Bianti Bag, produsen dan merek tas Nusantara, meluncurkan 1.600 produk tas yang menjadi koleksi perdananya, Sabtu (3/8/2019). Tas terdiri atas 16 jenis dengan beragam desain dan material. Setiap tas dipercantik dengan aksesori berlapis emas.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Industri tas perempuan semakin bergairah dengan munculnya Bianti Bag, produsen dan merek tas Nusantara yang meluncurkan 1.600 koleksi tas perdananya, Sabtu (3/8/2019). Di samping mengangkat bahan Nusantara, Bianti Bag juga mengusung konsep pemberdayaan perajin dengan melibatkan perajin dalam proses produksi.
Bianti Bag meluncurkan 16 jenis koleksi tas dengan beragam desain dan material yang berbeda. Setiap tas dipercantik dengan aksesori berlapis emas. ”Di koleksi pertama ini, semua koleksi tas dari Bianti Bag berlapis emas 18-22 karat,” ujar desainer Bianti Bag, Ferry Yuliana, dalam acara peluncuran Bianti Bag di Plataran Borobudur Resort and Spa di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (3/8/2019).
Semua koleksi tas dari Bianti Bag ini dibuat dengan mengacu pada tiga prinsip, yaitu berkualitas premium, terbuat dari bahan-bahan natural atau alami, dan dibuat di usaha rumahan. Pemakaian lapisan ini, menurut dia, untuk menonjolkan konsep premium tersebut.
”Dengan memakai tambahan lapisan ini, konsumen pun nantinya benar-benar yakin bahwa Bianti Bag betul-betul produk tas premium sehingga nantinya mereka juga bisa memahami dan menerima harga yang kami tawarkan,” katanya.
Dengan memakai tambahan lapisan ini, konsumen pun nantinya benar-benar yakin bahwa Bianti Bag betul-betul produk tas premium.
Bianti Bag dengan berbagai ukuran ditawarkan dengan harga Rp 300.000 hingga Rp 2,5 juta per buah. Adapun aksesori di tas yang dilapis emas, antara lain, ada di rantai tas, pengait tali tas, dan lempengan logam penanda merek.
Kendati demikian, lapisan emas tidak menjadi ciri khas Bianti Bag. Dalam koleksi selanjutnya, Ferry mengatakan, pihaknya akan memakai jenis bahan lain, seperti nikel ataupun kayu. ”Jenis kayu tertentu bahkan bernilai lebih mahal dibandingkan lapisan emas,” ujarnya.
Adapun konsep homemade dan natural dilakukan dengan memakai bahan-bahan alami, seperti rotan, serta pelibatan kelompok perempuan perajin untuk membuatnya. Sekitar 80 pengerjaan tas dilakukan manual, tanpa mesin. Agar produknya sesuai standar, setiap perajin mendapatkan pelatihan terlebih dahulu selama dua bulan.
Bianti Bag adalah produk tas yang dibuat Ferry bekerja sama dengan Tantri Onny Bianti, tokoh pengusaha pemilik klinik kecantikan Natasha Skin Care. Produk perdana kali ini sudah mulai dirancang sejak tahun lalu.
Dalam satu tahun, Bianti Bag diproduksi dalam dua musim. Di tiap musim akan diluncurkan 12-15 koleksi tas dalam jumlah terbatas. Tas ini pun hanya bisa ditemui dan dibeli di gerai Natasha Skin Care.
Produk Bianti Bag yang diluncurkan kali ini menggunakan bahan rotan, tenun, kulit, dan sebagian lainnya berbahan rajutan. Variasi bahan akan terus dilakukan tanpa berfokus pada material tertentu. ”Ke depan, kami berkeinginan agar bisa menggunakan semua jenis kain yang ada di Nusantara,” ujarnya.
Tantri Onny Bianti mengatakan, ide membuat tas ini bermula dari kebiasaannya yang suka mengoleksi tas. Belakangan, karena mengetahui sejumlah merek tas di Eropa mulai menggunakan bahan rotan, dia pun tergerak untuk membuat produk tas berbahan rotan. ”Indonesia sendiri punya rotan. Jadi, kenapa kita harus membeli tas rotan yang diproduksi di negara lain?” katanya.
Selain itu, dengan memproduksi tas ini, pihaknya bisa menjalankan fungsi sosial, yaitu memperdayakan kelompok perempuan perajin. Para perajin ditingkatkan kemampuannya melalui serangkaian pelatihan. Dengan demikian, mereka punya kesempatan mengembangkan usaha sendiri.
Dalam produk perdana kali ini, Bianti Bag menggunakan bahan-bahan dan melibatkan tenaga perajin dari Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo, DIY. Namun, dengan komitmen untuk memakai beragam material dan menjalankan fungsi pemberdayaan tersebut, Bianti Bag nantinya akan memakai bahan-bahan khas dari banyak tempat dan akan melibatkan banyak perajin dari daerah di seluruh penjuru Nusantara.