Di Kota Malang, Anda bisa mencicipi sensasi suasana berada di Vietnam. Ada warna-warni ornamen khas Indochina, plus aneka masakan khas Thailand dan Vietnam yang bisa disantap sembari menikmati rona jingga matahari tenggelam di ufuk barat.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
Di Kota Malang, Anda pun bisa mencicipi sensasi suasana berada di Vietnam. Selain menikmati warna-warni ornamen khas Indochina, aneka masakan khas Thailand dan Vietnam bisa disantap sembari menikmati rona jingga matahari tenggelam di ufuk barat. Sungguh, sore indah dalam balutan kemarau kota dingin di selatan Jawa Timur itu.
Suasana tak terlupakan itu kami cicipi akhir pekan lalu di rooftop Saigonsan. Saigonsan adalah restoran tematik Indochina milik Hotel Tugu, Kota Malang.
Diiringi musik-musik lembut sepanjang sore, kami memulai petualangan di atas atap itu dengan mencicipi es kopi. Sisa panas tengah hari yang kami bawa seperti mengalir pergi bersama es kopi yang kami teguk. Di tempat itu, kami seperti sembunyi dari riuh lalu lalang kendaraan yang memadati Kota Malang pada musim liburan sekolah tahun ini.
Di tengah renyah percakapan, langit mulai menjingga, tanda mentari bersiap kembali ke peraduan. Di ufuk barat terlihat bayangan Gunung Kawi menjulang tinggi. Sayangnya, sisa keindahan mentari yang mulai sembunyi dari datangnya malam tak bisa kami nikmati dengan lepas karena tertutup awan dan julangan beberapa bangunan.
Namun, duduk di sofa bundar ungu nan cantik, sambil memandang perubahan warna langit, tetap terasa luar biasa. Hanya terdengar lantunan musik. Tak ada bising lalu lalang kendaraan.
Ketan mangga
Suasana indah semakin lengkap saat koki mulai membakar aneka sate ayam dan daging sapi dengan konsep barbeku. Belum lagi menggigit banh bao (semacam bakpao Vietnam) yang bentuknya mirip dengan burger mini.
Aneka street food khas Indochina lain, seperti banh mi, tomrang moi, dan sticky rice, satu per satu pun masuk perut. Sticky rice di sini semacam camilan berbahan dasar ketan putih dengan sepotong mangga manis. Camilan satu ini langsung mengingatkan dengan makanan khas Thailand, ketan mangga.
”Makanan ini khas Thailand banget. Mangganya tidak asam, tetapi manis. Benar-benar seperti di Thailand,” kata Febri, seorang teman yang kala itu turut menikmati sore bersama kami. Febri mengomentari sticky rice yang memang menjadi salah satu ”bintang” sore itu.
Desir angin mulai menggesek tubuh.
Suasana hangat di antara musik, ngobrol, dan barbeku sate seakan dengan cepat melahap sore menjadi gelap. Desir angin mulai menggesek tubuh. Namun, itu tak juga menghalangi keingintahuan mencicipi mocktail di sana. Minuman dingin tersebut seakan menambah manis suasana.
Segelas mocktail berbahan dasar buah pir itu tampak cantik dengan hiasan daun dill. Daun dill, daun sisho, dan daun holy adalah beberapa dedaunan khas Thailand dan Vietnam yang selalu ada sebagai garnish (hiasan) hidangan.
Gelap langit mulai pekat. Namun, itu justru menjadi pelengkap indah suasana. Nyala lentera-lentera mungil terbuat dari rotan mulai menegaskan keelokannya.
Hawa dingin mulai terasa. Selendang rajut menjadi pilihan untuk mencegah dingin menusuki kulit. Segelas kopi panas pun menjadi pilihan untuk menahan dingin.
Ada beberapa pilihan kopi khas Vietnam disajikan sore itu, seperti egg coffee (kopi telur), coconut coffee (kopi dengan santan kelapa), yogurt coffee, dan spice coffee (kopi rempah). Kopi-kopi itu diseduh dengan manual.
Bagi mereka yang tidak suka kopi, jangan khawatir. Anda bisa mencicipi segelas wine pilihan di sana.
”Kami ingin menyuguhkan pilihan tempat nongkrong asyik di tengah Kota Malang. Lokasinya di tengah kota, namun bisa menyuguhkan konsep keramahan Indochina,” kata Saraswati, Manajer Saigonsan. Lokasi Saigonsan memang hanya beberapa langkah dari Alun-alun Bundar (bundaran Balai Kota Malang).
Saraswati mengatakan bahwa aneka makanan dan minuman tersebut dijual dengan harga terjangkau, mulai Rp 30.000 untuk segelas kopi hitam hingga Rp 48.000 per paket sate. Tentu layaknya di sebuah restoran, Anda masih harus menambahkan rupiah untuk bayar pajak.
Semua sajian menawan itu kami nikmati akhir pekan lalu saat Saigonsan memperkenalkan lounge terbarunya, yaitu Saigonsan Rooftop. Tempat nongkrong ini melengkapi dua pendahulunya, yaitu Saigonsan dan Royal Angkor di lantai bawah. Saigonsan Rooftop berkonsep lebih ceria dengan warna-warni ornamen, dinamis, dan terbuka.
Malam kian pekat dan kami memutuskan beranjak. Rasanya belum puas karena hanya sepenggal malam saja kami nikmati di rooftop itu. Sementara restoran buka mulai pukul 16.00 hingga 00.00. Namun, bagi kami, kali ini cukup sampai sini. Mungkin lain waktu, kami akan kembali menuntaskan pengalaman menjemput pagi di sini.