Berbukalah dengan yang Akrab
Saat berbuka puasa, hasrat lidah kita sebenarnya menginginkan masakan yang sudah diakrabi. Tentu saja pilihannya biasanya tak jauh-jauh dari masakan tradisional. Kini, di tengah euforia masakan lokal, menu tradisional kian mudah dijumpai di restoran mentereng, juga hotel. Rasanya pun tak kalah sedap dengan versi kaki lima, loh!
Tengok saja restoran Vin+ Wine & Beyond di Plaza Senayan Arcadia, yang selama ini dikenal tempat asyik untuk ngewine di Jakarta.
Di sini, menu berbukanya dengan berani malah menghadirkan menu tradisional ”biasa”, tetapi dengan keseriusan luar biasa.
Saat mengundang sejumlah wartawan untuk berbuka puasa bersama, Kamis (16/5/2019), executive chef Djoko Sarwono memilihkan menu pertama, paha ayam yang diolah, dibumbui, kemudian digoreng dengan metode spesial, disandingkan dengan bumbu sambal matah. Paha ayam goreng spesial itu juga disajikan bersama nasi kuning ala chef Djoko, sup kaldu ayam dengan dua macam jamur dan sayur pakchoy serta sate udang panggang.
Dibilang istimewa, kata chef Djoko, lantaran dirinya memang sengaja memilih bagian paha ayam yang menurut dia jauh lebih lezat dan gurih saat digoreng ketimbang bagian lain, seperti dada. Perlakuan istimewa terletak di teknik memasak sous vide yang dia terapkan sebelum daging ayam digoreng.
Teknik sous vide alias memasak pelan (slow cook) dilakukan dengan cara menempatkannya dalam kantong vakum khusus untuk kemudian direbus dalam suhu tertentu selama sekitar 1,5 jam. Cara itu membuat daging matang, namun tetap bersari (juicy) dan tak kering atau garing, apalagi berminyak saat digoreng.
Setelah masak, ayam goreng spesial itu disajikan dengan sambal matah. Biasanya sambal matah disandingkan dengan hidangan laut (seafood), semacam ikan, udang, dan cumi, baik digoreng maupun dibakar.
Pilihan hidangan kedua pun tak kalah mengundang selera. Pada menu pilihan kedua ini, chef Djoko memilih untuk mengolah empal daging sapi, yang disandingkan dengan nasi bakar nan gurih sebagai sumber karbohidrat.
Nasi bakar juga ditambah dengan campuran irisan kecil daging sapi asap (smoked beef) di dalamnya sehingga menambah aroma gurih dan smokey. Sebagai pelengkap penambah selera, chef Djoko melengkapi sajiannya dengan kentang sambal, tumis daun pepaya dengan santan, serta pepes ikan teri dengan daun kemangi.
Perpaduan tersebut sungguh menggugah. Empal sapi gorengnya begitu bersari dengan tekstur serat daging sangat renggang sehingga mudah disuwir-suwir. Manis dan sangat berempah. Siapa sangka di restoran yang biasanya menyajikan menu Barat dan wine bisa ditemukan masakan tradisional sejitu begini?
Angkringan
Menu berbuka di hotel pun tak kalah menjanjikan, seperti di The Eatery Four Points by Sheraton di kawasan Thamrin, Jakarta. Di sini, kita mungkin akan tersenyum-senyum menjumpai rupa-rupa sate angkringan, antara lain ceker, telur puyuh, usus, dan kulit ayam disajikan hangat-hangat. Bakwan, bola ubi, lumpia goreng, dan tahu berontak juga bermunculan menerbitkan hasrat bersantap.
Marketing Communications Executive Four Points by Sheraton Jakarta Cindy Yuwono menyapa para pengunjung yang datang. ”Silakan. Ada gado-gado, gorengan, dan ayam pelalah juga. Sajian penutupnya, kami punya kue tape, bolu kukus, dan um ali,” ujarnya.
Aneka makanan khas bulan puasa bertema ”Kampung Ramadhan” ini disajikan hingga 31 Mei 2019 pukul 18.00-21.30. Setiap hari, makanan khas sejumlah daerah ditawarkan silih berganti. Sajian tradisional ini dipilih karena tak hanya digemari pengunjung lokal, tetapi juga warga negara asing.
Menurut Kepala Juru Masak Four Points by Sheraton Jakarta Samuel, salah satu yang juga jadi andalan adalah kakap merah bakar sambal matah. Daging ikan itu terasa empuk dan segar dengan olesan bumbu kuning dan taburan garam. Percikan jeruk nipis menguarkan sedikit asam di antara aroma merica dan serai. Rasa khas dari masakan yang diungkep dengan daun pisang agar bumbu-bumbunya kian meresap menambah sedap sajian ini.
Tak tercium amis sama sekali saat ikan itu dicicipi. Ikan itu juga nikmat dicocol kecap yang bertaburkan potongan cabai merah. ”Lama memasak ikan itu dua jam. Ikan itu dibeli dari nelayan. Jadi, kami tahu bahwa ikan itu baru ditangkap. Tidak disimpan di kulkas dulu,” kata Adi.
Sementara sate lilit disajikan dengan batang serai sebagai gagangnya. Tak heran, rasa serai spontan menyentak saat sate itu digigit, ditambah paduan daging ikan dori, udang, ketumbar, kunyit, dan lengkuas. Gurat kecoklatan dan potongan cabai merah tampak pada permukaan sajian khas Bali itu.
Manajer Restoran dan Bar Four Points by Sheraton Jakarta Andri Andrianto mengatakan, tamu dapat menikmati paket itu dengan harga Rp 210.000 per orang. Respons masyarakat untuk berbuka di restoran berkapasitas 80 pengunjung itu dinilai sangat baik.
Paket berbuka puasa yang disebut Iftar Buffet juga ditawarkan Aprez Cafe dengan harga Rp 175.000 per orang. Di restoran yang berada di Sudirman Central Business District, Jakarta, itu, Iftar Buffet disediakan pada 6-31 Mei 2019 pukul 17.30-20.00. Minat masyarakat menikmati paket itu amat tinggi.
Menurut General Manager Aprez Catering dan Aprez Cafe Riny Triyana, menu yang paling disukai, salah satunya, adalah aneka mi. Di bilik khusus mi disediakan sajian yang langsung diolah di depan tamu. ”Tamu memilih mi, lalu diserahkan kepada koki yang akan menyiapkan hidangannya,” ucap Riny.
Intercontinental Jakarta Pondok Indah tak ketinggalan menyediakan paket berbuka puasa. Paket seharga Rp 448.000 per orang itu tersedia pada 6 Mei-4 Juni 2019. Para tamu bisa menikmati hidangan itu di restoran Sugar & Spice lantai 1 Intercontinental Jakarta Pondok Indah.
Director of Marketing and Communications Intercontinental Jakarta Pondok Indah Marlene Danusutedjo mengatakan, menu favorit yang disajikan adalah hidangan Timur Tengah shawarma dan lamb ouzi.
Lamb ouzi adalah daging kambing muda dengan rempah-rempah yang dibumbui selama 24 jam. Lamb ouzi biasa disajikan dengan nasi briyani. ”Lebih spesifik lagi dari Maroko, kami menyediakan hidangan seperti chermoula-baked sea bass dan chicken tagine,” ujar Marlene.
Meski asal Timur Tengah, cita rasanya dekat dengan kegemaran lidah kita akan masakan berempah, membuat menu semacam ini pun terasa akrab. Semacam beririsan dengan masakan Aceh, lah....