Impian Jakarta
Ramadhan yang lalu terasa kian bergairah saat diwarnai meriahnya kreativitas dunia mode terbatas atau modest fashion. Dalam ajang Jakarta Ramadhan, misalnya, para desainer hijab dari dalam dan luar negeri memamerkan berbagai koleksi yang apik.
Ramadhan menjadi momentum bagi #markamarie untuk menampilkan keragaman inovasi dan kolaborasi peragaan busana melalui ajang Jakarta Ramadhan. Entitas #markamarie merupakan platform belanja daring dan luring yang cukup terkurasi.
Berawal dari Jakarta Modest Fashion Week (JMFW) pada Juli 2018 yang terbilang sukses, pergelaran itu ditindaklanjuti agar gaungnya tetap bergema. Jakarta Ramadhan menjadi pijakan selanjutnya untuk mencuatkan harapan Indonesia sebagai pusat gaya hidup hijab global.
Selain ajang yang mempertemukan jenama dari sejumlah negara, Jakarta Ramadhan menjadi wadah bertukar pengetahuan tentang tren busana Muslim. Acara bertema ”Ramadhan on the Island: Urban Modest Lifestyle” itu diadakan di Plaza Indonesia, Jakarta, Mei.
Bokitta, produsen jilbab asal Lebanon, memajang koleksi pinless yang tak menggunakan penyemat. Jilbab itu tetap menyerupai kain yang dirangkai dengan jarum atau peniti. Motif dedaunan, bunga, dan kupu-kupu menambah elok jilbab instan yang didominasi warna hitam itu.
Bokitta yang banyak memainkan corak pada kerudung membuat keseluruhan tampilan busana itu lebih feminin. Para model Bokitta mengenakan pakaian simpel dengan warna polos, seperti putih, kelabu, dan merah pastel. Kebanyakan baju yang ditampilkan bersiluet minimalis.
Bokitta juga menggunakan bahan poliester sifon dan georgette dengan bagian dalam kerudung terbuat dari katun. Kerudung pun menjadi nyaman dan menjaga aroma tubuh tetap segar. Produk tersebut memudahkan mereka yang ingin tampil modis tetapi tak perlu khawatir kerepotan memasangnya.
Jilbab itu serupa syal yang terbungkus sehingga dapat dikenakan dengan praktis. Bokitta dengan jaringan pemasaran global yang berdiri sejak 2009 itu menggunakan teknologi breathable. Sirkulasi udara dalam hijab tetap lancar, penggunanya merasa sejuk, pendengaran pun tak terganggu.
Pada kesempatan selanjutnya, Gallery Sholeha menampilkan sejumlah gaun bersiluet panjang dengan warna-warna lembut, seperti hijau toska, putih, dan merah muda. Busana-busana itu disemarakkan beragam detail, seperti ruffle, corak bunga, dan lengan lonceng.
Penggunaan kerudung dengan perpaduan warna kontras dan aksesori unik menambah atraktif tampilan busana tersebut. Busana-busana produsen hijab dari Indonesia yang memproduksi merek Auliya itu bergaya kontemporer dengan bahan arabian silk atau sutra arab.
Lain lagi dengan Buttonscarves yang menawarkan pakaian hasil inspirasi Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Busana-busana itu semakin indah dengan selendang bertaburkan pola geometri dan bunga-bunga khas Arab yang dibentangkan para model.
Mereka mengenakan pakaian konservatif berwarna kalem, misalnya putih, biru dongker, coklat muda, dan merah marun. Buttonscarves, merek asal Indonesia itu, menggunakan voal untuk bahan kerudung. Seluruh koleksi itu tampil ringan tanpa terlihat transparan, nyaman, dan mudah menyerap keringat.
Baju-baju merek lain yang ditampilkan menggambarkan keragaman padu padan busana Muslim yang out of the box, di luar kebiasaan. Choiys, contohnya, tampak lebih berani mempertunjukkan produk dengan jilbab yang dipadu busana Muslim berwarna kuning.
Pakaian terusan itu berbulu berupa serat-serat dengan rumbai pada ujung lengan. Merek rembukan kumpulan pengusaha Korea Selatan yang juga memproduksi kosmetik itu turut mempersembahkan pakaian serupa lainnya dengan warna abu-abu dipadu topi pet dan jilbab syal hijau pastel.
Sementara itu, 2Madison Avenue dari Indonesia menerjemahkan busana Muslim dengan seni. Aksen volume di bahu yang membentuk bunga dan rok A-line diperkaya gambar gadis pop art. Merek-merek lain yang dilibatkan seperti Madame Pashmina dari Turki, Huw Roman Tokyo dari Jepang, dan Y5Star dari Korea Selatan.
