Menyambut Era Telefoto
Teknologi baru dari lensa telefoto memungkinkan ponsel bisa melakukan pembesaran gambar hingga 10 kali tanpa mengorbankan hasil akhir. Tren ini digadang-gadang sebagai masa depan baru kamera ponsel kita.
Setelah lensa lebar, giliran lensa telefoto yang diperkenalkan oleh produsen ponsel. Bisa mendekatkan yang jauh, fitur ini dimungkinkan berkat teknologi yang bisa menjembatani kebutuhan jarak fokal dengan desain ponsel yang tetap ramping.
Setelah teknologi ini hadir, apakah memang dibutuhkan?
Begitu membuka aplikasi kamera pengguna memang bisa melakukan pembesaran gambar alias zoom dengan gerakan dua jari yang bertemu lantas berpisah. Gambar memang terlihat lebih besar tapi harganya langsung dibayar: kualitasnya turun, bisa diketahui dari ketajaman gambar.
Penyebabnya adalah pembesaran yang dilakukan secara digital alias gambar awal hanya dibesarkan tanpa ada perubahan jarak fokal lensa.
Menghasilkan efek telefoto hanya bisa diraih bila ada jarak antara sensor dengan lensa, dan jangan melupakan tuntutan untuk membuat ponsel yang lebih tipis dari generasi sebelumnya.
Pada tahun 2013 Samsung memperkenalkan S4 Zoom, varian dari seri ponsel Galaxy S4 yang memiliki mekanisme lensa yang mencuat dari badan ponsel dan memberikan kemampuan pembesaran hingga 10 kali lipat, atau setara dengan lensa 24-240 mm.
https://youtu.be/V8mz2uX472s
Fitur itu membuat Galaxy S4 Zoom ini lebih terlihat sebagai kamera saku yang tebal dengan sistem operasi Android ketimbang sebuah ponsel pintar yang memiliki dimensi yang ramping dan mudah disaku. Samsung hanya memperkenalkan seri K Zoom sebagai kelanjutan dari seri tersebut dan selebihnya tidak lagi terdengar.
Titik tengah dari teknologi telefoto di ponsel pintar adalah pembesaran hingga 2,3 kali tanpa harus memiliki lensa yang menonjol. Seperti diimplementasikan dalam Zenfone Zoom 3 dari Asus yang dirilis awal tahun 2017, lensa telefoto memungkinkan pembesaran dengan mempertahankan kualitas gambar.
Cara kerja lensa telefoto ini adalah transisi dari lensa yang dipakai ponsel dari lensa utama dan beralih saat pengguna melakukan pembesaran gambar ke 2,3 kali, dari titik itu masih bisa ditambah pembesaran digital sehingga secara keseluruhan bisa mencapai pembesaran 10 kali lipat.
Pengambilan gambar dengan kondisi pembesaran 2,3 kali tentu memunculkan tantangan tersendiri, terutama masalah kestabilan. Goncangan akibat genggaman tangan dengan mudah menyumbang pada gambar yang mudah goyang, itulah mengapa penggunaan tripod menjadi salah satu rekomendasinya.
Periskop
Pada perhelatan Mobile World Congress 2017 di Barcelona, Spanyol, OPPO memamerkan purwarupa ponsel yang mampu menghasilkan pembesaran hingga 5 kali lipat tanpa mengorbankan dimensi produknya. Di sanalah diperkenalkan teknologi periskop yang menggunakan pendekatan baru dalam lensa telefoto.
Bila lensa kamera umumnya menghadap keluar, kamera periskop bekerja dengan prinsip serupa dengan penempatan lensa menghadap samping dengan jajaran lensa untuk kemudian menghadap cermin dengan kemiringan 45 derajat menghadap ke arah yang sama dengan kamera utama. Dilema lensa telefoto yang menyebabkan badan ponsel harus tebal diselesaikan dengan meletakkannya secara menyamping.
https://youtu.be/M7JwA1TD9eo
Terdengar gila, tapi teknologi ini terbukti bisa menghasilkan pembesaran sesuai yang dijanjikan. Berangkat dari purwarupa tersebut, awal tahun 2019 muncullah generasi pertama ponsel yang mengadopsi teknologi periskop yakni P30 Pro dari Huawei dan Reno 10x Zoom dari OPPO.
