Terik sang surya teredam oleh rimbun pepohonan. Setelah kaki melangkah ke dalam deretan pohon-pohon besar, barulah terlihat bangunan kayu, mungil berdiri di tengah hutan. Deru lalu-lalang kendaraan yang masih sayup terdengar seakan mengingatkan, ini masih di Jakarta, lho.
Sejak pertengahan tahun 2018, media sosial diramaikan oleh kemunculan kafe unik di tengah hutan ini. Arborea Cafe terletak di tengah Arboretum Ir Lukito Daryadi di dalam kompleks Manggala Wanabakti atau kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Ulasan dan foto tentang sensasi ”ngopi di tengah hutan” menggelitik rasa penasaran banyak orang untuk mengunjunginya.
Suasana yang ditawarkan Arborea Cafe memang berbeda dari kafe lainnya. ”Kami menyebutnya hidden gems. Letaknya tersembunyi. Konsepnya pun ramah lingkungan. Ada sisi edukasinya sehingga orang datang tidak sekadar makan minum, tetapi juga tambahan wawasan yang dibawa pulang,” ujar Agung Widyo, pengelola Arborea Cafe, Jumat (29/3/2019).
Menjelang siang itu, beberapa pengunjung sudah terlihat duduk di bangku-bangku sembari menyantap minuman dan makanan. Sembari menunggu pesanan datang, mereka asyik berfoto dan berswafoto di sekitar kafe yang dari segi bangunan ataupun suasana sekitarnya memang ”Instagramable”.
Widyo menuturkan, Arborea Cafe dibuka bersamaan dengan pembukaan Asian Games pada 18 Agustus 2018. Tujuannya, salah satunya, adalah menarik minat para tamu perwakilan negara-negara yang hadir di pesta olahraga tersebut untuk berkunjung.
Berdasarkan sejarahnya, arboretum atau hutan buatan itu dibangun tahun 1978 saat digelar kongres kehutanan sedunia yang dihadiri sejumlah negara. Delegasi negara-negara itu menanam pohon di arboretum tersebut.
Dalam rentang waktu 40 tahun, pohon-pohon telah tumbuh besar dan kini menjadi daya tarik utama pengunjung Arborea Cafe. Di setiap pohon diberi keterangan. Ada pula kode batang (barcode) yang bisa dipindai telepon seluler untuk mengetahui informasi tentang pohon di depan kita.
Nama kafe itu, Arborea, diambil dari nama ilmiah pohon jati putih (Gmelina arborea). Kafe ini dibangun oleh Ciputra melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Pengelolaan selanjutnya diserahkan kepada koperasi karyawan KLHK.
Bangunan kafe berupa balok-balok kayu karet yang sudah diolah lalu disusun sebagai lantai dan dinding. Bangunan itu tampak cantik dan serasi dengan atmosfer sekitarnya. Bangunan kafe ini terdiri atas tiga lantai dengan serambi di sekelilingnya yang digunakan sebagai tempat duduk-duduk.
Serambi luas di bagian depan itu bisa digunakan untuk duduk lesehan. Di depannya terdapat ruang lapang yang juga bisa dimanfaatkan untuk duduk-duduk. Sebulan dua kali, setiap Jumat sore, digelar live music akustik di area tersebut. Karena digelar di luar ruangan, acara live music pun menyesuaikan cuaca. ”Kalau turun hujan, acara bisa batal,” imbuh Widyo.
Lantai dua berupa ruangan tertutup berpenyejuk udara, ditempatkan di situ kursi-kursi dan sofa. Namun, lantai ini masih dalam tahap pembenahan. Lantai tiga berupa ruang luas beratap terbuka, semacam rooftop, sering digunakan pengunjung untuk berfoto ria. Lantai ini bisa diakses melalui tangga putar, yang sekaligus juga menjadi areal foto-foto pengunjung.
Pengelola juga meletakkan meja dan kursi di luar area kafe, tepat di bawah pepohonan. Semilir angin sejuk menemani kopi dan kue. Serasa bukan di Jakarta.
Akan tetapi, namanya juga di tengah hutan, ada saja serangga yang mampir. Nyamuk sering kali hinggap di tangan dan kaki. Laba-laba kecil bisa juga menyusuri meja.
Nasi goreng hijau
Arborea Cafe menyediakan beragam menu, dari makanan ringan hingga berat. Ada menu aneka nasi goreng, salah satunya nasi goreng hijau yang cukup favorit. Warna hijau berasal dari daun sawi. Tersedia beberapa olahan mi, seperti mi goreng, kwetiaw goreng, dan bihun goreng.
Menu makanan ringan berupa croissant beragam isi, muffin, juga pisang goreng, singkong goreng, sayap ayam masak barbeque, tape goreng, dan kentang goreng bisa dipesan sebagai teman kopi. Dimsum juga banyak digemari pengunjung, berikut bakpao isi ayam jamur dan lumpia.
Di Arborea Cafe, pengunjung bisa memesan kopi single origin Aceh Gayo, Toraja, Bali, Specialty Sumatera, Wamena, Mandailing, Solok, dan Kerinci. Penyuka kopi espresso, cappucino, dan latte bisa juga mendapatkannya di kafe ini.
Kebanyakan minuman disajikan dalam gelas kertas. Sedotan juga tersedia dari kertas. ”Karena konsepnya ramah lingkungan, tak boleh ada plastik di sini, baik kemasan maupun sedotan. Tak ada air mineral dalam botol. Ada air putih yang disajikan dalam gelas,” ujar Widyo.
Pengelola memilih gelas kertas dibandingkan gelas kaca dengan pertimbangan pengunjung yang bergerak. ”Pengalaman kami, banyak gelas yang pecah. Orang banyak jalan-jalan dan melihat-lihat sekitar, lalu foto-foto, tidak hanya duduk di tempat,” lanjutnya.
Lokasi ini juga beberapa kali dijadikan tempat foto pre-wedding karena keunikan suasananya. Widyo menyarankan pemotretan dilakukan saat akhir pekan sebelum kafe buka, sekitar pukul 07.00-11.00 agar tidak terlalu ramai.
Di Jakarta dan sekitarnya, kafe dengan nuansa alam seperti Arborea Cafe mendapat tempat di hati masyarakat. Kegiatan sehari-hari yang dikelilingi belantara beton menjadikan belantara pepohonan ini layaknya oase di tengah gurun. Di tempat ini, selain asupan pengisi perut, kita juga mendapatkan asupan udara segar pembasuh paru-paru.