Tidak tanggung-tanggung, tiga gunung sekaligus menjadi daya pikat menyegarkan yang masih bisa didapatkan. Lokasinya tak jauh dari kota Jakarta. Bayang-bayang sekitar 15 tahun lalu tentang polemik tak berujung pembangunan properti di kawasan hijau kawasan Cianjur, Puncak, Jawa Barat, seakan terpecahkan dan menjadi daya tarik tersendiri.
Hanya sekitar satu jam perjalanan pada Minggu (24/3/2019) pagi dari Jakarta, sebuah hamparan bukit bunga di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, yang dinamakan Flower Hills tersaji menyegarkan mata. Warna-warni dedaunan yang diselingi bunga begitu instagramable, begitulah kerap disebut-sebut para netizen pemburu foto selfie. Foto klik-klik dan cepat-cepat diunggah di media sosial mengundang rasa suka dan decak kagum banyak orang.
Itulah kawasan perumahan Vimala Hills di Ciawi. Tepatnya di dekat persimpangan Gadog, Tak sekadar gapura kokoh yang mencirikan keunikan pengembang Agung Podomoro Land. Taman tematik yang berada di tengah koridor lahan seluas 100 hektar ini juga memberikan sirkulasi udara segar dan pencahayaan alami. Belum lagi ada Heliconia Garden dilengkapi sangkar burung. Tak ketinggalan Deer Park, taman dibangun sebagai habitat alami rusa totol (Axis-axis).
Harmonisasi alam pun diwujudkan dengan memberikan penataan persinggahan air berupa empat danau buatan. Persyaratan pembangunan di kawasan pegunungan memang sangat ketat karena air yang tercurah harus ditata menjadi zero run off supaya pengembang pun ikut berkontribusi pada pencegahan banjir. Tantangan besar karena faktor alam tidak dapat dihindari.
Selain berfungsi menahan air saat musim hujan, ketersediaan air pada musim kemarau jadi perhatian pengembang. Apalagi saat ini kawasan itu dilengkapi kehadiran vila dengan mendirikan Hotel Pullman Ciawi Vimala Hills yang akan dioperasikan dalam waktu dekat.
Menelusuri jalan utama ini, terlihat berbagai kluster villa yang menggunakan nama-nama gunung. Fase pertama, kluster-kluster vila dengan desain rumah beratap khas daerah, seperti Toraja dan Joglo (Jawa), menggunakan nama sejumlah gunung di Indonesia, seperti Argopuro, Bromo, Semeru, Pangrango, Rinjani, dan Krakatau. Pada fase kedua, yakni sesudah melintasi sebuah jembatan, kluster-kluster menggunakan nama gunung di luar negeri, yakni Kilimanjaro, Kinabalu, Alpen, dan tertinggi Himalaya.
Semua kluster itu berdiri dengan pemandangan Gunung Gede-Pangrango, Gunung Salak, dan Gunung Geulis. Yang menarik, lahan ini berada di ketinggian mulai dari 472 meter hingga 700 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan cuaca yang sejuk.
Tentu, ini menarik bagi para pencinta olahraga. Untuk berlari, misalnya, dengan mengitari jalan utama saja sudah menempuh jarak sejauh 5,2 kilometer. Area joging juga tersedia di seputaran danau yang terletak di area bagian atas.
”Enggak heran dong, semilir angin pegunungan masih sangat sejuk bisa dirasakan. Desain arsitektur bangunannya sangat tropikal dan modern, tetapi juga mencirikan kebudayaan Indonesia,” kata Zaldy Wihardja, Assistant Vice President Residential Marketing PT Agung Podomoro Land (APL) Tbk, di Jakarta beberapa hari lalu.
Untuk pengembangan hunian eksklusif ini, APL membangun sejak 2012. Dua tahun kemudian, fase pertama dilakukan serah-terima vila-vila tersebut. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan ketersediaan hotel di kawasan itu menjadi salah satu prospek yang dibidik oleh APL sehingga dibangunlah Pullman Hotel and Resort pada 2014. Hotel bintang lima yang berkonsep resor.
Kemudian, fase kedua dibangun sehingga akses kawasan seluas 100 hektar itu dapat menjadi solusi. Apabila jalan dari pintu gerbang utama macet atau ditutup, penghuni dapat melintas melalui jalan utama di daerah Ciawi, Kabupaten Bogor.
”Enam bulan lalu, jumlah sisa unit yang tersedia sebanyak 62 unit, tetapi hingga saat ini tinggal tersisa 27 unit,” kata Vonny K Mulyani, Manajer Marketing PT Putra Adhi Prima, selaku divisi pemasaran Vimala Hills.
Pegunungan
Pengembangan vila bernuansa resor ternyata juga dikembangkan PT Sultan Anugerah Propertindo, anak perusahaan PT Anugerah Kasih Investama (AKI). Vila yang juga mengandalkan pemandangan pegunungan sebagai daya tariknya ini dinamakan The Leaf Boutique Villas. Lokasinya dikenal sebagai kawasan Tapos mengingat dulu kawasan ini digunakan untuk pengembangan ternak pada era pemerintahan Orde Baru.
Dihar Dakir, Manajer PR PT AKI, mengatakan, jumlahnya relatif terbatas, hanya 34 unit. Bahkan, luas bangunannya pun hanya 150 meter persegi. Meski terbatas, salah satu yang menjadi perhatian pengembang adalah penggunaan solar panel agar ketersediaan listrik tetap selalu terjaga.
”Desain konstruksi bangunannya memang menggunakan solar panel, tetapi semua berpulang pada konsumen. Yang pasti, kami mencoba menunjukkan komitmen menggunakan energi ramah lingkungan dengan memanfaatkan solar panel,” kata Dihar.
Menurut Dihar, kedekatan dengan Jakarta, terlebih lagi pasca-dibangunnya tol Bocimi, potensi investasi selalu menjadi incaran, baik para pengguna (end user) maupun investor. Hingga kini, sebanyak 24 unit mulai dibangun. Proses pembangunannya baru mencapai 30 persen.
Bagaimanapun kini potensi pengembangan properti di kawasan Puncak memang perlu diminimalisasi demi menjaga keseimbangan alam, terlebih menjaga lingkungan agar limpasan air tak menjadi bencana, baik tanah longsor maupun banjir bandang di Ibu Kota. Sejumlah bencana yang terjadi beberapa waktu lalu seharusnya menjadi pelajaran bagi setiap pihak untuk lebih peduli dengan kelestarian lingkungan.
Belum lagi kemacetan lalu lintas, terutama pada akhir pekan, menjadi persoalan yang belum terpecahkan. Sementara potensi pengembangan properti di daerah Ciawi tampaknya menjadi peluang yang masih sangat luas untuk berinvestasi sekalipun komitmen dan konsistensi menjaga harmonisasi alam tak boleh diabaikan oleh para pengembang properti.