Kamera ”pop-up” atau menyembul menawarkan solusi bagi produsen untuk layar yang bisa memenuhi bagian muka ponsel. Cara ini pun mulai diadopsi merek besar.
Oleh
Didit Putra Erlangga Rahardjo
·5 menit baca
OPPO lantas Vivo, dua merek ponsel pintar asal China mengawali tren baru untuk menyodorkan gawai dengan layar sentuh di sekujur muka. Saat merek lain harus berkutat dengan dilema kamera depan yang menggunakan sebagian wilayah layar, dua nama tersebut datang dengan solusinya: kamera yang menyembul dari dalam badan.
Langkah tersebut tentu tidak mudah, memperkenalkan konsep dan teknologi baru kepada para konsumen. Kamera menyembul diharapkan mengatasi dilema dari perusahaan ponsel yang ingin menyodorkan produk dengan bagian mukanya sepenuhnya layar sentuh, tetapi pada saat yang sama harus menyisipkan kamera depan dan sensor seperti pengukur jarak apabila ingin fungsinya lengkap.
Notch atau kerap diistilahkan ”poni” menjadi penghalang cita-cita tersebut. Diawali dari tren iPhone X yang menggunakan poni, lantas diikuti produsen ponsel dengan sistem operasi Android dan terus disempurnakan tiap tahun, dengan poni yang semakin mengecil hingga kemudian menyerupai tetesan air atau berbentuk huruf ”V” saja.
Sampai ada teknologi kamera depan yang bisa diletakkan di bawah layar sentuh, dilema poni ini akan terus terjadi, sementara ada beberapa hambatan teknis seperti memastikan cahaya yang masuk ke sensor kamera tidak terganggu oleh aktivitas pada layar dan sebagainya.
Itulah kenapa saat OPPO memperkenalkan Find X dengan kamera menyembul seharusnya dianggap sebagai solusi karena bagian muka kini bisa dipergunakan untuk layar sepenuhnya. Pengguna bisa menikmati konten di layar tanpa ada gangguan dari poni.
Wajar apabila langkah ini disambut dengan rasa skeptis dari masyarakat. Kamera yang menyembul dengan menggunakan motor mengundang kekhawatiran bahwa bagian tersebut relatif akan lebih rentan dengan kerusakan, baik dari masalah aus atau dari kecelakaan, seperti terjatuh dengan bagian atas yang menghantam lantai terlebih dahulu.
https://youtu.be/JXAasosh-38
”Hingga kini, kami belum menerima laporan kerusakan dari konsumen dan pengguna terkait kamera depan seperti yang dikhawatirkan,” ujar PR Manager OPPO Indonesia Aryo Meidianto pada akhir April, 10 bulan setelah Find X diperkenalkan di Indonesia.
Modul kamera dari ponsel ini segera begitu pengguna mengaktifkan aplikasi kamera motor mekanik di dalam bagian atas ponsel langsung bekerja untuk menyembul dan memperlihatkan sensor kamera untuk segera dipergunakan.
Apakah dengan teknologi ini otomatis ponsel tersebut punya keunggulan dalam ruang untuk diisi dengan teknologi lainnya? Belum tentu. Sebab, dengan memisahkan kamera depan dari layar ponsel, tidak otomatis memiliki ruang tambahan karena bisa jadi harus diisi dengan komponen motor yang terus bergerak.
Fase massal
Find X adalah tahap awal dari rencana OPPO untuk memperkenalkan teknologi kamera depan mereka karena kelasnya tergolong andalan atau flagship, diikuti dengan harga premium. Akan tetapi, pada saat yang sama juga untuk memperkenalkan potensi teknologi ini.
Dari Juli 2018, fase tersebut dilanjutkan dengan memperkenalkan ponsel dengan kamera menyembul, yaitu F11 Pro, diikuti V15 dan V15 Pro dari merek Vivo. Dari bentuknya, terlihat ada penyempurnaan desain, yaitu bentuk yang lebih kecil yang hanya muncul dari bagian atas. Apabila F11 Pro ada di bagian tengah, V15 Pro menyembul di sisi kanan atas.
