Dosa dan Cinta di Las Vegas
Godaan itu datang begitu kaki menginjak pertama kali kota di tengah gurun ini. Mesin-mesin permainan judi elektronik sudah bertebaran, bahkan di ruang pengambilan bagasi Bandar Udara Internasional McCarran.
Selamat datang di Las Vegas, kota yang dengan bangga menyandang gelar ”Sin City” alias Kota Dosa! Dan julukan itu bukan isapan jempol belaka di kota yang resminya terletak di Clark County, Negara Bagian Nevada, Amerika Serikat, tersebut.
Kompas berada di sana selama beberapa hari, pertengahan Maret 2019, atas undangan BMW Group Indonesia. Kota itu menjadi titik start acara uji kendara mobil terbaru BMW X7 dalam acara media global menempuh jarak Las Vegas-Los Angeles.
Selama ini, citra Las Vegas lebih banyak didapatkan dari film-film Hollywood yang menampilkan gemerlap kota ini, sekaligus berbagai patgulipat yang terjadi di baliknya. Contohnya film Ocean’s Eleven (2001) dan sekuel-sekuelnya.
Dalam beberapa hari itu, terlihat bagaimana kesempatan untuk berbuat sesuatu yang di tempat lain dianggap tabu, atau bahkan melanggar hukum pidana, di Vegas dibuka seluas-luasnya, bahkan difasilitasi sepenuhnya. Bisa dikatakan, mau molimo minus maling bisa dilakukan sesukanya di sini.
Dosa pertama yang paling difasilitasi di sini tentu saja main judi. Kasino dengan berbagai bentuk permainan judi tersebar merata di Las Vegas, mulai dari bandara hingga hampir seluruh hotel dan bangunan di kota yang mulai dirintis pada 1905, ini.
Sebagian besar kasino itu buka tanpa henti, 24 jam sehari, 7 hari seminggu sepanjang tahun. Kompas yang tinggal di hotel Wynn, Las Vegas. menyaksikan sendiri bagaimana tamu langsung disambut kasino ekstra luas begitu tiba di lobi. Jam berapa pun kita kembali ke hotel itu, kasino tersebut masih hiruk-pikuk dengan orang-orang yang hilir mudik mencoba keberuntungan.
Mulai dari mempertaruhkan uang beberapa dollar AS di mesin-mesin slot demi mengharap jackpot sampai ratusan dollar di meja-meja poker, blackjack, atau rolet; hingga memasang taruhan lebih besar lagi di sudut taruhan pertandingan, mau itu balap kuda atau sepak bola. Pihak hotel bahkan menyediakan ruang-ruang khusus yang lebih privat untuk permainan poker.
Di sebuah meja blackjack, terlihat bagaimana permainan menyusun kartu hingga jumlah angka atau nilainya menjadi 21 atau terbesar mendekati itu berjalan sangat cepat. Orang-orang yang tak saling kenal duduk di meja mengelilingi seorang bandar yang dengan cekatan memberikan kartu dari mesin pengocok kartu, sekaligus mengambil atau menyerahkan cip-cip taruhan yang setiap warnanya mewakili nilai dollar berbeda-beda.
Seorang pemain terlihat sekali menang, dua kali kalah, menang lagi, lalu kalah lagi tiga kali berturut-turut, demikian seterusnya. Saat cipnya habis, dengan entengnya dia mengeluarkan dompet, mengeluarkan beberapa lembar pecahan 100 dollar AS untuk mendapatkan cip-cip baru, lalu permainan pun berjalan lagi.
Berbagai cara dilakukan pengelola kasino agar orang lupa waktu saat berada di dalamnya. Salah satunya adalah minuman gratis bagi semua pemain, termasuk aneka minuman beralkohol. ”Pesan minuman apa saja tidak akan kena charge. Paling kasih tip saja ke pelayannya,” ujar Linkan, teman yang sudah lama tinggal di AS dan beberapa kali datang ke Vegas.
Ruangan kasino juga dirancang sedemikian rupa agar tak memiliki jendela. Kalaupun ada jendela, kaca-kacanya dilapisi kaca film ekstra gelap agar orang di dalamnya tak pernah sadar jam berapa di luar sana.
Pertanyaan berikutnya adalah pernahkah ada orang yang benar-benar menang dalam permainan judi di Vegas ini? Surat kabar Las Vegas Sun dalam salah satu artikelnya menyebut, sangat jarang ada orang yang bisa membawa uang lebih banyak saat keluar dari Las Vegas daripada uang yang mereka bawa masuk. Apalagi yang keluar jadi jutawan.
