Bunga Metafora Keberagaman
Paris lekat dengan tren mode dan keindahan seni. Karakter Paris ini pula yang dihadirkan dalam pergelaran Paris Fashion Week Men’s 2020 untuk musim semi/panas mendatang. Tak hanya di lintasan mode, keindahan busana rancangan para desainer dari rumah mode terkemuka di dunia bisa disaksikan hingga di jalanan kota itu.
Keindahan seni disuguhkan oleh para desainer ternama pada pergelaran yang berlangsung 18-23 Juni lalu. Jalanan berbatu di Place Dauphine di dekat markas Louis Vuitton (LV), misalnya, menjadi panggung lintasan mode bagi Virgil Abloh yang adalah direktur artistik LV.
Di depan penonton yang berkumpul di jalan depan kafe-kafe itu, bunga-bunga menjadi tema utama dari desainer yang juga DJ ini. Bunga dihadirkan sebagai metafora dari keberagaman. Abloh seolah menjadi titik tumpu dari perubahan zaman dalam mode. Ia menciptakan titik temu antara estetika busana jalanan dan domain eksklusif kemewahan.
”Saya memutuskan untuk tidak mengubah koleksi setiap musim. Saya melihat itu ibarat jebakan sebelum saya mulai. Saya mendukung keberagaman dan gagasan bahwa kemewahan dapat menjadi sesuatu yang lebih luas di era ini. Saya mengubah langkah saya secara drastis,” kata Abloh seperti dikutip Vogue.
Cetakan buket bunga dengan kuntum aneka warna menghiasi dari ujung kaki hingga ujung kepala pada busana pria tersebut. Desainnya mampu menumbuhkan efek super canggih, seperti sulaman bunga pada mantel tulle hingga desain berulang pada hoodies atau sweater bertopi yang dibuat dari sifon lipit yang sangat halus dan mewah. ”Aku belajar, dan mengambil lebih banyak pendekatan couture,” tambahnya.
Tak hanya kain-kainnya yang bermotif floral, bunga-bunga liar pun membungkus topi hingga tas yang ditenteng sang peragawan. Untuk busana polosannya, warna-warni pastel yang dihadirkan pun tetap lembut ibarat kelopak-kelopak bunga.
Pemain sepak bola dari Arsenal, Hector Bellerin, turut memeriahkan pergelaran dengan melangkah di lintasan mode. Ia mengenakan pakaian olahraga serba merah muda dengan jumper karya Abloh. Tak hanya pakaian olahraga, nuansa kebun bunga ternyata juga cocok dipadukan dengan jaket hingga jas bergaya mewah ala LV.
Era lampau
Lewat koleksi sarat nuansa bunga ini, Abloh berpikir bahwa sudah tiba waktu baginya untuk melambat. Ia mengajak penggemar koleksinya mulai mengagumi keindahan dari hal-hal akrab di sekeliling dan kembali mengingatkan para pria dewasa pada kesenangan masa kanak-kanak. Itulah kenapa koleksinya dihadirkan dalam bentuk yang mudah, lembut, tidak berbelit-belit.
Cetakan bunga, payet, dan kerutan yang dikombinasikan dengan cara-cara yang tidak konvensional juga menjadi suguhan ketika menyaksikan karya Dries Van Noten. Busana maskulin mulai dari jins, celana tentara, hingga pakaian seorang pengusaha ini ditampilkan dalam lintasan busana yang menyerupai sebuah terowongan abad ke-18.
Motif bunga yang dihadirkan sepintas mirip dengan bunga-bunga pada gaun perempuan tua di abad lampau. Salah satu koleksi yang layak dikenang adalah busana yang mengombinasikan jas dan jaket. Busana trench coats ini dilapisi pelindung dengan bunga chinoiserie berwarna kuning cantik. Ada pula celana bunga-bunga yang berpadu dengan jaket putih motif macan tutul.
