Refleksi Kerinduan Biyan
Deru zaman serba cepat berkejaran dalam ketergesaan dan aneka rupa tekanan. Di tengah itu, kenangan rasa akan suasana taman alami menjadi suntikan energi bagi perjalanan kreatif Biyan Wanaatmadja. Kali ini, ia melahirkan koleksi busana bertajuk ”Wonder Garden”.
Bayangkan kebun raya atau taman yang terbentuk alami. Tentu keindahannya bukanlah suguhan yang serupa warna dan wujud. Di situ ada keragaman corak, warna, bentuk, dan nuansa nan kaya. Yang lebih penting, pada suasana taman itu ada kelegaan bernapas dan kemerdekaan untuk bertumbuh. Suasana seperti itu selalu menjadi muara kerinduan Biyan.
Di tengah konsistensinya selama 37 tahun berkarya di jagat mode Indonesia, Biyan bergerak dalam derap zaman yang cepat. Melalui koleksi Wonder Garden ini, Biyan bersama tim kreatifnya berhasil merefleksikan semangat zaman yang mengusung kemudaan.
Dari tim yang beranggotakan orang-orang muda itu, kata Biyan, ia memang belajar menangkap semangat kekinian. Sebaliknya, kepada timnya, Biyan pun menanamkan kedisiplinan dalam menjalani proses kreatif yang panjang.
Dalam proses kreatif itu, mereka bukan sekadar berkutat pada imaji di benak. Mereka pun mesti bergelut dengan detail eksekusi yang tak jarang ”menyakitkan”.
”Saya coba untuk mengajak tim saya mencintai apa yang mereka lakukan dalam pekerjaan. Mereka bisa melakukan hal-hal yang baik, indah, jika mereka mencintai apa yang mereka lakukan,” ujar Biyan.
Dalam bingkai kecintaan dan kedisiplinan berkarya itu, ide kreatif bisa datang dari mana saja. Kali ini inspirasi untuk rancangan Wonder Garden, antara lain, didapatkan Biyan dari koleksi foto dan poster kebun raya dengan lanskap khas cetakan tahun 1912.
Foto-foto ini tentu menerbitkan kembali kerinduan Biyan. Dan rindu—seperti cinta—selalu memberi energi yang besar untuk berkarya. Berangkat dari situ, hadir koleksi Wonder Garden pada peragaan busana di Ballroom Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Refleksi kerinduan Biyan dalam koleksi ini berkelindan dengan semangat zaman dalam ragam perspektif yang kaya. Karena itu, busana-busana rancangan Biyan kali ini pun tampil playful, muda, berenergi, tetapi tetap elegan.
Biyan, seperti menjadi ciri khasnya, tak sungkan menabrakkan berbagai motif, warna, dan tekstur material. Paduan kontras ini membuktikan bahwa hal-hal yang amat berbeda pun bisa bersama menghadirkan suatu keindahan.
Rentang variasi
Dari segi warna misalnya, Wonder Garden menyuguhkan rentang variasi. Mulai dari warna–warna lembut dan kadang pucat, seperti salem atau peach dan abu-abu, hingga warna-warna kuat dan berenergi, seperti oranye dan merah.
Permainan warna pada koleksi ini amat menarik. Pada sebagian rancangan, warna-warna itu tampil dalam kombinasi yang manis. Namun, ada juga yang sengaja ditabrakkan dan memberi efek tak terduga. Indah sekaligus mengejutkan. Ada juga pilihan warna yang diaplikasikan secara tunggal.
Kecantikan motif dan detail aplikasi juga selalu merebut hati pada suguhan karya-karya Biyan. Motif bunga memberi variasi amat kaya pada koleksi ini. Motif-motif tersebut bukan sebatas bervariasi karena ukuran, corak, dan paduan warnanya, melainkan juga karena detail pengerjaannya.
Sulaman, teknik cetak, dan aplikasi manik-manik semua cermat diperhitungkan dan digarap untuk memberi keragaman dimensi. Sejumlah motif juga dihadirkan bernuansa klasik pada konstruksi busana yang modern.
”Ini, kan, semua tentang komposisi dari sebuah proporsi, siluet, dan segala macam,” ujar Biyan. Untuk menemukan komposisi yang tepat, setiap rancangan juga kerap menjadi ajang eksperimen bagi Biyan dan timnya.
”Kalau kita sedang membuat unit by unit, element by element, pada akhirnya kita mencoba banyak hal. Dengan detail ini stabil atau enggak. Kadang kita buat detail kecil, tetapi pas kita perbanyak (detail itu), tiba-tiba berubah,” ujar Biyan.
Merdeka
Di atas landas peraga, sejumlah rancangan ditampilkan dalam styling yang berlapis-lapis, tetapi tak tampak berkesan berat. Kepiawaian Biyan dalam memberi inspirasi padu padan busana dan siluet juga selalu mengesankan.
Suguhan koleksi—dalam padu padan yang kadang mengagetkan tetapi indah—itu menerbitkan rasa bebas, berani, dan merdeka.
”Mungkin ada playfulness, quirkiness, mungkin juga ada femininity, tetapi berpadu dengan masculinity. Juga sedikit androgyny, tetapi juga current, cosmopolitan, strong, dan ageless,” papar Biyan tentang rasa dan imaji yang hadir dalam karya-karyanya.
Beragam gaun, aneka model celana, jaket, dan luaran (outer) menjadi pilihan. Material bahan yang diolah pun beragam, mulai dari sifon, habutai, sutra, hingga twill. Pada satu busana, Biyan juga ada kalanya memadukan beberapa bahan sekaligus.
Meski ditampilkan dalam padu padan yang berlapis-lapis, Biyan menekankan, ia merancang setiap potong busana untuk bernilai fungsional. Ia juga memastikan selalu ada ”ruang” bagi si pemakai busana untuk menampilkan karakternya sendiri melalui busana rancangan Biyan yang ia pakai.
”Enggak ada yang salah (dalam padu padan) karena sebenarnya itu sangat individual. Tetapi, bagi saya, perempuan selalu ada sebagai pusat dari inspirasi saya. Saya menempatkan perempuan dengan seluruh rasa hormat, bukan sebagai obyek,” ujarnya.
Dengan kata lain, ia mengingatkan bahwa busana perlu menjadi refleksi karakter si pemakai. Bukan busana yang justru menenggelamkan karakter dan ”memakai” si penyandang.