Cukup 10 detik
Country Manager Bokitta Indonesia Jemmy Rizki Satria mengatakan, Bokitta mulai memasarkan produk secara internasional sejak 2010. Bokitta yang telah mematenkan produknya itu menjangkau Indonesia sebagai upaya untuk meraih peluang yang dianggap cerah.
”Di Asia Tenggara, Bokitta juga tersedia di Malaysia, Singapura, dan Brunei. Cukup 10 detik, hijab kami bisa dipakai dengan rapi. Gampang dilepas dan dipakai,” katanya. Jilbab itu cocok terutama untuk perempuan pekerja yang tak perlu repot ketika hendak berwudu.
Chief Executive Officer Buttonscarves Linda Anggrea mengatakan, pihaknya mengambil tema perjalanan ke Turki dipadu kemegahan Masjid Sheikh Zayed. ”Jadi, ada unsur-unsur Turki juga pada busana yang kami tampilkan. Pengalaman itu kami bagikan kepada para konsumen,” ucapnya.
Menurut Oly, desainer Auliya, pihaknya menerjemahkan tema ”Ramadhan on the Island” dengan merancang busana yang warnanya menenangkan. ”Kami ingin Ramadhan yang aman dan tenteram. Situasi saat ini riuh rendah. Jadi, kami menggunakan motif air mengalir dan angin sepoi-sepoi,” ujarnya.
Menurut pemilik dan desainer Choiys Sunny Choi, Indonesia adalah negara dengan populasi yang besar, termasuk penduduk Muslim. ”Di Korea Selatan, banyak teman yang bertanya soal Indonesia. Saya jelaskan, Muslim Indonesia sangat bersahabat. Keramahan itu tak hanya soal agama, tapi juga kultur,” ujarnya.
Jakarta Ramadhan juga menampilkan karya beberapa desainer dan merek Indonesia ternama, seperti Vivi Zubedi, Medina Zein, Fatih Indonesia, Devi Janeeta, dan Rhani. Selain trunk show, gelar wicara, stan pakaian, dan lokakarya meramaikan Jakarta Ramadhan.
Jakarta Ramadhan yang diadakan pertama kali itu didukung Plaza Indonesia, Siji Indonesia, Council of Modest Fashion, Hagel Club Singapore, MAC Cosmetics, Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Pengungsi (UNHCR), dan Lamsamyic Taiwan.
Franka Soeria, pendiri #Markamarie, mengatakan, acara itu bertema ”Ramadhan on the Island” karena merefleksikan bulan suci sebagai masa yang tepat untuk merenung. ”Kalau ke pulau atau island, kita biasanya termenung. Ramadhan juga menjadi refleksi mengenai amal yang sudah kita lakukan,” ujarnya.
Franka yang juga pendiri Modest Fashion Weeks Global mengatakan, setelah JMFW diselenggarakan, citra Jakarta terangkat. ”Saya, misalnya, ke Dubai, Uni Emirat Arab, Maret 2019. Mereka yang di Dubai memperhatikan Jakarta, termasuk lewat medsos (media sosial),” ujarnya.
Peragaan busana Muslim kini jamak digelar di kota-kota besar dunia, seperti Istanbul, Amsterdam, dan London. Jakarta pun mulai diperhatikan dengan mode hijab yang sangat dinamis. Wajar jika impian Jakarta bisa menjadi pusat busana Muslim dunia turut mengemuka.
Lazimnya kota besar yang amat sarat dengan perputaran hijab, Jakarta pun menjadi muara masuknya mode produk tersebut dari luar negeri. ”Pemerhati busana Muslim kita contohnya pergi ke Turki untuk melihat jilbab kotak. Di Indonesia belum terkenal. Maka, dibikinlah di Indonesia,” kata Franka.
Seiring itu, yashmak (semacam cadar) juga berangsur menjadi tren di Tanah Air. Sementara di Malaysia, bahan voal dengan motif cetak sudah lama menjadi favorit, tetapi di Indonesia baru digandrungi belakangan ini. Jakarta juga memancarkan pengaruh modenya ke negara lain.
Hijab syar’i yang laris di Indonesia, misalnya, kini tengah dipromosikan di Singapura. Busana Muslim belum memiliki kota mercusuar yang dianggap sebagai panduan global. Jakarta dengan potensinya punya kesempatan menjadi pusat busana tersebut.
Sangat disayangkan jika setelah JMFW tidak diadakan acara serupa di Jakarta. Karena itu, Jakarta Ramadhan dilaksanakan. ”Saya ingin terus mempromosikan Jakarta. Jangan hanya saat acara besar berlangsung lalu berhenti,” ucap Franka.