Benarkah Tema Pahlawan Super Jadi Resep Kesuksesan Mendulang Penonton?
Beberapa tahun terakhir, penonton bioskop menggandrungi film-film bertema pahlawan super. Film teranyar yang menyedot perhatian adalah kehadiran Avengers: Endgame. Mungkinkah film bertema pahlawan super jadi resep jitu menggaet banyak penonton?
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·5 menit baca
Beberapa tahun terakhir, penonton bioskop menggandrungi film-film bertema pahlawan super. Film teranyar yang menyedot perhatian adalah kehadiran Avengers: Endgame. Mungkinkah film bertema pahlawan super jadi resep jitu menggaet banyak penonton?
Catatan situs pencatat pendapatan film, Boxofficemojo.com, menyebutkan, lima dari 10 film terlaris sepanjang masa adalah bertemakan pahlawan super. Dahsyatnya, empat dari lima film pahlawan super itu berasal dari film seri Avengers yang sudah tayang sebelumnya.
Selain Avengers: Endgame, seri Avengers yang sudah tayang sebelumnya adalah Marvel’s The Avengers (2012), Avengers: Age of Ultron (2015), dan Avengers: Infinity War (2018).
Avengers: Infinity War berada di peringkat keempat film terlaris sepanjang masa (2,04 miliar dollar AS), diikuti Avengers: Endgame (1,66 miliar dollar AS) yang sementara ini di peringkat keenam, Marvel’s The Avengers di peringkat ketujuh (1,51 miliar dollar AS), dan Avengers: Age of Ultron (1,40 miliar dollar AS) di peringkat kesembilan.
Sementara satu film bertema pahlawan super selain seri Avangers yang berhasil duduk di 10 besar film terlaris sepanjang masa adalah Black Panther (1,34 miliar dollar AS).
Namun, film-film masih kalah dari tiga besar film terlaris sepanjang masa, yaitu Avatar (2,78 miliar dollar AS), diikuti Titanic (2,18 miliar dollar AS), dan Star Wars: The Force Awakens (2,08 miliar dollar AS).
Dari 100 film terlaris sepanjang masa, terdapat 26 tema film bertemakan pahlawan super. Film-film itu antara lain Spiderman, Iron Man, Deadpool, Batman, Superman, Wonder Woman, Aquaman, seri X-Men, dan seri Avengers tentunya.
Demam film bertemakan pahlawan dimulai sejak 2016. Meski tidak menduduki posisi puncak film terlaris tahun itu, namun itulah kali pertama, 4 dari 10 film terlaris adalah bertemakan pahlawan super. Film-film itu adalah Captain America: Civil War, Deadpool, Batman VS Superman: Dawn of Justice, dan Suicide Squad.
Hal itu berlanjut di tahun-tahun berikutnya. Sepanjang 2017, 5 dari 10 besar film terlaris adalah bertemakan pahlawan super, yaitu Wonder Woman, Guardian of Galaxy vol 2, Spider-Man: Home Coming, Thor: Ragnarok, dan Justice League.
Hal yang sama juga terjadi di 2018, yakni 5 dari 10 besar film terlaris adalah bertemakan pahlawan super. Film-film itu adalah Black Panther, Avengers: Infinity Wars, Aquaman, Deadpool 2, dan Ant Man and The Wasp. Black Panther bahkan menjadi film terlaris tahun lalu.
Sementara sepanjang 2019, tiga dari lima film terlaris adalah bertemakan pahlawan super, yaitu Avengers: Endgame, Captain Marvel, dan Shazam!
Penuh khayal
Mark Bowden, jurnalis dan penulis asal Amerika Serikat, dalam artikel berjudul ”Why are We Obsessed With Superhero Movie” yang dipublikasikan situs The New York Times 6 Juli 2018, mengatakan, salah satu kunci kesuksesan film pahlawan super adalah karena penuh khayalan.
Pembuat film pun tidak perlu mumet memikirkan jalan cerita yang realistis. Sebab di dunia pahlawan super, fiksi sekhayal apa pun masih tetap renyah dinikmati penonton.
