Mobil klasik yang telah berusia uzur tidak harus selalu identik dengan mogok dan menyusahkan penggunanya. Melalui perawatan yang tepat, mobil yang telah berusia hampir setengah abad pun masih bisa digunakan untuk menempuh perjalanan panjang dengan medan beragam secara nyaman.
Hal itu dibuktikan para anggota Mercedes-Benz Classic Club Indonesia yang tahun ini kembali menggelar perjalanan lintas provinsi bersama-sama atau yang lazim disebut touring oleh para penggemar otomotif. Sebanyak sembilan mobil Mercedes yang diproduksi dalam rentang tahun 1970-1975 digunakan untuk menempuh perjalanan dari Jakarta-Salatiga-Yogyakarta-Jakarta.
“Dalam setahun kami melakukan dua kali touring. Selain untuk membuktikan eksistensi pengguna Mercedes klasik, perjalanan ini juga sebagai sarana menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa kendaraan yang hampir berusia lima puluh tahun pun masih bisa diandalkan,” kata Presiden MCCI M Indra Zain Bangsawan (47) di Salatiga, Jawa Tengah, Jumat (8/3/2019).
Mobil dari pabrik otomotif asal Jerman yang digunakan ada tiga varian yakni tipe W108, W114, dan W115. Tipe W108 memiliki badan bongsor dan akrab disebut Mercy Kebo (kerbau) oleh para penggemar Mercedes.
Varian W114 dan W115 yang biasa disebut Mercy Mini memiliki bentuk mirip-mirip satu sama lain, tetapi yang membedakan adalah kapasitas mesin dan bumpernya. Jika W114 mengusung mesin enam silinder dengan kapasitas seperti 2.500 cc dan 2.800 cc, maka W115 hanya mengusung mesin empat silinder dengan kapasitas mesin sebagian besar 2.000 cc.
Disain kedua lampu depan yang vertikal memperkuat kesan klasik pada ketiga varian mobil tersebut. Tampilan cat yang sebagian besar terawat dengan baik alias kinclong membuat iring-iringan rombongan mobil tersebut selalu menarik perhatian di setiap kota tempat mereka singgah.
Meski telah dipersiapkan dua bulan sebelumnya, tetap saja ada kendaraan yang mengalami masalah di perjalanan. Maklum, mobil sudah berumur. Beberapa masalah yang ditemui selama perjalanan, antara lain, seputaran pengapian dan karburator yang bertugas layaknya seperti jantung bagi mobil. Ketika suplai campuran bahan bakar dan udara di karburator tidak sempurna maka perputaran mesin pun cenderung pincang atau brebet.
Namun kendala mesin di jalan sudah tidak lagi menjadi kendala besar bagi para penggemar mobil berlogo bintang ini. “No mogok, No Party kalau kata anak-anak (rekan klub). Dari situ justru muncul solidaritas dan semangat saling membantu,” tutur Indra sembari tersenyum.
Pagi hari sebelum rombongan melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta melalui tanjakan Selo di Boyolali, dua juru mekanik tampak sibuk membongkar karburator pada mobil W115 dan membuka tutup mesin pada mobil W108. Mereka diajak ikut rombongan dengan tugas memastikan kendaraan para peserta berjalan lancar menaklukkan tanjakan curam di antara Gunung Merapi dan Merbabu di kawasan Selo hingga akhir etape kedua di Yogyakarta, serta sampai di garis finis di Jakarta.
Sejumlah suku cadang, seperti alternator, karet kopel, serta berbagai pernak pernik mesin juga dibawa di bagasi untuk cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Selain ban serep serta dongkrak, oli mesin, minyak rem, dan minyak power steering sudah tentu menjadi barang bawaan yang wajib tersedia.
Beragam usia
Meski kendaraan yang digunakan adalah mobil klasik, rentang usia peserta rombongan beragam. Mulai dari seorang anak laki-laki bernama Gregory (5) yang diajak keluarganya naik mobil Mercy Mini hingga kakek-kakek yang masih bersemangat untuk menginjak pedal gas mobil kebanggaan mereka.
Perjalanan tersebut juga menjadi sarana silaturahmi dengan anggota klub yang tersebut di berbagai daerah. “Harapan kami seluruh teman anggota klub dapat terus bersilaturahmi dan saling mendukung dalam melestarikan mobil Mercedes klasik saat kondisi perekonomian kurang baik seperti saat ini,” ujar Ridwan Pohan (55), salah satu pendiri MCCI.
Tahun 2018 lalu, MCCI melakukan perjalanan panjang dari Jakarta menuju Denpasar, Bali, dengan persinggahan di Gunung Bromo, Jawa Timur. Dua tahun sebelumnya klub tersebut juga melakukan perjalanan ke Garut, Jawa Barat, dengan jumlah peserta mencapai 25 mobil.
Perjalanan touring pada tahun ini, menurut Indra, dimaksudkan untuk menjajaki kegiatan bakti sosial yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya. Melalui kegiatan amal, maka acara touring tidak hanya menjadi sekedar ajang pamer ketangguhan mobil namun juga memberi dampak positif bagi masyarakat di sepanjang rute yang dilalui.