”Caminito” La Boca itulah sebutan jalan setapak La Boca. Kota pelabuhan tempat permukiman para budak pada abad ke-16. Kota yang semula kumuh dengan tingkat kriminalitas tinggi ini disulap Pemerintah Argentina sebagai kota wisata budaya.
Di kawasan itulah rumah-rumah tradisional Argentina dilestarikan. Di tempat itu pula para seniman Argentina berkarya dan menawarkan karya-karya mereka, mulai dari seniman tango, pelukis, hingga perajin.
Di situ, misalnya, bisa ditemukan kerajinan tangan khas Argentina, seperti gelas mate, sebentuk gelas dari labu yang dikeringkan dan digunakan sebagai tempat minum teh khas Argentina. Ada pula miniatur cerobong asap pabrik, kulit, dan oleh-oleh kuliner cokelat Havanna.
Di La Boca, para wisatawan dapat menari tango dan berfoto dengan penari tango. Tentu saja lengkap dengan pakaian tango dan berlatar belakang bangunan ikon La Boca ”Havanna Caminito”. Bangunan itu pula yang kerap diabadikan sebagai gambar pada aneka suvenir, seperti kaus, gantungan kunci, hiasan dinding dan meja, serta magnet kulkas.
Untuk mencapai La Boca, Anda dapat naik taksi dari pusat kota Buenos Aires. Kawasan itu juga bisa dicapai dengan menumpangi bus jalur 152 dan 29. Bus-bus ini pun sangat khas La Boca, memadukan warna biru, merah, putih, dan perak di badan bus.
Dalam perjalanan itu, tak bisa dilewatkan kesempatan untuk menginjakkan kaki di Stadion La Bombonera, markas tim sepak bola elite Argentina, Boca Juniors. Stadion dengan warna khas biru dan kuning itu merupakan saksi sejarah Diego Maradona, pemain bola legendaris Argentina yang dikenal dengan ujaran, ”Ese gol hizo la mano de Dios (gol itu dibuat oleh tangan Tuhan).”
Boca Juniors merupakan tim yang pernah membesarkan Maradona hingga menjadi salah satu pemain bola terbaik sepanjang masa.
Di sekitar stadion itu, banyak bangunan tua yang dimanfaatkan untuk kafe dan toko-toko suvenir Boca Juniors. Bangunan-bangunan tersebut dicat seperti warna khas Boca, kuning dan biru.
Tak jauh dari stadion, terdapat lapangan futsal dengan lukisan dinding bertuliskan ”Republica de La Boca”. Di lapangan futsal itulah konon Maradona pernah bermain sepak bola jalanan di sela-sela waktu senggangnya.
Bagi yang mendambakan berfoto dengan Maradona, ada artis jalanan Caminito yang berpenampilan mirip dengan legenda sepak bola dunia itu. Pengunjung bisa berfoto dengan ”Maradona” yang berpakaian tim nasional Argentina tersebut.
Suara kaum bawah
Caminito La Boca lebih dari sekadar bangunan-bangunan kuno bercat hijau, kuning, biru, dan merah. Dinding-dinding tembok bangunan ini juga membunyikan suara-suara kaum bawah Argentina, baik dalam bentuk tulisan maupun lukisan dinding.
Misalnya, ada lukisan dinding yang menggambarkan dua sosok manusia berpakaian ala pejabat memakai topeng. Pada lukisan dinding itu tertera tulisan besar ”Descamisados”. Maknanya, membuka topeng untuk menunjukkan jati diri yang sebenarnya.
Pada balkon bangunan tua yang saat ini menjadi toko cokelat Havanna Caminito, terpasang patung pemimpin tertinggi gereja Katolik saat ini, Paus Fransiskus. Bukan hal yang mengherankan karena Kardinal Jorge Bergoglio ini berasal dari Argentina dan menjadi paus pertama dari Amerika Latin.
Patung itu menggambarkan Paus Fransiskus sedang memberikan berkat dan pesan apostolik untuk kota dan dunia atau ”Urbi et Orbi” dari balkon Basilika Santo Petrus, Vatikan.
Melalui simbol itu, masyarakat berharap Argentina yang saat ini kondisi ekonominya tengah terpuruk terberkati dan memiliki harapan untuk bangkit. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Argentina pada tahun ini 1,2 persen. Adapun inflasi Argentina diperkirakan 43,7 persen.
Hal itu menunjukkan, barang-barang di Argentina, terutama bahan pangan, cukup mahal. Harga satu paket burger di Argentina setara dengan dua paket burger di Indonesia. Suvenir khas Argentina, seperti gelas mate, saat ini harganya sudah dua kali lipat dari saat Kompas berkunjung ke ”Negeri Tango” itu pada November 2017.
Di tengah kesulitan, Argentina mendorong sumber-sumber ekonomi baru. Negara itu tidak hanya mengandalkan ekspor bahan mentah, industri olahan (terutama besi dan baja), serta daging sapi, tetapi juga terus mendorong pertumbuhan pariwisata.
Selain sebagai tempat perjuangan para budak, Caminito La Boca juga menjadi penanda perjuangan Argentina, Chile, dan Peru. Di La Boca, terdapat monumen José Francisco de San Martín Matorras (1778-1850). Dia adalah seorang jenderal berkebangsaan Argentina dan pimpinan utama dalam berbagai perjuangan di bagian selatan Amerika Latin demi kemerdekaan dari Spanyol.
Tentu saja Buenos Aires tak hanya La Boca, juga ada tempat lain yang bersejarah. Sebagian besar tempat wisata di kota itu merupakan hasil upaya Pemerintah Argentina mengonservasi kawasan-kawasan lama. Misalnya, Puerto Madero, pelabuhan kargo kuno yang selesai dibangun pengusaha Argentina, Eduardo Madero, pada 1897. Kawasan itu kini jadi pusat bisnis dan museum.
Ada pula kawasan permakaman mewah La Recoleta yang dibangun pada pertengahan abad ke-18. Di tempat ini ada beberapa tokoh penting yang dimakamkan, seperti mantan ibu negara Argentina Evita Peron, peraih Nobel Perdamaian Carlos Saavedra Lamas, dan cucu Napoleon Bonaparte yang bernama Isabel Walewski Colonna.
Tidak kalah penting adalah Plaza De Mayo. Tempat ini merupakan saksi sejarah terbesar di Argentina, yaitu Revolusi Mei 1811. Revolusi Mei merupakan awal perang kemerdekaan Amerika Spanyol. Amerika Spanyol ini membentuk koloni Spanyol yang mencakup wilayah Argentina, Bolivia, Paraguay, Uruguay, dan bagian Brasil.