Salah satu kunci kesuksesan film pahlawan super adalah karena penuh khayalan.
”Jalan cerita tak harus masuk akal. Film bisa ditaburi berbagai efek spesial yang terkomputerisasi. Ditambah aktor tampan dan aktris cantik, film bisa meledak di pasaran,” ujar Mark.
Apalagi film-film tema superhero sudah menikmati keterkenalan mereka jauh sebelum film itu dibuat. Sebab, kebanyakan film-film bertema pahlawan super kebanyakan diangkat dari serial komik yang sudah lebih dulu populer seperti Marvel Comics dan DC Comics.
Marvel Comics menawarkan berbagai pahlawan super, mulai dari Iron Man, Captain America, Spider-Man, Hulk, Thor, Black Panther, hingga Avengers. Sementara DC Comics merilis pahlawan super seperti Superman, Batman, Wonder Woman, Aquaman, dan Justice League. Komik-komik ini sudah terbit sejak era 1950-an dan tetap laku serta didaur ulang hingga saat ini.
Deputy Editor Vanity Fair Katey Rich dalam program kritik film Little Gold Men yang disiarkan di channel podcast Vanity Fair mengatakan, orang-orang yang sudah menjadi orangtua saat ini menikmati tokoh-tokoh super ini saat mereka masih kanak-kanak dalam komik.
”Kini setelah mereka beranjak dewasa, mereka ingin mengulang kembali memori masa kecilnya dengan menonton film itu bersama anak-anaknya,” ujar Katey.
Ia menambahkan, film bertemakan pahlawan super selalu bisa menarik penonton. Sebab, film bertemakan pahlawan super menargetkan pasar penonton keluarga.
”Berbeda dengan film genre drama atau action yang hanya bisa ditonton dewasa. Film pahlawan super membuat ayah dan ibu menontonnya bersama anak-anaknya,” ujar Katey.
Kisah gagal
Namun, Chief Critic Vanity Fair Richard Lawson mengatakan, tema pahlawan super tidak selamanya jadi jaminan film bakal laku keras di pasaran. Dia mencontohkan, film Ghost Rider (2007), Elektra (2005), dan Fantastic Four (2015) gagal menarik banyak penonton di pasaran.
Masing-masing Ghost Rider, Elektra, dan Fantastic Four ”hanya” memperoleh pendapatan 115 juta dollar AS, 24 juta dollar AS, dan 56 juta dollar AS. Jumlah pendapatan itu tidak sampai setengah dari pendapatan satu hari tayang perdana dari Avengers: Endgame yang sebesar 357,11 juta dollar AS.
Padahal seperti halnya Avengers, Iron Man, dan Spiderman, film Ghost Rider, Elektra, dan Fantastic Four juga diangkat dari seri buku komik Marvel. Tidak hanya itu, film-film itu juga diperankan aktor-aktor top seperti Nicholas Cage sebagai Ghost Rider dan Jennifer Garner sebagai Elektra.
”Ini membuktikan tema pahlawan super tidak otomatis membuat film laku di pasaran,” ujar Lawson.
Ia mengatakan, penggarapan film juga jadi kunci sukses film pahlawan super. Ia mencontohkan, kegagalan film Ghost Rider, misalnya karena aktor Nicholas Cage tidak cocok untuk peran sebagai Ghost Rider. Cage selama ini dikenal sebagai pameran film action yang lebih sering tampil sebagai polisi seperti di film Con Air (1997) dan The Rock (1996).
Tema pahlawan super tidak otomatis membuat film laku di pasaran.
Film-film pahlawan super yang gagal itu juga karena tidak memberikan efek khusus yang memanjakan mata penonton. Film itu seperti film biasa yang bertemakan pahlawan super. Padahal penggarapan film pahlawan super, lanjut Lawson, perlu penggarapan khusus.
”Intinya, film bertema pahlawan super atau tidak, pembuat film harus sungguh menggarap film itu dengan baik. Apa pun genrenya jika film itu digarap dengan baik, pasti diminati penonton,” ujar Lawson.