Kasyfi Kalyasyena, Pianis Muda Indonesia Juara di Amerika Serikat
Pianis sekaligus saksofonis muda asal Indonesia, Kasyfi Kalyasyena, dinobatkan sebagai salah satu dari lima pemenang kompetisi Solois Muda Internasional VSA 2019. Kendala di penglihatan tak menghalangi kesungguhan Kasyfi untuk terus mengasah talentanya di dunia seni.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
WASHINGTON DC, MINGGU — Pianis sekaligus saksofonis muda asal Indonesia, Kasyfi Kalyasyena, dinobatkan sebagai salah satu dari lima pemenang kompetisi Solois Muda Internasional VSA 2019, Program Seni dan Disabilitas Jean Kennedy Smith, di John F Kennedy Center for Performing Arts, Washington DC, Amerika Serikat. Ia menjadi satu-satunya orang dari luar Amerika Serikat.
Dalam keterangan pers yang diterima Kompas pada Minggu (28/7/2019) di Jakarta, Kasyfi tampil bersama empat remaja AS dari Minnesota, Georgia, New Jersey, dan Washington DC.
Kepiawaiannya bermain piano disaksikan oleh Ibu Negara Amerika Serikat Melania Trump yang hadir di John F Kennedy Center, Jumat (26/7/2019) malam.
”Malam yang sungguh menyenangkan di Kennedy Center. Terima kasih kepada para musisi muda yang begitu inspiratif dan telah berbagi kepiawaiannya kepada kami,” ujar Melania Trump melalui akun Instagram-nya.
Dua hari sebelum tampil di depan Melania Trump, Kasyfi beserta orangtuanya diundang Duta Besar RI untuk AS Mahendra Siregar ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC. Kasyfi pun menampilkan kepiawaiannya bermain piano di depan Mahendra.
Alunan piano bernuansa jazz yang dibawakan Kasyfi sanggup memanjakan telinga Mahendra, pejabat, serta staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC. Saat itu, ia memainkan tiga lagu, yakni ”Tik-tik Bunyi Hujan”, ”Apuse”, dan ”How We Love” dari album The Lost and Found karya Gretchen Parlato.
”Saya sangat menikmati karyanya dan mendorong Kasyfi yang masih muda ini untuk terus berkarya lebih besar dan lebih maju lagi, termasuk menjajaki dan menimba keahlian, pengetahuan, ilmu, serta pengalaman sebesar-besarnya di Amerika Serikat yang menjadi salah satu penjuru untuk berbagai bidang seni termasuk yang ditekuninya,” kata Mahendra.
Ia juga mendukung seluruh generasi muda Indonesia untuk meraih cita-cita mereka dan berkiprah di panggung internasional.
Kasyfi mengaku, dirinya tidak menyangka dapat menjuarai kompetisi ini. ”Awalnya nyari-nyari di internet. Begitu ada kesempatan, langsung kirim video dan audio. Alhamdulillah kepilih dan diundang (ke Washington DC),” ujarnya.
Ayah Kasyfi menuturkan, anaknya sejak lama memendam keinginan dan punya cita-cita ikut lomba internasional. Ia pernah mengalami kegagalan di kompetisi serupa, tetapi Kasyfi tidak menyerah. Ia belajar dari evaluasi juri dan berusaha memperbaiki kekurangannya serta mencoba lagi.
Kendala di penglihatan tidak menghalangi kesungguhan Kasyfi untuk terus mengasah talentanya di dunia seni. Mental juara dibentuk melalui hobi dan kecintaannya yang besar terhadap musik. Ia juga mendapat tempaan sang ayah yang sangat berpengaruh kepadanya.
”Sejak umur 3 tahun aku diajarin piano sama ayah,” kenang pengagum komposer dan penulis lagu Elfa Secioria tersebut.
Berkat tempaan sang ayah, Kasyfi dianugerahi rekor Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) sebagai penghafal lagu terbanyak pada usia termuda.
Pemuda berusia 17 tahun itu mengungkapkan keinginannya untuk masuk sekolah musik, terutama di luar negeri, agar dapat berkiprah di dunia global. Ia ingin mengharumkan nama baik Indonesia di dunia internasional.
Program Kompetisi Solois Muda Internasional yang diikuti oleh Kasyfi diadakan setiap tahun bagi musisi muda berkebutuhan khusus dari seluruh dunia.
Pemenang kompetisi ini memperoleh kesempatan tampil di gedung kesenian bergengsi John F Kennedy Center for the Performing Arts di Washington DC.
Selain itu, pemenang berhak atas hadiah 2.000 dollar AS atau sekitar Rp 28 juta. Program ini terbuka untuk pemusik tunggal dan juga kelompok dari semua genre dan instrumen musik.