Beli? Sewa ”Aja”!
Di berbagai penjuru dunia, tren sewa produk mode bukan lagi hal baru. Bahkan, banyak orang meyakini, penyewaan baju adalah masa depan dunia mode. ”Demamnya” merambah ke Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia, seolah bersama-sama menyambut era baru tanpa kepemilikan.
Di salah satu gerai penyewaan baju Dresscodes di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, aneka busana pesta, gaun malam, dan baju pernikahan terlihat memikat mata. Siapa pun, apalagi para perempuan yang menyukai baju-baju cantik dan indah, pasti tergiur saat melihatnya.
Di lokasi itu, gaun rancangan desainer Sebastian Gunawan disewakan seharga Rp 9,9 juta, begitu juga gaun-gaun rancangan desainer lain. Banyak yang berkisar jutaan rupiah, sementara yang termurah ada di harga Rp 200.000. Koleksi baju sewaan milik Dresscodes, baik rancangan desainer lokal maupun internasional, juga bisa dilihat di situs mereka.
Pemilik Dresscodes, Cindy Mulyasasmita, memulai bisnis penyewaan baju pada 2013. Alasannya, ia merasakan adanya tuntutan terhadap perempuan agar tampil prima dalam berbagai acara.
”Media sosial memperbesar tekanan bagi kaum wanita untuk selalu tampil prima dan menjaga gengsi kita agar tidak kelihatan mengenakan dress yang sama dua kali atau lebih. Tentu saja sebagian besar dari kita akan merasa berat apabila harus membeli gaun yang baru setiap kali menghadiri acara,” kata Cindy, Kamis (23/5/2019).
Dresscodes kemudian hadir sebagai tempat penyewaan baju untuk berbagai acara. Mulai dari gaun malam, gaun pengantin, sampai ke baju anak karya desainer atau merek bergengsi lokal ataupun luar negeri bisa disewa atau dibeli sebagai produk bekas pakai (preloved).
Harga sewa dan harga jual busana preloved dipajang di situs Dresscodes sehingga konsumen bisa membandingkan harga sewa, harga ritel, dan penghematan dari penyewaan.
”Dengan sewa, kami berharap menyebarkan dressing-up lifestyle that does not hurt your wallet dan berkontribusi dalam sustainable fashion that is friendly to our environment and our future,” tutur Cindy.
Hal itu diungkapkan Cindy karena saat Dresscodes memulai bisnis pada 2013, banyak orang enggan menyewa atau keberatan terlihat menyewa. ”Sekarang justru banyak customer bangga karena mereka tak hanya melakukan smart shopping, tetapi mereka yang dulu tak bisa memakai baju desainer ternama sekarang mampu memakainya, bahkan berulang kali. Dan, sebagai bonus, tanpa memenuhi lemari,” ujar Cindy.
Busana yang disewakan adalah karya desainer ternama, seperti Adrian Gan, Adrianna Papell, Yefta Gunawan, Yogie Pratama, Hian Tjen, Biyan, Sapto Djojokartiko, Vera Wang, Monique Lhuillier, dan TEX Saverio. Beberapa desainer juga bekerja sama menitipkan gaun.
Perilaku berubah
Pemandangan nyaris serupa terlihat di gudang penyimpanan baju milik Style Theory (ST) di gedung FX Sudirman, Jakarta. Ratusan baju yang tergantung di rak baju tampak menggoda mata. Modelnya sangat bervariasi, mulai busana kasual hingga gaun malam. Ada juga baju muslimah dan mantel musim dingin.
ST adalah penyewaan baju daring yang lebih dulu beroperasi di Singapura sejak Mei 2016 dan membuka pasar Indonesia sejak November 2017. ST didirikan Chris Halim dan Raena Lim, berawal dari pengalaman pribadi Raena yang, meski telah memiliki banyak baju di lemarinya, selalu mengeluh tak memiliki baju.
Hal ini diperkuat oleh riset yang mereka lakukan bahwa 80 persen baju yang dimiliki perempuan hanya dipakai sebanyak tiga kali. Keduanya lantas mendirikan usaha rintisan penyewaan baju daring. Sukses di Singapura, Chris dan Raena lantas melebarkan sayap ke Jakarta. Ini pun mendapat sambutan positif pasar.
”Saat kami meluncurkan Style Theory, responsnya bagus. Selama ini, kan, yang terjadi, untuk memiliki barang orang, merasa harus membeli. Padahal, setelah membeli, dibutuhkan komitmen seumur hidup. Jadi, kalau baju, harus dipakai berkali-kali selama bertahun-tahun. Kenyataannya, satu baju hanya dipakai tiga kali. Selebihnya beli dan beli lagi, menghabiskan banyak uang, sementara bajunya tak terpakai. Jadi limbah,” tutur Chris (30).