Lewat koleksi yang dirancang Véronique Nichanian, Hermes menghadirkan pilihan busana untuk suasana yang lebih santai. Koleksinya meliputi celana panjang lebar dan pakaian rajut besar. Hermes terus mengeksplorasi warna dan kegembiraan, terutama melalui pilihan jaket artistik. Koleksi jaket ini antara lain adalah jaket biru dengan cetakan permata lengkap, seni surealis, bunga dan barang-barang laut, serta jaket bomber merah tebal.
Kemeja monokrom bertema bahari dengan highlight hijau melanjutkan tampilan santai tersebut. Namun, akar gaya Hermes yang formal tetap kembali dihadirkan lewat kehadiran blazer yang bersahaja dan pilihan mantel kulit yang pas. Koleksi ini adalah pelajaran tentang kemewahan yang santai.
Arsip tua
Meskipun tak ada koleksi busananya yang bersinggungan dengan bunga, Dior tetap menghadirkan bunga musim semi ini dalam wujud perhiasan bros teratai. Dalam karya busananya, desainer Dior, Kim Jones, memilih berkolaborasi dengan seniman kontemporer Amerika, Daniel Arsham, yang dikenal karena mengeksplorasi parameter masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Bersama-sama, mereka menyelidiki arsip tua milik Dior. Hasil dari penelitian ini diwujudkan dalam serangkaian motif (termasuk jam dan telepon) yang muncul pada aksesori. Di tempat lain, sulaman seperti couture dan cetakan kimono yang dilukis dengan tangan menunjukkan keterampilan dan teknik yang sangat indah.
Jones menugaskan Arsham untuk memasang huruf kapital Dior raksasa hingga patung-patung semen yang runtuh di tengah pasir gurun merah muda. Di atas pintu masuk pertunjukan diletakkan jam palsu, retak dan terkelupas; itu adalah replika konsep ulang yang dilihat Arsham dan Jones di foto Christian Dior di kantornya di tahun 1950-an. Jones berpandangan bahwa busana pria di Dior dapat bergerak maju dengan mengakses keanggunan masa lalu.
Keanggunan seni juga disuguhkan desainer Valentino, Pierpaolo Piccioli. Ia menghadirkan kembali karya seniman sampul album, Roger Dean, yang kemudian dicetak kembali pada kemeja pendek dan disulam ke T-shirt dan jaket militer. Pada era 1970-an, karya yang sama diciptakan untuk sampul album prog rock.
Ada suatu masa di era itu ketika bocah-bocah pinggiran kota meletakkan album prog rock di pemutar rekaman dan menatap berjam-jam pada sampul album.
”Sebuah perjalanan yang fantastis ke dalam diri Anda, di mana Anda dapat menemukan pemandangan yang fantastis, dan Anda tidak memiliki batasan,” kata Piccioli. ”Ketika saya masih kecil, saya ada di sana, jauh dari segalanya, dan saya ingin menjaga perasaan itu ketika membuat koleksi, karena dengan begitu Anda tak membatasi imajinasi Anda.”
Piccioli memang dikenal mengikuti nalurinya sendiri, apakah itu dianggap modis atau tidak. Warna-warna Dean lantas tercetak pada kemeja mirip pohon ungu dan biru langit. Warna oranye gurun hingga kabut ungu juga terpampang di jaket parka. Sentuhan lainnya berupa cetakan hutan dan sulaman fantasi. Satu jaket bahkan memiliki cetakan naga merah besar yang melilitnya.
Bentuk koleksi celana panjangnya meruncing dan longgar di kaki dengan garis kontras lebar di kaki. Aksesorinya memiliki nuansa liburan, dengan kalung dan topi yang terinspirasi dari karang laut.
Dari bunga, keindahan seni, hingga alam seperti laut dan gurun mewarnai Paris Fashion Week Men’s. Keajaiban alam dalam lembaran mode yang eksklusif dan mewah.