Facebook Bentuk Ekosistem untuk Komunitas Teknologi
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Facebook membentuk ekosistem luar jaringan atau luring untuk komunitas berbasis teknologi. Diskusi dan dialog langsung dinilai penting untuk menjalin kerja sama dan memperluas jaringan antarkomunitas.
Ekosistem itu dibentuk melalui dua ruang publik, yakni Ruang Komunal Indonesia (RuKi) dan Lab Innovation Indonesia (Linov). Keduanya merupakan bagian dari Program Ekosistem Hub usungan Facebook. RuKi yang diresmikan setahun lalu ini berupa ruang untuk umum dari beragam latar belakang.
Sementara itu, Linov dikhususkan untuk masyarakat dari industri teknologi, antara lain pelaku usaha rintisan, komunitas masyarakat, pelajar, inovator, investor, dan pengembang.
”Ada banyak komunitas di Facebook yang mendiskusikan beragam topik. Kami mulai berpikir tentang apa yang dapat kami lakukan untuk terus mendukung mereka secara offline (luring),” kata Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari di Jakarta, Senin (24/6/2019).
Menurut data Facebook Indonesia, hingga hari ini, ada lebih dari 860 komunitas dan 21.000 pengembang yang berhasil dijangkau melalui Ekosistem Hub. Dengan dibukanya Linov untuk publik per hari ini, diharapkan ada lebih banyak komunitas yang memanfaatkan ruang publik ini.
Ruben mengatakan, ruang ini memungkinkan sejumlah komunitas untuk bertemu satu sama lain dan berkegiatan bersama. Dengan ini, komunitas-komunitas berbasis teknologi dapat berbagi cerita, menciptakan konten positif, dan belajar hal baru dari satu sama lain.
Menurut Director Developer Partnership and Programs Facebook APAC Jessica Yang, Linov dibentuk berdasarkan tiga pilar utama. Ketiganya ialah keinginan untuk membangun komunitas bersama, membangun kapasitas orang-orang yang tergabung dalam komunitas, dan membangun masa depan.
”Kami ingin memberikan kekuatan kepada masyarakat untuk membangun komunitas dan membuat orang-orang semakin dekat. Selain menyediakan ruang, kami juga akan membuat sejumlah program untuk mengembangkan komunitas,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Kepemudaan Siti Rodiah mengatakan, komunitasnya sangat terbantu dengan adanya ruang bagi komunitas. Belum lagi ruang bentukan Facebook itu gratis.
”Dulu, sulit mencari tempat pertemuan bagi komunitas kami. Setelah kami memanfaatkan ruang komunal ini (RuKi), ada manfaat yang kami rasakan. Kami bisa berdiskusi dan berinteraksi dengan komunitas lain. Lalu, kami juga mengenalkan bahasa isyarat ke masyarakat,” kata Siti.
Sementara itu, Lead of Developer Circle Jakarta Luri Darmawan berharap ada lebih banyak ruang seperti ini yang diperuntukkan bagi komunitas. Ia juga berharap ruang ini dibentuk di kota-kota lain selain Jakarta.