Merah Putih dan Mesin Balap Affalterbach
AMG adalah jaminan mobil berperforma tinggi. Dengan filosofi “satu orang satu mesin”, konsumen tak saja membayar eksklusivitas, tetapi juga mengajak pengendaranya menghayati dunia baru berkendara yang memuaskan jiwa.
Lebih dari 50 tahun, dunia otomotif memafhumi nama AMG sebagai jaminan mobil berperforma tinggi di jalanan maupun lintasan balap. Dengan filosofi “satu orang satu mesin”, konsumen tak saja membayar eksklusivitas. Lebih dari itu, AMG mengajak pengendaranya menghayati dunia baru berkendara yang memuaskan jiwa.
Bendera Merah Putih berkibar di depan markas Mercedes-AMG, di Affalterbach, sebuah kampung kecil sekitar 25 kilometer timur laut Kota Stuttgart, Jerman, Jumat (10/5/2019) siang. Sang Dwiwarna bersanding dengan bendera hitam berlogo AMG dan “The Stars and Stripes” Amerika Serikat.
“AMG selalu memasang bendera asal para tamu yang berkunjung ke markasnya. Hari ini mereka tahu akan ada kunjungan jurnalis Indonesia. Satu kunjungan lagi dari komunitas otomotif Amerika Serikat. Itu bagian strategi AMG memberi kesan eksklusif di hati konsumennya,” ujar Dennis Kadaruskan, Department Manager Public Relations PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI) yang menemani Kompas dalam kunjungan ke markas sekaligus pabrik mesin AMG.
AMG merupakan singkatan nama Aufrecht (Hans Werner Aufrecht), Melcher (Erhard Melcher), dan Grosspach. Dua nama pertama adalah pendiri AMG, yang awalnya adalah bengkel tuner spesialis Mercedes-Benz. Sedangkan Grosspach, nama kota lahir Aufrecht. Kedua mantan teknisi Mercedes ini mendirikan bengkel pertama mereka pada 1967. Pada 1971, mereka membuat kejutan dengan memenangkan balapan 24 jam di Sirkuit Spa-Francorchamps yang legendaris dengan AMG 300 SEL 6.8.
Kerja sama dengan Mercedes-Benz dimulai tahun 1990. Kendaraan pertama yang dikembangkan berdasarkan perjanjian kerja sama dengan Daimler-Benz diluncurkan pada 1993 yakni C 36 AMG. Pada 2005, Mercedes-AMG menjadi anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Daimler AG. Kini, saat akan merancang mesin untuk Mercedes, pihak Mercedes-Benz dan AMG biasanya akan berdiskusi untuk menentukan detail desain.
Pohon apel
Adapun Affalterbach sejatinya adalah sebuah desa sunyi yang dikelilingi lahan-lahan pertanian. Dari Stuttgart, perjalanan menuju desa ini melintasi kebun anggur dan asparagus.
Situasinya tergambar dari nama desa maupun logo yang dipakai AMG. Pada logo itu, terdapat gambar pohon apel di tepi aliran air, bersanding dengan beberapa komponen mobil seperti pegas katup dan poros bubungan, itulah Affalterbach, yang dalam bahasa Jerman berarti pohon apel di tepi sungai. Seperti namanya, wilayah ini dulu dipenuhi kebun apel. Meski banyak yang beralih fungsi, sebagian kebun itu masih dapat dijumpai tak jauh dari markas AMG.
Pada logo itu, terdapat gambar pohon apel di tepi aliran air, bersanding dengan beberapa komponen mobil seperti pegas katup dan poros bubungan, itulah Affalterbach, yang dalam bahasa Jerman berarti pohon apel di tepi sungai.
Bahkan, ada yang unik saat berkunjung ke sini. Untuk cendera mata, mereka tak menyediakan bolpoin atau tas, tetapi buah apel. Ya, tepat di samping pintu keluar gedung perakitan mesin, Anda akan mendapati sekotak penuh buah apel segar. Meski dikenal di seantero dunia dengan kecanggihan mesin berteknologi tinggi, para mekanik mesin AMG rupanya tak ingin meninggalkan jejak historis tempat mereka mengawali semuanya.
Siang itu, Matthias Schmidt, production manager Mercedes-AMG menyambut rombongan kami. “Biasanya, kami hanya memberikan tur kepada pemilik mobil AMG. Bahkan pemilik Mercedes biasa pun tidak bisa berkunjung dan masuk ke area pabrik,” ujarnya. Sangat eksklusif.
Ada satu hal yang membuat nama AMG menjadi begitu eksklusif. Mesin-mesin AMG masih dirakit dengan tangan (hand made) menerapkan filosofi one man, one engine atau satu orang, satu mesin. Dalam sistem ini, seorang mekanik (engine builder) membangun mesin tunggal dari awal hingga akhir.
