Kolaborasi Antarpelaku Bikin Ekosistem E-Dagang Makin Matang
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kerja sama antarplatform e-dagang menjadi faktor pendorong pembentukan ekosistem e-dagang di Indonesia. Terbentuknya ekosistem ini pun dinilai bisa membantu pertumbuhan industri perdagangan digital.
Kolaborasi tersebut salah satunya dilakukan oleh platform e-dagang Lazada dan Bhinneka, yang mengumumkan kerja sama mereka di Jakarta, Senin (18/2/2019). Bhinneka kini terdaftar sebagai salah satu toko resmi (official store) di LazMall. Kerja sama ini dinilai bisa mengembangkan spektrum konsumen bagi keduanya.
”Kami percaya bahwa kolaborasi dan kemitraan dengan pemain lama (e-dagang), terutama Lazada, dapat memperluas segmen dan melayani konsumen dengan lebih baik,” kata Chief of Omni Channel Officer Bhinneka Vensia Tjhin.
Sebagai official store Lazada, Bhinneka akan menjual produk 3C (computer, communication technology, dan consumer electronics) dalam enam kategori. Keenamnya adalah teknologi dan gadget, lifestyle, music store, all about home, gaming stations, dan sports.
Hingga kini Bhinneka mencatat ada 180.000 kunjungan ke situs digital mereka. Kerja sama dengan Lazada diharapkan dapat memperluas cakupan konsumen yang selama ini cukup tersegmentasi.
Vensia mengatakan, 70-80 persen profil konsumen Bhinneka adalah laki-laki berusia 23-45 tahun. Sementara itu, konsumen Lazada dinilai lebih universal, baik dari segi umur, jenis kelamin, hingga preferensi komoditasnya.
Sementara itu, menurut Chief of Marketing Lazada Monica Rudijono, kerja sama ini tidak sekadar mampu mengembangkan target konsumen. Kerja sama juga dinilai bisa membangun ekosistem e-dagang nasional.
”Kami sama-sama pelaku e-commerce yang bukan hanya memikirkan kompetisi. Kami pikir perlu ada kolaborasi dan kerja sama untuk mengembangkan industri e-commerce,” kata Monica.
Monica berharap kerja sama yang dijalin berjalan baik bagi keduanya. Namun, ia tidak bersedia menyebutkan target transaksi dari kerja sama ini.
Peluang kerja sama pun terbuka lebar bagi para pelaku e-dagang. Monica mengatakan, Lazada membuka diri pada kemungkinan kerja sama dengan platform e-dagang lain. Sementara itu, Vensia mengatakan, pihaknya juga berencana menjalin kerja sama dengan sejumlah market place pada waktu mendatang.
Potensi e-dagang
Pertumbuhan jumlah pengguna internet memengaruhi perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara. Melihat tren maraknya transaksi daring, masa depan e-dagang dinilai sangat potensial menjadi pilar pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan jumlah pengguna internet memengaruhi perkembangan ekonomi digital di Asia Tenggara.
Menurut hasil riset Google dan Temasek berjudul ”e-Economy SEA 2018: Southeast Asia’s Internet Economy Hits An Inflection Point”, ada lebih dari 350 juta pengguna internet di Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. Angka ini 90 juta lebih banyak dibandingkan dengan data pada 2015 (Kompas, 11/1/2019).
Riset tersebut juga menyatakan, total nilai transaksi (gross merchandise value/GMV) mencapai sekitar 72 miliar dollar AS pada 2018. GMV ekonomi internet ini dihimpun dari industri daring, e-dagang, media daring, dan layanan transportasi umum berbasis aplikasi.
Nilai tambah perdagangan digital bagi perekonomian Indonesia juga diperkirakan meningkat. Pertumbuhannya diprediksi mencapai 18 kali lipat dari Rp 125 triliun pada 2017 menjadi Rp 2.305 triliun pada 2030 (Kompas, 13/2/2019). (SEKAR GANDHAWANGI)