Sistem sewa kemudian menjadi solusi masuk akal. ST memperkenalkan konsep berlangganan dengan biaya Rp 590.000 per bulan dengan batas peminjaman baju tak terbatas. Baju-bajunya beragam, mengikuti kebutuhan masyarakat urban yang dinamis, mulai dari baju kerja, baju santai, hingga baju untuk acara formal, pesta, dan lain sebagainya.
Saat ini, terdapat lebih dari 200 merek baju rancangan desainer lokal dan internasional yang bisa disewa di ST, seperti Tex Saverio, Major Minor, Karl by Karl Lagerfeld, Ted Baker, Calvin Klein, Karen Millen, Ralph Lauren, Amandarahardjo, dan Day and Night. Ramadhan lalu, ada baju-baju rancangan 12 desainer lokal yang melengkapi kebutuhan Lebaran.
”Kami beruntung karena memulai bisnis ini sekarang saat infrastruktur, seperti internet dan ojek daring siap, juga perilaku masyarakat yang sudah sangat berubah. Sekarang orang membeli hanya untuk hal-hal yang memang disukai. Sisanya, sewa saja,” tutur Chris.
Gerai penyewaan daring lain yang juga sudah hadir di Jakarta adalah Rentsetter yang menyewakan beragam barang, termasuk produk mode. Rentsetter hadir sebagai rental marketplace yang menengahi dan mempermudah kebutuhan penyewa dan pemilik barang. ”Kepemilikan barang tidak lagi jadi keharusan, kalah penting dibandingkan dengan penggunaan,” ujar pemilik Rentsetter, Putri Soedarjo.
Pada 2017, Rentsetter mengawali usaha dengan menyewakan barang-barang mode, lalu berkembang ke kategori lain, seperti tas, koper, dan peralatan untuk bayi. Berdasar data, setiap bulan tren penyewa juga cenderung naik. Dari sisi partner atau supplier (pihak yang menyewakan barang), peningkatan minat juga terjadi.
Saat ini, kisaran harga sewa Rentsetter untuk periode sewa 1 minggu antara Rp 79.000 untuk barang kategori health and wellness dan Rp 459.000 untuk barang mode seperti tas. ”Prinsip kami, harga sewa harus masuk akal. Kalau harganya terlalu mahal, orang akan berpikiran lebih baik beli saja,” ujar Putri.
Dalam skala lebih personal, ada Feni Arista Daniati yang menyewakan tas bermerek, seperti Fendi, Dior, dan Chanel melalui akun Instagram. Selain Feni, ada banyak akun sewa bertebaran. Wilayah operasinya tak hanya di Jakarta, tetapi juga di sejumlah kota di Indonesia. Beberapa akun jasa penyewaan ini adalah @sewagauncasavira, @dress.oclock, @gewincostume, @sewasewabymk, @venn_id, @de_la_couture. Hal ini menunjukkan ceruk pasar sewa-menyewa terus bertumbuh.
Bukan baru
Di banyak negara, fenomena sewa-menyewa bukan hal baru. Bahkan, saat ini, banyak pelaku bisnis ini meyakini bahwa masa depan mode ada di penyewaan baju daring. Potensi pasar yang besar dari bisnis penyewaan baju daring itu juga berkaitan erat dengan isu tentang mode berkelanjutan atau sustainable fashion dan kepedulian pada lingkungan, seperti diungkapkan Cindy, Chris, dan Putri.
Menurut Allied Market Research, pasar sewa baju daring diperkirakan akan mencapai 1.856 miliar dollar AS pada 2023. Saat ini, pasar sewa baju daring dunia meliputi Amerika Utara (AS, Kanada, dan Meksiko), Eropa, Asia Pasifik, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika.
Salah satu pionir bisnis rental baju daring adalah Rent the Runway yang didirikan Jenn Hyman dan Jenny Fleiss tahun 2009 di Amerika Serikat. Ide mendirikan Rent the Runway muncul setelah Jenn melihat baju rancangan desainer yang dibeli sang adik, Becky, seharga 2.000 dollar AS. Jejak Rent the Runway diikuti perusahaan rintisan sejenis di AS, seperti Trunk Club di Chicago dan Le Tote di San Fransisco.
Amerika Utara lebih dulu punya sistem yang mapan untuk penyewaan daring. Sementara di Asia Pasifik, seiring meningkatnya penetrasi internet di negara berkembang, seperti India, China, dan Brasil, pasar penyewaan baju daring pun meningkat pesat. Penggunaan ponsel pintar makin meningkatkan pasar rental baju daring.