Mengantisipasi Kebutuhan Generasi Z yang Melek Teknologi
JAKARTA, KOMPAS - Generasi Z di Indonesia sepenuhnya menyadari peran penting teknologi dalam dunia kerja mereka di masa depan. Generasi Z adalah generasi yang lahir setelah tahun 1996. Generasi ini telah memanfaatkan atau mengintegrasikan penggunaan teknologi ke dalam proses pendidikan formal mereka.
Perusahaan yang bakal menampung Generasi Z pun dituntut untuk dapat beradaptasi dengan hal ini, namun sekaligus tetap mengakomodasi kebutuhan pekerja generasi terdahulu.
Dari hasil studi yang dilakukan perusahaan teknologi komputer Dell Technologies, terungkap, melek teknologi adalah hal yang penting bagi Generasi Z. Hasil studi bertajuk "Gen Z : Masa Depan Telah Tiba" dipaparkan Managing Director Dell EMC Indonesia, Catherine Lian, Kamis (14/2/2019) di Jakarta.
Penelitian ini dilakukan Dell Technologies pada pertengahan tahun 2018 lalu dan melibatkan 723 pelajar sekolah menengah dan perguruan tinggi di Indonesia. Selain di Indonesia, studi ini juga dilakukan pada 16 negara lain di seluruh dunia.
Berdasarkan hasil studi, sebanyak 99 persen Generasi Z di Indonesia menyatakan melek teknologi adalah hal yang penting. Angka yang sama juga mengatakan telah memanfaatkan atau mengintegrasikan penggunaan teknologi ke dalam proses pendidikan formal mereka.
Menurut Catherine, tingginya angka kesadaran terhadap teknologi didukung oleh perkembangan zaman yang hampir seluruh faktor produksinya menggunakan sistem-sistem termutakhir. Apabila Generasi Z tidak memiliki kompetensi yang mumpuni, mereka akan semakin kesulitan memperoleh pekerjaan.
Ia menuturkan, generasi calon pekerja terbaru ini tidak hanya memiliki keunggulan keterampilan teknologi dan data dibandingkan pendahulunya, tetapi juga kematangan digital yang mereka bawa ke lingkungan kerja. Bagi generasi ini, selain mendorong kemajuan manusia, teknologi juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemerataan pembangunan dan pemberdayaan informasi.
"Pemahaman mereka terhadap teknologi dan potensinya di masa depan amat baik," ujarnya.
Catherine menjelaskan, masuknya generasi z ke dalam lapangan kerja dan perkembangan teknologi yang pesat di Indonesia memunculkan tantangan baru bagi perusahaan-perusahaan. Mereka harus memiliki strategi dan juga teknologi yang tepat guna menarik calon karyawan dari generasi ini yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Di sisi lain, perusahaan juga dituntut untuk mencari prinsip yang dapat diterima oleh karyawan-karyawan dari generasi sebelumnya. Saat ini, sudah ada beberapa perusahaan yang memiliki hingga lima generasi pekerja, sehingga keseimbangan antara nilai-nilai perusahaan terdahulu dengan prinsip "teknologi pertama" (technology first) juga perlu diperhatikan.
Salah satu hal yang dapat dilakukan perusahaan adalah membentuk tim lintas-fungsi. Pembentukan regu yang berisi pekerja dengan keterampilan beragam mendorong terjadinya pertukaran ilmu dan memunculkan inovasi baru dalam pemecahan masalah.
Selain itu, lanjut Catherine, perusahaan juga dapat melakukan program bimbingan terbalik. Sistem ini menjadikan generasi terbaru sebagai pengajar untuk mendidik generasi pendahulunya terkait penguasaan teknologi. Hal ini dapat meningkatkan kompetensi teknis pekerja di seluruh lini perusahaan.
"Memahami keterampilan yang dimiliki generasi z akan membuka peluang bisnis baru dalam sebuah perusahaan, terutama jika kemampuan itu sukses diterapkan oleh semua karyawan. Bila berhasil, kesenjangan pemahaman teknologi akan semakin sempit dan kapabilitas teknologi para karyawan akan meningkat," pungkasnya.
Siapa sebenarnya Generasi Z?
Generasi Z sering kali juga disebut generasi post millenials. Sejak lahir, generasi ini sudah terpapar teknologi terkini. Oleh karena itu, mereka sangat piawai menggunakan teknologi canggih untuk mendukung pekerjaan mereka.
Pada tahun 2020, generasi ini akan memenuhi 20% pasar kerja. Oleh karena itu, pemberi kerja dan calon rekan kerja perlu memahami karakteristik Generasi Z. Survei Dell Technologies juga menemukan enam hal yang mencirikan generasi ini.
Pertama, dalam menghadapi dunia kerja, generasi ini menginginkan untuk bekerja dengan teknologi canggih. Selain itu, mereka tak segan untuk membagikan pengetahuan mereka tentang teknologi kepada generasi sebelumnya.
Ciri generasi Z juga tampak dari kriteria yang digunakan untuk memilih pekerjaan. Teknologi yang tinggi akan menjadi pemikat bagi negerasi ini. Tempat kerja yang menawarkan penggunaan teknologi tinggi akan lebih dipilih daripada pekerjaan serupa dengan teknologi lebih rendah.
Generasi ini sangat menaruh perhatian terhadap keamanan data. Akan tetapi, mereka tidak yakin bagaimana mengatasi persoalan tersebut. Konkretnya, mereka sangat berhati-hati terhadap hal yang mereka unggah di media sosial karena akan berakibat pada masa depan karier mereka.
Generasi Z juga sangat percaya diri terhadap kemampuan mereka akan teknologi. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan kesiapan mereka untuk bekerja.
Generasi ini juga memiliki perangkat nilai khas dalam memandang kerja. Bagi mereka, kerja bukan semata demi uang. Mereka menginginkan kemampuan untuk belajar keterampilan dan pengalaman baru dalam pekerjaan.
Terakhir, generasi ini memiliki keinginan kuat terhadap lebih banyak interaksi yang manusiawi. Oleh karena itu, mereka lebih memilih untuk belajar bekerja dari rekan kerja maupun orang lain, alih-alih daring.
Keharusan
Tidak hanya penting, beberapa orang juga menganggap penguasaan teknologi merupakan sebuah keharusan. Menurut salah seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Jakarta, Andra (20), dirinya selalu berusaha mempelajari perkembangan dunia teknologi baik melalui membaca berita maupun mempelajari hal-hal seperti penggunaan aplikasi edit foto atau bahasa pemrograman.
Menurut Andra yang kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara Jakarta ini, pemahaman komprehensif terhadap teknologi dapat memperluas kemungkinan pekerjaan yang dapat ia lakukan nantinya. Andra mengatakan, tidak ingin terpaku pada bidang studinya untuk menentukan karir yang akan dipilihnya.
Hal senada juga dikatakan mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Bina Nusantara Jakarta, Devina (20). Ia mengatakan, semakin luas penguasaan teknologi yang dimiliki, kesempatan kerja yang diterima juga akan semakin besar.
"Kalaupun tidak kerja di perusahaan, dengan ini (pemahaman teknologi) kan bisa buka usaha sendiri kayak usaha rintisan," kataDevina. (LORENZO ANUGRAH MAHARDHIKA/MAHATMA CHRYSHNA)