Portofino, Eksplorasi Sebuah Keindahan
Setiap Ferrari diciptakan lebih dari sekadar sebuah mobil. Pabrikan asal Maranello, Italia, ini selalu berusaha agar setiap produknya adalah sebuah karya seni. Ini bukan melebih-lebihkan.
Coba cermati setiap lekuk dan pahatan di bodi Ferrari, mulai dari yang klasik hingga yang terbaru. Belum lagi daya upaya besar dalam mengembangkan mesin, sistem penggerak, hingga mekanisme pengendaliannya. Semua berorientasi satu: keindahan.
Ini tak terkecuali untuk iterasi terbaru mobil GT (grand tourer) bermesin V8 buatan Maranello: Ferrari Portofino. Mobil yang ditahbiskan sebagai penerus Ferrari California T ini menyabet penghargaan desain bergengsi Best of the Best Red Dot Award 2018 yang diberikan di Essen, Jerman, 9 Juli 2018.
Dewan juri Red Dot Award dalam kesimpulannya menyatakan Ferrari Portofino sebagai sebuah ”pernyataan bentuk yang menggairahkan” dan suatu ”perwujudan kemajuan evolusioner nan mengesankan” di bidang desain.
Keindahan desain Portofino (namanya diambil dari nama sebuah desa wisata pesisir yang penuh warna di kawasan Riviera, Italia) pertama-tama terlihat dari bentuk luarnya. Perhatikan setiap lekuk, pahatan, dan garis di bagian samping bodi yang mencerminkan dinamika sebuah Ferrari dan bagaikan membelah bentuk Ferrari ini dari samping sehingga terlihat langsing dan dinamis.
Pahatan sensual dan elegan juga terlihat di depan, terutama di bagian kap mesin, tempat Ferrari meletakkan mesin V8-nya. Ada punuk dengan garis-garis tegas mengalir dari dekat kaca depan hingga ke moncong. Di bagian pangkal, ”punuk” ini diapit dua lubang udara, yang seolah menegaskan keberadaan mesin berkonfigurasi V di baliknya.
Lampu depan berbentuk bumerang dirancang lebih horizontal dibandingkan Ferrari California, dan garisnya mengikuti gundukan rumah roda depan, sehingga tercipta bentuk yang mengalun. Dan, di sini para insinyur Ferrari berkolaborasi dengan para desainernya untuk ”menyembunyikan” fungsi-fungsi vital mobil di balik keindahan desainnya.
Bentuk dan fungsi
Di sisi luar lampu utama tersebut tersembunyi lubang udara (air intake) yang berguna menyalurkan turbulensi udara yang terbentuk akibat putaran velg roda depan, dengan tujuan mengurangi hambatan aerodinamika saat mobil melaju.
Di bagian buritan, Portofino mempertahankan dua lampu belakang berbentuk bundar yang menjadi ciri khas Ferrari California. Namun, kali ini, jarak di antara dua lampu diperlebar sehingga memberi ruang lebih untuk spoiler belakang, yang pada gilirannya menambah kendali aliran udara dari depan untuk meminimalkan hambatan udara (drag).
Untuk mencermati dan mengabadikan keindahan Portofino inilah, Kompas membuat janji dengan Ferrari Jakarta untuk melakukan sesi uji kendara singkat di jalur sirkuit BSD City Circuit di kawasan Serpong, Tangerang, Banten, 26 November 2018.
Disebut singkat karena Kompas hanya mengemudikan mobil ini berkeliling empat putaran di sirkuit jalan raya tersebut, sekadar untuk mengenali karakter pengendalian dan tenaga mesinnya.
Sesi ini membawa berbagai kejutan, terutama bagaimana mobil bertenaga 599 PS dan torsi maksimum 760 Nm ini begitu mudah dan nyaman dikendarai. Ini menjadi pembuktian pernyataan pihak Ferrari Jakarta bahwa mobil ini memang dirancang untuk lebih menyenangkan dikendarai daripada para pendahulunya.
Kesenangan membuncah
Salah satu faktor kesenangan mengemudikan Portofino berasal dari fakta bahwa mobil ini 80 kilogram lebih ringan dibandingkan California T. Semua dimungkinkan dengan pemilihan material komponen yang lebih ringan serta penyederhanaan struktur di sasis, bodi, dan berbagai komponen mesin.
Dimensinya yang kompak (panjang 4.586 milimeter, lebar 1.938 mm, dan tinggi 1.318 mm dengan wheelbase 2.670 mm) juga membuat rasa mengemudi Portofino cepat didapatkan serta lincah dikendarai di jalur perkotaan seperti mobil sehari-hari.
Posisi duduk pun bisa diatur nyaman sehingga berada pada ketinggian yang tak jauh beda dengan mobil-mobil biasa. Kita serasa tidak tengah berada di dalam mobil sport yang bisa meraih kecepatan 200 km per jam dari posisi diam hanya dalam waktu 10,8 detik.
Kesenangan berkendara makin membuncah saat atap hardtop mobil ini bisa dibuka otomatis dalam kondisi mobil berjalan di bawah 40 km per jam. Hanya dalam waktu sekitar 19 detik berdasarkan pengukuran riil, atap pun terbuka dan embusan angin yang mengusap rambut saat mobil melaju makin menambah sensasi berkendara.
Portofino mengusung konfigurasi tempat duduk 2+2, dengan dua kursi belakang yang terbalut kulit dan dilengkapi konsol untuk meletakkan ponsel atau gawai. Namun, sungguh, kursi belakang ini tak benar-benar diniatkan untuk diduduki orang dewasa.
Kompas yang iseng mencoba duduk di belakang harus menghadapi sandaran kursi yang terlalu tegak dan ruang kaki yang sangat sempit di belakang pengemudi. Jelas tidak nyaman untuk perjalanan jauh.
Beda ceritanya saat duduk di kursi depan. Bahkan, di kursi penumpang pun kita mendapat berbagai fasilitas kenyamanan khas mobil premium, termasuk pemanas kursi hingga pengaturan bantalan kursi, mulai dari penyangga paha, pinggang, hingga punggung secara elektronik melalui layar sentuh 10,2 inci di bagian tengah dasbor.
Di bagian dasbor tepat di depan penumpang, juga tersedia layar displai kecil untuk menampilkan indikator performa mobil, seperti putaran mesin, kecepatan, hingga posisi gigi transmisi dan indikator daya G (G-force) yang ditimbulkan gerak mobil.
Namun, kami hanya bisa membayangkan kenikmatan membawa mobil dalam sebuah perjalanan jauh yang menjadi kodrat Portofino sebagai sebuah grand tourer. Sampai waktu untuk itu tiba, kita harus puas menikmati keindahan mobil sport berwarna merah menyala ini di garasi istimewanya.