Sabtu (16/2/2019) pukul 16.00 WIB, suasana Taman Suropati di Jakarta Pusat semakin ramai. Pojok-pojok taman yang sebelumnya sepi kini mulai riuh diisi suara obrolan para pengunjung. Ada yang datang bersama pasangan, teman-teman, keluarga, atau seorang diri.
Para pengunjung duduk pada kursi yang tersebar di beberapa titik taman. Sementara beberapa lebih memilih melantai bersama kawan-kawannya. Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol dan berfoto.
Selain berkumpul dan duduk-duduk, ada pula pengunjung lain yang sedang melakukan pemanasan sebelum berolahraga. Pada sisi luar taman, sejumlah orang tengah berlari mengelilingi taman ditemani alunan musik dari earphone nirkabelnya.
Dida, warga Cilandak, mengaku cukup sering menghabiskan malam di taman. Dalam seminggu, ia dapat menyambangi taman hingga empat kali seminggu.
Biasanya, Dida berkunjung ke taman untuk nongkrong bersama teman-temannya. Hal tersebut ia lakukan sepulang dari pekerjaannya sebagai karyawan sebuah bank swasta. Bila bertemu saat hari kerja, acara kumpul-kumpul tersebut tidak akan sampai larut malam.
Dida melanjutkan, dirinya tidak jarang mengunjungi taman seorang diri. "Kalau (datang) sendiri biasanya nunggu lalu lintas gak terlalu macet," kata Pria berusia 25 tahun itu.
Berkunjung ke taman yang tersedia telah menjadi pilihan sejumlah warga Jakarta untuk menghabiskan waktu. Selain menjadi penghilang stres pekerjaan di tengah hiruk-pikuk ibukota, mereka juga dapat memanfaatkannya untuk melakukan sejumlah kegiatan seperti berolahraga.
Sementara pada sisi lain taman, Jati tengah duduk sambil menikmati tahu gejrot yang ia pesan. Pria yang tinggal di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini memilih mengunjungi taman karena menawarkan suasana berbeda bila dibanding saat berkunjung ke tempat lain seperti pusat perbelanjaan ataupun restoran. Pergantian suasana menjadi amat penting mengingat pekerjaannya sebagai seorang event organizer.
Pekerjaan pria berusia 31 tahun itu mengharuskan dirinya berkomunikasi secara konstan dengan klien dan memikirkan konsep acara yang berbeda setiap waktunya. Oleh karena itu, ia kerap berkunjung ke taman untuk menenangkan diri ataupun mencari inspirasi tema-tema acara yang menarik.
"Kalau gak beli makan disini juga gak keluar uang banyak, paling hanya bayar parkir," candanya.
Pemandangan tidak jauh berbeda dapat ditemukan di Taman Menteng, yang terletak tidak jauh dari Taman Suropati. Fasilitas lapangan basket dan lapangan futsal yang ada di taman seluas 30 hektar itu dapat dimanfaatkan seluruh masyarakat hingga pukul 24.00 WIB tanpa dipungut biaya.
Gaga (19), mengaku gemar bermain basket di Taman Menteng karena tidak perlu membayar sewa lapangan. Selain itu, suasana di sekitar lapangan juga relatif tenang kendati dekat jalan raya.
Warga Manggarai, Jakarta Selatan, itu menuturkan dirinya tidak setiap minggu berolahraga ke Taman Menteng karena tergantung kesibukan teman-temannya. Bila tidak bermain futsal, ia lebih memilih berlari di Taman Suropati.
"Semoga taman di Jakarta semakin diperbanyak. Fasilitas-fasilitas olahraganya juga semoga diperbanyak dan lebih dirawat," harapnya.
Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) seperti taman di Jakarta menampilkan sisi lain kota Jakarta yang lebih "segar". Untuk melestarikannya, seluruh lapisan masyarakat perlu menjaga keasrian taman-taman itu.
Saat ini, wilayah RTH di DKI Jakarta hanya 9 persen dari total luas wilayah. Jika tak dijaga dan dilestarikan, para penduduk ibu kota akan semakin susah melepas penat di "suropati-suropati" itu. (LORENZO ANUGRAH MAHARDIKA)