Walau demikian, ada segelintir orang yang pernah menikmati kemenangan besar di Kota Dosa ini. Yang paling terkenal dan menjadi rekor sejauh ini adalah kemenangan seorang programmer berusia 25 tahun pada 31 Maret 2003. Ia mempertaruhkan uang 100 dollar AS pada sebuah mesin slot di kasino Excalibur, dan mendapatkan jackpot sebesar 39,7 juta dollar AS (lebih dari Rp 500 miliar)!
Itu baru dosa main judi. Di jalanan Vegas, tak jarang juga kita temui mobil-mobil pembawa reklame berjalan yang menawarkan jasa penari tanpa busana alias striptease. Cukup hubungi nomor telepon yang tertera dan para penari itu dijanjikan diantar ke kamar hotel Anda! Astaga....
Masih belum cukup? Bagi para penggemar madat alias mabuk karena mengisap ganja, Las Vegas sejak dua tahun lalu juga menjadi tempat legal untuk melakukan rekreasi ganja. Aroma khas barang haram ini mudah ditemui di pusat-pusat keramaian kota. Bahkan, stasiun TV Fox5 Vegas mengabarkan, Dewan Kota Las Vegas pada Rabu (30/4/2019) menyetujui dibukanya lounge-lounge khusus rekreasi ganja di berbagai penjuru kota.
Kota cinta
Akan tetapi, menghakimi Vegas hanya dari sisi bursa dosanya saja kiranya kurang pas. Pasalnya, banyak juga alternatif hiburan dan bersuka ria di kota itu yang tidak ada hubungannya dengan apa yang dicap berdosa.
Hal itu misalnya jalan-jalan menikmati gemerlap lampu-lampu kota dari bangunan-bangunan utama di Las Vegas Strip—sebutan untuk jalan raya utama yang membelah Vegas. Jika Anda tak sempat berkeliling dunia, cukuplah datang ke Vegas untuk menikmati berbagai replika bangunan-bangunan megah legendaris dari seluruh dunia, misalnya replika Piramida Giza lengkap dengan patung Sphinx-nya di Luxor Las Vegas Hotel and Casino. Mau yang lebih modern, Anda bisa ke kompleks hotel Paris Las Vegas karena di sana ada tiruan Menara Eiffel yang sangat mirip, lengkap dengan restoran di pucuk menaranya.
Tak jauh dari sana, ada Kota New York yang diboyong ke pinggir Jalan The Strip, lengkap dengan replika Empire State Building, Chrysler Building, dan Patung Liberty!
Bahkan sejujurnya, Las Vegas lebih indah dinikmati saat malam hari. Kerlap-kerlip lampu nan romantis, ditambah dengan display air mancur menari di depan Hotel Bellagio yang terkenal itu, bisa mendadak mengubah atmosfer Vegas dari sebuah gurun penuh dosa menjadi oase penuh hawa cinta.
Apalagi jika Anda rela mengeluarkan uang lebih, alih-alih untuk dilempar ke meja judi, bisa untuk membeli tiket berbagai pertunjukan residensi di sejumlah hotel besar di sana. Ada pertunjukan ilusi sulap David Copperfield yang termasyhur di MGM Grand, ada konser perpisahan Celine Dion nan romantis hingga Juni tahun ini di Caesar’s Palace, ada konser Robbie Williams yang flamboyan di Encore, atau pertunjukan akrobat menakjubkan Cirque du Soleil di Bellagio.
Coba Anda ajak kekasih atau pacar ke salah satu pertunjukan itu, dijamin akan termehek-mehek dan bisa berujung pada lamaran pernikahan yang dijawab ”Yes, I do!”
Bicara soal lamar-melamar ini, Las Vegas juga punya julukan lain yang tak kalah tenar, yakni ”Marriage Capital of The World” alias Ibu Kota Pernikahan di Dunia. ”Setiap hari ada sekitar 300 pernikahan terjadi di Vegas,” ujar Nino Anthony Smith (37), pemuda asal Cleveland, Ohio, yang menjadi pemandu wisata kami suatu hari.
Apa yang Smith katakan bukanlah isapan jempol karena data statistik menunjukkan selama 10 tahun pada 1996-2006, rata-rata tercatat 120.000 pernikahan dilangsungkan per tahun di Vegas. Salah satu penyebabnya adalah mudah dan murahnya syarat pernikahan yang ditetapkan pemerintah lokal Las Vegas.
Dengan segala gemerlap dan gegap gempitanya itu, layaklah Las Vegas menyandang julukan lain, yakni ”American Playground”, Taman Bermainnya Amerika! Pilihannya tinggal di Anda, apakah mau bermain-main dengan dosa atau bermain cinta....