Jari Perempuan Ternyata Produktif
Polisi pernah mengungkapkan bahwa tidak sedikit penyebar hoaks adalah perempuan. Lebih parah lagi, mereka menyatakan bahwa sekadar iseng saat membagikan hoaks. Kabar ini sungguh menyedihkan seolah perempuan tak mampu memanfaatkan gawai secara baik. Tidak sedikit perempuan di sela kesibukan mengurus rumah tangga ternyata jari mereka produktif dan menghasilkan uang yang tidak sedikit.
Rosie Pakpahan, seorang wirausaha di Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, mengatakan, usahanya berupa tahu jeletot berkembang pesat setelah ia mengembangkan waralaba. Omzet tahu yang semula hanya 25 tahu per hari kini telah 50.000 tahu per hari. Gawai sangat membantu dalam meningkatkan omzet mereka.
”Saya selalu menyarankan ke mitra-mitra waralaba saya untuk menjual di Go-Food karena sebagian besar omzetnya meningkat jauh setelah bergabung dengan Go-Food,” kata Rosie. Kini ia memiliki jaringan waralaba di sejumlah kota dengan jumlah mencapai 360 mitra. Ia mengatakan, penggunaan gawai dan aplikasi itu telah menaikkan omzet hingga dua pertiga dibandingkan dengan mereka tidak menggunakan aplikasi.
Venty, pemenang favorit pilihan anak bangsa dalam Mitra Juara Go-Jek 2019, berkisah, sebelum menjadi mitra Go-Ride, dirinya mengalami berbagai kisah memilukan, mulai dari kekerasan dalam rumah tangga hingga berpisah dengan suami. Dalam perjuangannya untuk terus mandiri, ia pernah menjadi penjual nasi uduk, bahkan menjadi penjual sayur keliling. Semua pekerjaan ia lakukan demi menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak- anaknya setinggi mungkin.
Sejak bergabung sebagai mitra Go-Ride, penghasilan Venty meningkat drastis lima kali lipat hingga bisa membeli emas untuk tabungan sekolah anak- anaknya agar nanti bisa melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
Makin mudah
Kisah lainnya dialami Memoy Munajah, ibu tiga anak yang tinggal di BSD, Tangerang Selatan, Banten. Ia menceritakan, usahanya makin mudah dan membesar dengan menggunakan gawai. Ia memulai usaha sejak 2013 setelah mengundurkan diri dari pekerjaannya di sebuah bank.
”Saat order banyak, keuntungan saya lumayan besar,” katanya. Ia menyebut angka hingga Rp 10 juta untuk keuntungan bersih dari penjualan buku, busana muslim, dan juga sambal. Awalnya ia berjualan buku dan kemudian berlanjut untuk dua produk lainnya. Ia tidak membikin semua produk itu. Ia lebih menjadi perantara untuk penjualan ketiga produknya.
Memoy mengaku, motivasinya berbisnis dengan menggunakan gawai adalah untuk mengisi waktu sekaligus menambah penghasilan. Akan tetapi, yang lebih penting adalah waktu untuk keluarga makin banyak. Setelah berhenti bekerja, ia memiliki waktu lebih dekat dengan anak-anaknya.
Keterampilannya dalam berdagang selain karena ia belajar sendiri juga didapat dari pelatihan-pelatihan yang dilakukan melalui media sosial ataupun grup-grup komunitas. Memoy beberapa kali bergabung dengan beberapa grup pelatihan, seperti untuk membuat iklan, membuat foto, membuat video, dan juga pelatihan membuat konten pemasaran.
”Salah satu yang bermanfaat dari kegiatan ini, saya fokus ke bisnis sehingga saya tidak sempat lagi membagi-bagikan hoaks. Saya kadang malah tidak membacanya. Saya malah menyarankan ke beberapa saudara agar tidak mudah membagi-bagikan bahan yang tidak bermanfaat itu,” kata Memoy. Menurut dia, banyak kegiatan yang lebih positif yang bisa dilakukan dengan menggunakan gawai.
Meski demikian, ia mengakui, selama setengah tahun sejak ia memulai bisnisnya, ia sempat keteter sehingga beberapa urusan rumah tangga terganggu. Ia mengaku, setelah enam bulan itu ia mulai menemukan cara untuk berdagang dengan menggunakan gawai. Setelah itu, Memoy mengaku bisa menemukan stabilitas dalam mengelola usahanya.
”Awalnya saya sempat dimarahi suami karena ada pekerjaan rumah tangga yang terlupakan. Namun, setelah saya melakukan penyesuaian, semuanya bisa berjalan lancar,” katanya. Masalah yang muncul antara lain ketika order melimpah hingga pernah dalam waktu enam jam ia berkonsentrasi di gawai. Keadaan ini membuat sejumlah urusan lainnya terabaikan.
Ia menuruti nasihat suaminya dan mulai mengatur waktu untuk menerima order dan menyelesaikannya. Kini ia lebih banyak mengerjakan order pada malam hari atau dini hari sehingga tidak mengganggu pekerjaan lainnya. Setelah ritme berhasil ditemukan, semuanya menjadi lancar.
Pengaturan waktu
Asri Nadya, perempuan yang juga sempat membuat produk minuman dan dijual secara daring, mengatakan, pengaturan waktu diperlukan agar urusan rumah tangga tidak terbengkalai. Ia yang mulai usaha sejak 2015 dengan menjual minuman Kombucha mengatakan, sejak awal perempuan yang pengin berbisnis dengan menggunakan gawai harus mempersiapkan diri dengan baik, seperti memilih jenis bisnis, alokasi waktu, dan juga pemahaman tentang bisnis daring secara benar.
”Saat order saya melimpah, omzet bisa mencapai Rp 10 juta per bulan. Akan tetapi, kini saya lebih banyak mendapat order dari pertemanan dan saya kirim melalui Go-Send. Saya harus membagi waktu dengan urusan lainnya yang menjadi fokus saya,” kata Asrie. Ia juga mengaku, saat order melimpah, beberapa urusan rumah tangga terbengkalai. Untuk itulah, ia kemudian memilih lebih banyak mengurusi order yang berasal dari pertemanan atau konsumen lamanya.
Chief of Corporate Affairs Gojek Group Nila Marita-Chief of Corporate Affairs Go-Jek Group mengatakan, inovasi dan teknologi Go-Jek berusaha membantu semua lapisan masyarakat, termasuk perempuan, mendapatkan akses untuk berpartisipasi dalam ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan. Jarak, jender, ketiadaan modal, bahkan keterbatasan fisik tidak lagi menjadi hambatan.
Salah satu keunggulan dari kerja sama Go-Jek dengan mitra adalah fleksibilitas waktu. Fleksibilitas yang ditawarkan oleh kemitraan dengan Go-Jek memungkinkan perempuan untuk dapat mandiri dan membiayai keluarga sambil tetap mengelola rumah tangganya. Riset yang pernah dilakukan menyatakan, mitra perempuan menjadi semakin mandiri dan percaya diri sejak bergabung di Go-Life. Sebanyak 95 persen dari responden mitra perempuan merasa percaya diri bahwa mereka mampu memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa bergantung kepada orang lain.
Inovasi teknologi yang berujung pada fleksibilitas ini juga mendorong peningkatan partisipasi perempuan dalam ekonomi digital. Lebih dari 70 persen mitra Go-Life adalah perempuan, dan hampir 50 persen di antaranya merupakan penghasil utama di keluarganya.