"Kami memiliki mekanik-mekanik terbaik. Butuh kualifikasi tinggi untuk menjadi mekanik AMG. Mereka melalui program pelatihan berstandar tinggi hingga akhirnya diizinkan bekerja pada produksi mesin pelanggan. Sebagai bentuk dedikasi sekaligus tanggungjawab, mereka mendapatkan pelat logam dengan tanda tangan nama sendiri di mesin buatannya,” ujar Matthias.
Memasuki pabrik perakitan mesin, terpampang pelat-pelat logam dengan nama para mekanik AMG. Selain pria, ada juga mekanik wanita. Saat ini, terdapat sekitar 1.700 karyawan di pabrik Mercedes-AMG di Affalterbach. Kebanyakan adalah mekanik.
Meski dibuat dengan tangan, jangan bayangkan kondisinya seperti bengkel yang becek, penuh lumuran oli, minyak, dan kotoran. Lantai pabrik AMG begitu kinclong dengan dinding putih bersih. Para mekanik berseragam fokus menangani pekerjaannya di tengah deru suara alat-alat listrik dan mesin yang meraung dari berbagai sudut seperti sebuah orkestra.
Proses pembuatan mesin mengikuti 11 langkah. Setiap mekanik mulai bekerja dengan blok dasar yang ditambatkan pada sebuah troli beroda. Mereka lalu bergeser dari satu pos ke pos lain membentuk huruf “U” dalam ruang bengkel berukuran sekitar 20 x 20 meter persegi. Di setiap tahapan, para mekanik juga mengambil komponen-komponen yang dibutuhkan untuk kemudian diletakkan dalam troli mesin lalu dipasang.
Meski membanggakan keterampilan mekaniknya, AMG tetap menerapkan sistem komputerisasi untuk memastikan kualitas. Ini dimungkinkan karena setiap bagian perakitan mesin memuat barcode. Setiap kali seorang mekanik mengerjakan bagian tersebut, mereka memindainya dalam suatu sistem yang disebut AMG Trace.
Pemindaian tersebut akan mengisi semacam “daftar belanja” setiap mesin. Sebab, setiap kali mekanik mulai membangun mesin, dia terlebih dulu mengunduh daftar suku cadang dan instruksi kerja serta urutan dan perkakas. Setiap mesin punya daftar belanja berbeda. Sistem ini melacak setiap detail tahapan pembuatan mesin hingga alat yang digunakan.
Mekanik dan komputer
Bisa dibilang, sistem komputer menyempurnakan kemampuan mekanik AMG. Semisal, jika ada detail pengerjaan atau kalibrasi mesin yang keliru atau urutannya tidak sesuai, panel di komputer akan menyala merah. Proses tidak akan berlanjut jika masalah belum terselesaikan. Dengan sistem ini, setiap masalah bisa dideteksi.
Sebelum tahap akhir, sebuah mesin harus menjalani uji tekanan untuk memastikan semua tersegel sempurna. Selanjutnya, dilakukan cold test di departemen pengujian. Dalam uji ini, mesin disetel pada suatu ruang kedap, lalu diputar seolah-olah sedang dijalankan. Mesin tidak hidup, tetapi sengaja digerakkan hingga torsi yang dibutuhkan untuk memutar suatu mesin.
Dari situ, akan diketahui apakah setiap komponen bekerja baik, mulai dari kelistrikan hingga sistem hidrolik. Perakitan mesin baru dinyatakan rampung dan dicap dengan pelat bertanda tangan mekanik jika lolos cold test dengan sempurna.
Tak hanya mesin, AMG juga memberi kesempatan konsumennya untuk mendapatkan sentuhan privat. Dengan harga khusus, seorang pemesan AMG bisa memilih model dan warna komponen interior maupun eksterior tertentu. Semisal, bentuk setir, desain konsol tengah, roda, dan masih banyak lagi.
Sementara itu, di bagian lain kompleks, terdapat lounge eksklusif bagi para pengunjung maupun pemilik mobil AMG. Ada juga ruang pamer dan toko cendera mata. Hal menarik lain, bagian aspal di depan lounge dan ruang pamer AMG menggunakan material khusus untuk lintasan balap. Hal-hal semacam ini membangun keterikatan emosional antara AMG dengan penggemarnya. Tak ayal, setiap hari, markas AMG selalu didatangi para pengunjung dari seluruh belahan dunia.
Mereka biasanya penasaran dengan proses perakitan mesin dengan tangan. Puluhan tahun mempertahankan konsep ini, menurut Schmidt, paduan kemampuan mekanik dan sistem pemindaian komputer AMG adalah sinergi sempurna guna menjaga standar mesin sekaligus meningkatkan akurasi perakitannya. Itulah kunci menjaga semboyan mereka: driving performance.
Meski demikian, para petinggi AMG tetap meyakini, kualitas awal akan selalu dihadirkan seorang mekanik. Bagi mereka, tidak ada sistem secanggih apa pun yang bisa menggantikan manusia sepenuhnya.