam beberapa lomba, akhirnya sekolah mendukung kegiatan ini secara penuh.
Meskipun mendukung adanya e-sport, sekolah menerapkan beberapa prasyarat bagi siswa yang berniat mengikuti kompetisi e-sport. Siswa harus memiliki nilai rata-rata yang cukup dan minimal menempati peringkat 10 besar di kelasnya. Mereka juga harus menandatangani surat pernyataan yang berisi kesanggupan untuk menjaga nilai rata-ratanya tidak turun saat mengikuti turnamen.
Saat ini, SMA Marsudirini telah menyiapkan laboratorium komputer khusus yang diperuntukkan bagi siswa yang akan mengikuti turnamen e-sport. Mereka berencana untuk menjadikan olah raga ini menjadi kegiatan ekstrakurikuler pada tahun ajaran 2019/2020 mendatang.
“Adanya kompetisi dan kegiatan ekstrakurikuler e-sport di sekolah dapat menjadi wadah aktualisasi diri yang baik untuk siswa yang menggemari dunia ini (e-sport),” kata Prasetyo.
Dua Puluh Sekolah
JD.ID High School League Seri A 2019 menerapkan sistem liga dan menampilkan 20 sekolah yang akan berkompetisi dalam Dota 2, sebuah gim multiplayer online battle arena (MOBA). Setiap sekolah akan saling berhadapan untuk memperebutkan hadiah total Rp 400 juta dalam bentuk beasiswa, PC khusus e-sport, dan subsidi kegiatan ekstrakurikuler bidang e-sport di sekolah.
Dua puluh SMA yang akan bertanding adalah SMA Marsudirini Bekasi, SMA Bhakti Anindya Tangerang, SMAN 7 Bandung, SMAN 23 Bandung, SMAN 2 Bandung, SMAN 8 Malang, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Cipanas, SMKN 4 Bandung, SMAN 1 Surakarta, dan SMA/SMK Yadika 2 Jakarta.
Selain itu, turut serta SMA Kristen (SMAK) 1 BPK Penabur Bandung, SMAN 1 Bandar Lampung, SMAN 1 Makassar, SMAN 10 Bandung, SMAN 15 Surabaya, SMAN 6 Cimahi, SMAN 9 Surabaya, SMAN 1 Sidoarjo, SMK Letris Indonesia 2 Jakarta, dan SMKN 8 Malang.