Kemajuan teknologi yang amat pesat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali musik. Perubahan ini tidak hanya terjadi pada sisi pelaku industri, tapi juga penikmat musik. Kini, masyarakat dimanjakan dengan layanan streaming musik seperti Spotify dan Joox.
Oleh
A Ponco Anggoro
·3 menit baca
Kemajuan teknologi yang amat pesat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali musik. Perubahan ini tidak hanya terjadi pada sisi pelaku industri, tapi juga penikmat musik. Kini, masyarakat dimanjakan dengan layanan streaming musik seperti Spotify dan Joox untuk mendengarkan lagu-lagu kesukaannya.
Kehadiran aplikasi ini pun semakin digemari. Laporan The International Federation of The Phonographic Industry pada 2018 mencatat, pendapatan platform musik melalui aplikasi digital mencapai 6,6 miliar dollar AS atau setara dengan sekitar Rp 92,4 triliun pada 2017, naik 1,9 miliar dollar AS atau setara Rp 26,6 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari penjualan fisik seperti compact disc (CD) mengalami penurunan dari 5,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 77 triliun pada 2016 menjadi 5,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 72,8 triliun di 2017.
Hal serupa terjadi pada penyedia musik digital, seperti Youtube yang bisa meraup keuntungan 3,2 miliar dollar AS atau setara Rp 44,8 triliun pada 2016, hanya mendapat 2,8 miliar dollar AS atau sekitar Rp 39,2 triliun di 2017.
Salah satu pengguna aplikasi streaming musik adalah Rudi (26). Warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini mengatakan telah menggunakan aplikasi Spotify selama satu setengah tahun terakhir. Ia mengaku hanya coba-coba saat pertama kali menggunakan layanan ini.
Sebelum menggunakan layanan streaming, Rudi mengaku kerap mengunduh musik secara ilegal melalui berbagai laman yang menyediakan file mp3. Cara lain, meminta lagu-lagu terbaru kepada teman yang sudah terlebih dulu mengunduh.
Rudi menuturkan, kehadiran layanan streaming musik seperti Spotify mempermudah dirinya untuk mendengarkan lagu. Cukup dengan mengunduh aplikasi dan memiliki koneksi internet yang baik, ia dapat menikmati beragam jenis musik mulai dari pop, rock, hingga metal.
Kemudahan yang ditawarkan oleh aplikasi streaming musik ini pun membuat Rudi mantap untuk menjadi pelanggan premium, yaitu membayar per bulan untuk mendapatkan fitur-fitur tambahan. Rudi merogoh kocek hingga Rp 300 ribu untuk menikmati fitur “premium” selama enam bulan.
“Kemewahan” yang didapat dengan membayar diantaranya, bebas dari tayangan iklan dan kualitas suara yang lebih jernih.
“Mereka (Spotify) juga memiliki playlist (daftar lagu dengan artis atau tema tertentu) yang banyak jenisnya dan menarik,” katanya saat ditemui, Rabu (20/2/2019).
Pengguna aplikasi streaming musik lainnya, Alan (24), telah berlangganan Joox selama enam bulan terakhir, dan mengaku puas dengan kemudahan serta fasilitas yang didapat dengan membayar lima puluh ribu rupiah per bulan. Salah satunya, tetap dapat mendengarkan lagu tanpa perlu terhubung dengan internet.
Pria yang tinggal di Tebet, Jakarta Selatan ini menuturkan, penggunaan layanan ini juga menambah pengetahuan musiknya.
Dari aplikasi asal Swedia tersebut, dia juga dapat mengetahui berbagai jenis musik dan artis baru yang biasanya luput dari perhatian masyarakat karena tidak cocok dengan selera pasar saat ini.
Setelah "terpikat" oleh Joox, dia pun mulai meninggalkan kebiasaan mengunduh musik secara ilegal yang dahulu kerap dilakukan setiap ada lagu terbaru yang disukai. Hal ini juga membantu dirinya menghemat kapasitas memori pada gawai-nya. Sebab, sebelum berlangganan Joox, gawai-nya dipenuhi oleh lagu-lagu hasil unduhan.
“Dari segi harga tidak terlalu mahal, keamanannya pun terjamin. Selain itu, mendengarkan musik dari sumber yang legal juga bentuk penghargaan dari konsumen kepada para pelaku industri,” tuturnya.
Berbeda dengan Alan dan Rudi, Rara (29) tidak sepenuhnya meninggalkan CD atau bahkan piringan hitam sekalipun sejak satu tahun belakangan berlangganan layanan musik streaming.
Menurutnya, meskipun menawarkan akses tidak terbatas pada beragam jenis musik, kehadiran bentuk rekaman fisik tetap diperlukan. Ia yakin, penjualan musik dalam bentuk analog akan tetap diminati meskipun nilainya menurun. Hal ini karena masih ada sebagian masyarakat yang lebih memilih mendengarkan musik melalui CD daripada gawai mereka.
“Kalau bentuk fisik, kan bisa dijadikan koleksi. Apalagi kalau ada edisi khusus yang dikeluarkan oleh satu artis, pasti dicari-cari sama fans atau kolektor,” pungkasnya. (Lorenzo Anugrah Mahardhika)