Sudah Siap Pensiun?
Segala sesuatu ada awal dan akhirnya. Akhir masa produktif adalah purnakarya alias pensiun. Sayangnya, tidak semua orang siap menghadapi masa pensiun, baik secara finansial maupun secara mental. Padahal, persiapan pensiun dapat dilakukan ketika seorang pekerja baru saja mulai bekerja.
Beberapa riset mengungkapkan, ternyata kalangan pekerja di Indonesia tidak memiliki rencana saat menjalani masa pensiun. Akibat ketidaksiapan itu, tidaklah mengherankan jika para pensiunan akhirnya membebani para keluarga mereka baik secara finansial maupun psikologis.
Data dari Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan, 93 persen tenaga kerja di Indonesia tidak memiliki mimpi saat memasuki masa pensiun. Riset HSBC juga mengungkapkan, sebanyak 9 dari 10 orang belum siap menghadapi masa pensiun. Ada 120 juta penduduk Indonesia yang saat ini berada dalam usia produktif, tetapi hanya 3,3 juta orang atau 5,34 persennya yang memiliki program pensiun.
”Hasil serupa juga terlihat dari beberapa temuan atas survei Manulife Investor Sentiment Index Februari 2017. Investor Indonesia memiliki risiko tinggi secara finansial karena kurang mempersiapkan dana pensiun sejak dini,” kata Karjadi Pranoto, Director and Chief Alternate & EB Distribution Manulife Indonesia, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Dari penelitian itu, mereka juga terlihat optimistis akan menjalani masa pensiun dengan dana simpanan mereka. Namun, mereka tidak mengambil langkah-langkah nyata untuk melindungi masa depan keuangan mereka.
Para investor sebenarnya telah menempatkan perencanaan pensiun sebagai salah satu prioritas keuangan utama, yakni pada peringkat kedua setelah pendidikan anak. Namun, hampir seperempat dari investor (24 persen) mengalokasikan kurang dari 10 persen tabungannya untuk simpanan dana pensiun.
”Jumlah ini masih sedikit untuk persiapan dana pensiun,” ujar Karjadi.
Dari hasil survei juga terungkap, sekitar separuh investor (57 persen) berharap dapat mengumpulkan tabungan untuk masa pensiun sebesar maksimal Rp 100 juta. Padahal, uang sejumlah itu akan habis dalam dua sampai tiga tahun dengan asumsi rata-rata pengeluaran rumah tangga mereka saat ini sebesar Rp 4 juta per bulan.
Karjadi menekankan, perencanaan persiapan dana pensiun menjadi salah satu hal yang seharusnya dipahami dengan baik oleh para pekerja. ”Semakin lama menunda, semakin besar biaya yang harus disisihkan,” kata Karjadi.
Tetap produktif
Selain kondisi keuangan yang mencukupi, mempersiapkan perasaan juga diperlukan. Tetap aktif dan produktif juga menjadi salah satu idaman para purnakarya ini. Kebutuhan ini ditangkap oleh sektor perbankan, seperti Bank BTPN. Salah satu segmen nasabah Bank BTPN adalah pensiunan.
”Kami melihat dan menyimpulkan bahwa sebagian besar nasabah yang sudah berusia lanjut ingin tetap produktif di masa senjanya. Untuk itu, kami memberikan pemberdayaan kepada para nasabah purnabakti agar mereka dapat menjalani masa purnatugas dengan jiwa dan tubuh yang sehat serta tetap sejahtera,” tutur Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati.
Dia mencermati, sebagian dari mereka ada yang ingin kembali menekuni hobi lamanya, menjadi konsultan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya terdahulu, atau menjadi guru bagi lingkungannya, dan ada pula yang terjun ke dunia usaha. ”Mereka ingin mulai berbisnis setelah pensiun. Intinya, mereka ingin mengisi hari-hari tua dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat,” kata Ongki.
”Setelah memahami keinginan dan kebutuhan nasabah, kami menyiapkan pelatihan yang sesuai dengan minat mereka. Ada yang berbentuk pelatihan bersama-sama, ada juga yang kami dampingi secara individual. Mereka membutuhkan petunjuk, sekaligus teman ngobrol tentang bagaimana memajukan usahanya,” ujar Ongki.
Berbagai pelatihan dibuat oleh Bank BTPN untuk membuat para nasabah purnakarya menjadi tetap produktif, seperti pelatihan membuat kue, roti, cara beternak lele, dan budidaya jamur, serta mengenalkan pensiunan kepada bisnis waralaba.
Tidak hanya itu, Bank BTPN juga melatih mereka untuk merancang produk yang menarik hingga membantu mengakses pasar. Dengan perkembangan era digital, Bank BTPN juga mendorong mereka untuk memanfaatkan platform e-dagang untuk pengembangan usaha. Para nasabah juga disertakan dalam berbagai pameran.
Sejak awal bekerja
Perencana keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto, juga mengingatkan, persiapan pensiun sebaiknya dilakukan sejak mulai bekerja. ”Menjadi karyawan ada start, ada finisnya. Jadi, ketika karyawan mulai start, saat itu juga dia harus memiliki target akan seperti apa saat selesai dan sudah memiliki gambaran seperti apa setelah melewati finis sebagai karyawan,” ujar Eko.
Karjadi mengatakan, persiapan masa pensiun dapat dilakukan oleh kedua belah pihak, baik karyawan maupun perusahaan. ”Kita perlu mempersiapkan dana pensiun karena ini adalah tanggung jawab kita sendiri yang nanti akan menikmati masa pensiun. Besarnya tergantung pada masing-masing orang. Saran saya, mulai dari 20-30 persen pendapatan per bulan disisihkan untuk pensiun,” kata Karjadi.
Sementara dari sisi perusahaan, ada kewajiban membayar pesangon ketika karyawan memasuki masa pensiun. Jika perusahaan tidak melakukan pencadangan dana pensiun, dikhawatirkan perusahaan tidak memiliki dana cukup untuk membayarkan pensiun para karyawannya.
Eko menambahkan, inisiatif perusahaan sebenarnya sederhana, membantu menjembatani agar perpindahan situasi yang dialami karyawan menjadi seorang purnakarya berjalan mulus. Misalnya saja, di Citibank Indonesia, para calon purnakarya selain diberi pelatihan dalam kelas juga kunjungan ke lapangan.
”Dalam program itu, para karyawan yang akan memasuki masa pensiun dipersiapkan untuk melakukan usaha mikro dan mendapatkan kesempatan melihat langsung usaha mikro yang berhasil sekaligus berbicara langsung dengan para pengusaha mikro tersebut,” kata Direktur Sumber Daya Manusia Citibank Indonesia Yardley Young.
Pensiun, walaupun tampaknya masih jauh, persiapannya tetap lebih baik dimulai sejak dini. Selain mapan finansial, ternyata tetap produktif juga diidamkan para pekerja yang sudah purna masa tugasnya.