”Outsider Artpreneur” Diluncurkan
Bidang kanvas besar itu seperti dilahap dengan cepatnya. Anfield Wibowo (14) melukis dua putri imajiner di kanvasnya tak lebih dari 30 menit. Seusai melukis, ia tersenyum lepas dan gembira.
Anfield dengan karunia asperger disertai kesulitan wicara dan mendengar tidak sedikit pun mengalami hambatan untuk mengekspresikan diri dengan melukis. Di sisi lainnya, sebanyak tujuh orang lainnya asyik melukis di atas kanvas luas yang terbentang di atas lantai.
Mereka dengan karunia sebagian besar berspektrum autisme melukis di atas kanvas berukuran 10 meter kali 2,6 meter. Di kanvas tersebut, Anfield sudah menyelesaikan sebuah lukisannya, lalu beralih ke kanvas individualnya.
Di kanvas besar yang tergelar di lantai, peserta lainnya, Aqillurachman Prabowo (14), asyik melukis unsur dekoratif dengan figur banyak mata. Ia disleksia yang mengalami kesulitan menulis dan membaca.
Aqil seperti Anfield, sama sekali tak terhambat untuk melukis. Di dekat Aqil, Audrey Angesti yang tumbuh menjadi seorang gadis itu juga sedang melukis di kanvas yang sama.
Audrey melukis figur seorang putri. Tarikan garisnya spontan. Di usia dua tahun Audrey didiagnosis muscle tone rendah, praxis problem, motor planning issues, dan keterbatasan kapasitas emosional sebagai sebagian dari karakteristik autistik MSDD Type C. Namun, Audrey tidak kesulitan menuangkan imajinasinya secara visual.
Masih di kanvas yang terbentang luas di lantai, seorang pemuda Bima Ariasena Adisoma dengan spektrum autisme sedang asyik melukis abstrak. Ari dalam gerak keseharian sedikit kaku, tetapi ketika melukis itu mampu menghilangkan kekakuan geraknya. Ia melukis corak abstrak.
Daya Olivia Korompis dengan spektrum autisme lainnya pun sedang melukis bunga. Daya selalu tersenyum, tampak sekali sangat menyukai aktivitas melukisnya saat itu.
Dwi Putro Mulyono (56) atau akrab disapa Pakwi melukis di dekat Daya. Dengan karakter warna dasar dan goresan yang bebas, Dwi Putro melukis sosok perempuan. Dwi Putro memiliki karunia gangguan mental secara organik. Setiap waktu ia menikmati aktivitas melukisnya.
Di sudut kanvas luas itu tampak Oliver Adivarman Wihardja yang mulai tumbuh remaja juga sedang melukis corak abstrak. Ia juga berkarunia spektrum autisme, menyukai aktivitas melukis dengan menggoreskan warna melalui sapuan kuas atau rol.
Raynaldy Halim dengan karunia autisme tak kalah uniknya dalam melukis corak abstrak. Jika Oliver melukisnya dengan goresan atau rol cat, Raynaldy dengan cara menuang-nuangkan cat ke atas kanvas. Cipratan catnya membentuk nuansa yang unik.
”Ini mirip gaya Jackson Pollock,” ujar seniman Hanafi, mentor kegiatan tersebut yang dibingkai sebagai Workshop Outsider Artpreneur.
Kegiatan melukis bersama itu melibatkan delapan peserta dari sembilan peserta yang dijadwalkan. Hana Alfikih atau akrab disapa Hana Madness berhalangan hadir karena sedang mengikuti pameran di St Helen, Inggris.
Outsider Artpreneur
Melewati sebuah proses melukis bersama di Ciputra Artpreneur Jakarta, 6-7 Agustus 2019, itu program Outsider Artpreneur diluncurkan. Program ini gabungan konsep outsider art, seni yang masih tergolong marjinal, dan entrepreneur atau kewirausahaan.
Outsider Artpreneur merupakan program performatif karya-karya outsider art dan kewirausahaan ditujukan untuk menunjang keberlangsungannya. Ini digagas untuk yang pertama kali dan dirancang sebagai agenda dua tahunan atau bienial.
Para pesertanya anak berkebutuhan khusus neurologis, seperti spektrum autisme, bipolar, dan skizofrenia. Delapan orang sebagai peserta utama dalam Workshop Outsider Artpreneur itu melukis bersama mentor seniman profesional Hanafi, Farhan Sikki, Rob Pearce asal Inggris, dan Henryette Louise.
”Keberlanjutan program Outsider Artpreneur ini akan diselenggarakan dua tahun sekali. Selain untuk mencapai kebaruan-kebaruan, juga dipersiapkan untuk berskala internasional,” kata Presiden Direktur Ciputra Artpreneur Rina Ciputra, Selasa (6/8/2019), di sela-sela Workshop Outsider Artpreneur.
Outsider Artpreneur ke depan digagas berskala internasional, setidaknya mencakup wilayah regional Asia Pasifik. Menurut Rina, untuk penyelenggaraan berikutnya ingin mendatangkan karya-karya outsider art, misalnya dari Singapura, Malaysia, atau Jepang.
Outsider art masih sulit ditemukan padanan istilahnya dalam bahasa Indonesia. Ini diakui seorang pengamat seni rupa outsider art sekaligus kurator Outsider Artpreneur Jean Couteau asal Perancis yang kini menetap di Bali.
Jika ingin dicari padanan katanya, Couteau sependapat dengan padanan istilah ”seni liyan”. Seni liyan sebagai padanan outsider art atau art brut itu merupakan perluasan konsep seni rupa modern yang memiliki sejarah menarik.
”Kini art brut atau outsider art telah berkembang menjadi fenomena internasional. Museum-museum untuk jenis karakter seni tersebut sudah banyak dibuka di sejumlah negara,” ujar Couteau.
”Pasung Kapal Lepas”
Outsider Artpreneur sendiri akan diselenggarakan pada 27 Agustus sampai 8 September 2019 di Ciputra Artpreneur Jakarta. Kegiatan ini mengusung tema ”Pasung Kapal Lepas”.
”Tema ini ingin mengajak kita semua untuk melepas pasung bagi siapa saja, terutama bagi anak-anak kita yang memiliki karunia kebutuhan khusus,” ujar Hanafi.
Hanafi melalui Workshop Outsider Artpreneur ingin menggali kemurnian para peserta dalam mengekspresikan diri lewat kanvas lukisan. Aktivitas ini sebagai bentuk metafora melepas pasung.
”Bidang kanvas yang luas dan dilukisi para peserta itu nanti menjadi layar instalasi seni kapal lepas,” ujar Hanafi, yang juga melibatkan perupa Rob Pearce asal Inggris, Farhan Sikki, dan Henryette Louise, untuk menjadi mentor di dalam Workshop Outsider Artpreneur.
Outsider Artpreneur akan menghadirkan sedikitnya 100 karya seni rupa sembilan peserta utama peserta workshop, yang diimbuhi karya dari beberapa sekolah anak berkebutuhan khusus Daya Pelita Kasih, Abhyakta, dan Hadiprana Art Class.
Publik diperkenankan mengapresiasi karya-karya tersebut melalui beberapa lelang, baik secara terbuka maupun tertutup. Lelang karya ini diwujudkan sebagai bentuk kewirausahaan untuk menunjang keberlangsungan karya-karya outsider art atau seni liyan ini.