Hadir dengan penyempurnaan dari teknologi tersebut, kedua ponsel bisa menghasilkan pembesaran optik hingga 10 kali dan total pembesaran hingga 50 kali lipat bila melibatkan pembesaran digital. Perlu diingat bahwa hal ini dimungkinkan dengan estafet tiga lensa yang memiliki jarak fokal yang pasti dan pembesaran digital di antaranya.
Menyesuaikan diri
Kompas berkesempatan untuk menjajal kemampuan telefoto dari P30 Pro dari unit yang dipinjamkan oleh Huawei Indonesia. Pertanyaan bernada skeptis langsung muncul adalah seberapa andal fitur telefoto dari teknologi periskop ini?
Dan pertanyaan yang tidak kalah mendesak, bagaimana ponsel yang diluncurkan tahun 2019 bisa menyelesaikan dilema stabilisasi gambar pada kondisi pembesaran maksimal.
Dalam penggunaan selama dua minggu, fitur yang diulik adalah lensa telefoto meskipun ponsel ini memiliki lensa ultralebar dan gambar malam yang bisa diambil dalam waktu singkat, belum lagi algoritma kamera yang dibangun melalui kolaborasi bersama Leica.
Navigasi pada aplikasi kamera memudahkan pengguna untuk beralih ke pembesaran secara cepat dari ultralebar, satu kali, 5 kali, dan 10 kali dengan menyentuh angka di tepi kamera. Cara lain, dengan menggeser angka penunjuk ke kanan atau ke kiri, hal ini menjadi alternatif dari gestur jari mencubit layar.
Memiliki ponsel dengan kamera yang mampu membuat pembesaran hingga 10 kali ternyata cukup bermanfaat. Pengguna kini bisa mengakses sudut pengambilan gambar yang sebelumnya sulit dilakukan oleh kamera ponsel biasa. Untuk urusan ketajaman, hasilnya memang relatif lebih baik meski masalah goncangan masih menjadi kendala. Butuh kuda-kuda yang kokoh agar pengambilan gambar berlangsung secara stabil.
Pada pembesaran 50 kali, yang berlangsung secara digital, mengharap gambar tajam memang mustahil, namun setidaknya masih memperlihatkan bentuk secara jelas. Huawei bahkan memungkinkan moda memotret bulan, bila kita arahkan ke bulan dengan pembesaran maksimal maka terlihat tekstur dari permukaan bulan, belum bisa dipastikan apakah hal itu memang nyata atau permainan visual dari ponsel.
Pengalaman serupa didapatkan sewaktu menggunakan perangkat Reno 10x Zoom pada tanggal 26 April 2019. Secara umum navigasi dan pengaturan pembesaran dilakukan dengan cara serupa P30 Pro. OPPO hingga tulisan ini dibuat belum merilis seri Reno ke pasar Indonesia meski cukup intens mempromosikannya.
Satu catatan penting dalam menggunakan pembesaran hingga 10 kali adalah perlunya menjaga jarak yang cukup dengan obyek foto agar bisa mendapatkan fokus. Kembali lagi, setiap pengguna harus bisa membiasakan diri agar bisa mendapatkan hasil yang optimal.
Masa depan
Lensa telefoto dipastikan bakal menjadi salah satu kelengkapan bagi kamera ponsel pintar hanya saja butuh waktu agar teknologinya matang dan bisa tersedia untuk segala lini ponsel. Untuk sekarang, baru ponsel kelas menengah keatas sampai flagship saja yang bisa dihadirkan karena memiliki fitur stabilisasi untuk meredam goncangan, serta pilihan sensor kamera yang lebih leluasa untuk menangani hasil dari lensa telefoto.
Setelah Huawei dan OPPO, tinggal menunggu waktu saja sebelum produsen ponsel lain memasukkannya dalam daftar fitur andalan produk mereka di masa mendatang. Bahkan Samsung yang notabene merupakan merek dari Korea Selatan dikabarkan menanamkan sahamnya ke perusahaan yang memfokuskan diri kepada pengembangan teknologi telefoto.
Perusahaan sama yang terlibat dalam teknologi periskop.
Bisa disimpulkan bahwa telefoto merupakan masa depan kamera ponsel yang sedang diajukan merek ponsel dari Asia. Selesai dengan kamera ganda, tiga, atau empat, selesai dengan kamera untuk membuat ruang tajam, dan selesai dengan kamera ultralebar.
Sekarang giliran telefoto.