Dengan implementasi teknologi kamera menyembul di ponsel kelas menengah, artinya baik OPPO maupun Vivo sudah siap menyodorkan ke kalangan lebih luas. Dari Find X yang harga jualnya di atas Rp 10 juta, kini teknologi kamera menyembul sudah bisa diakses pada ponsel yang harga jualnya Rp 5 juta untuk F11 Pro—bahkan Rp 5, 3 juta untuk F11 Pro Avengers Edition—serta Rp 5,7 juta untuk V15 Pro.
Dengan kamera depan yang menyembul, baik OPPO maupun Vivo kini memiliki tawaran pengalaman baru bagi pengguna. Untuk kasus Vivo, mereka bisa memasarkan V15 Pro dengan teknologi sensor sidik jari di dalam layar sehingga bagian belakang kini hanya menyisakan kamera.
Pengalaman Kompas mempergunakan V15 Pro dalam beberapa hari menunjukkan kesan yang positif. V15 Pro meskipun tergolong kelas menengah, tetapi memiliki spesifikasi yang menimbulkan rasa percaya diri, seperti penggunaan sistem dalam cip (system on chip) Snapdragon 675, RAM 6GB dan penyimpanan internal 128GB, ditambah kamera depan yang bisa menangkap gambar dengan resolusi 32 megapiksel.
Memiliki DNA sebagai ponsel swafoto sejak seri V yang pertama, V15 Pro juga menunjukkan perjalanan panjang teknologi kamera untuk memotret wajah penggunanya dan memolesnya agar terlihat lebih berkilau dari seharusnya. Terkadang berlebihan, tetapi hasilnya membuat wajah penggunanya terlihat bersinar.
Di kamera utama, V15 Pro memiliki trio kamera, yaitu lensa normal, lensa untuk mengukur kedalaman, dan lensa ultralebar. Dengan lebar 120 derajat, ponsel ini cukup andal untuk mengambil gambar grup dalam jarak dekat, atau eksperimen dari pemakainya. Salah satu andalannya adalah AI Super Night Mode untuk mengambil gambar di kegelapan malam dengan mudah tanpa harus memanfaatkan tripod.
https://youtu.be/QhPPFJVG_S0
Fitur ini jelas sebuah tantangan kepada merek-merek yang sukses memasarkan kemampuan kamera mereka untuk fotografi malam seperti Huawei.
Mengikuti
Tanpa disangka, teknologi kamera menyembul juga diadopsi oleh produsen ponsel asal Korea Selatan, Samsung, meski dengan eksekusi yang berbeda. Di tengah perhelatan Galaxy Unpacked Bangkok pada awal April lalu, Galaxy A80 yang diperkenalkan bersama Galaxy A70 ternyata memiliki fitur kamera putar yang tidak dimiliki seri-seri lainnya, bahkan termasuk seri andalan, yaitu Galaxy S ataupun Galaxy Note.
Teknologi yang diperkenalkan dalam Galaxy A80 adalah kamera putar. Secara sederhana, saat kamera depan diaktifkan di aplikasi, bagian atas ponsel segera naik dan kameranya segera berputar menghadap depan.
Dengan solusi ini, Galaxy A80 tidak perlu lagi bingung dengan penempatan kamera depan. Tidak perlu lagi ada diskriminasi kamera depan atau belakang yang lebih baik karena menggunakan komponen yang sama.
Sekilas fitur ini akan mengingatkan pada N1, ponsel pintar dari OPPO yang memiliki kamera putar. Bedanya, pengguna sendiri yang harus mengulir kamera dari belakang ke depan, belakangan disempuranakan dengan penggunaan motor pada seri N3.
Langkah Samsung menjadi kabar baik bagi pengusung tren kamera menyembul. Bagi produsen yang terobsesi untuk menghadirkan layar tanpa batas dan bingkai, teknologi ini menjadi tawaran yang menarik meski dengan beberapa konsekuensinya, seperti konsumsi daya baterai yang lebih tinggi untuk mengoperasikan motor dan sebagainya.
Sampai ada teknologi untuk meletakkan kamera depan di bawah layar dan tidak memengaruhi hasilnya dan bisa dipergunakan di harga terjangkau, kamera menyembul bakal marak ditemui di pasar ponsel global ataupun Indonesia. (Didit Putra Erlangga Rahardjo)