Sebagian besar masyarakat yang bekerja di Jakarta menghadapi dilema terkait dengan harga tempat tinggal dan kemacetan.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·5 menit baca
Sebagian besar masyarakat yang bekerja di Jakarta menghadapi dilema terkait dengan harga tempat tinggal dan kemacetan. Di satu sisi, harga rumah di dalam Kota Jakarta semakin mahal sehingga warga harus tinggal jauh dari tempat kerjanya. Di sisi lain, jarak yang jauh antara rumah dan tempat bekerja membuat mereka memerlukan banyak waktu untuk perjalanan karena kemacetan Jakarta yang parah.
Semakin jauh jarak yang harus ditempuh seseorang dari rumah ke tempat kerja membuat semakin besarnya pengeluaran untuk biaya transportasi. Kelelahan dalam perjalanan juga membuat produktivitas dalam bekerja menurun. Waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat ikut menjadi semakin sempit.
Kegelisahan jutaan warga itu mulai dipahami oleh sebagian pengembang perumahan. Pengembang tetap membangun perumahan jauh dari Jakarta karena harga tanah tidak dapat dikendalikan dan ketersediaan tanah juga semakin terbatas.
Namun, mereka mendekatkan diri dengan jaringan kereta rel listrik (KRL) untuk mengatasi masalah transportasi ke pusat Kota Jakarta. Bahkan, ada pengembang yang mau membangun stasiun untuk meningkatkan akses KRL di kawasan mereka. KRL menjadi idola karena efektif, relatif cepat, murah, dan memiliki jadwal perjalanan yang pasti.
Dua pekan lalu, Metland yang menjadi pengembang perumahan di Cibitung, Bekasi, tidak hanya mendekatkan kawasan perumahannya ke jaringan rel, tetapi juga membangun Stasiun Metland Telaga Murni. Stasiun yang dibangun di lahan seluas 2.051 meter persegi, dengan dana Rp 51 miliar, itu kemudian dihibahkan ke Kementerian Perhubungan.
Presiden Direktur PT Metropolitan Land Tbk Thomas J Angfendy mengatakan, pembangunan stasiun itu meningkatkan akses penduduk di kawasan tersebut ke Bekasi dan Jakarta. Pada Juli 2019, jumlah penumpang yang menggunakan stasiun tersebut sudah mencapai 50.000 orang.
Senjata pemasaran
Bagi Metland, Stasiun Telaga Murni itu menjadi senjata baru dalam pemasaran karena lokasi stasiun yang berada di dalam jalan utama perumahan. Keberadaan transportasi umum akan memperluas jangkauan pembeli perumahan dan pasti ikut menaikkan harga jual rumah.
”Pembeli kami yang semula hanya terbatas dari area Cibitung, kini meluas sampai Bekasi dan Jakarta. Ada beberapa pedagang di Mangga Besar yang ikut membeli rumah di sini karena adanya stasiun ini. Harga rumah juga pasti terdongkrak karena ada kemudahan akses,” kata Thomas.
Keberadaan stasiun juga memudahkan Metland untuk menjual rumah-rumah baru yang akan mereka bangun. Stasiun akan diintegrasikan dengan terminal bus yang akan dibangun di dekatnya. Beberapa fasilitas perdagangan, wisata air, dan kuliner juga akan dibangun di dekat stasiun.
”Integrasi stasiun dan terminal akan sangat membantu pergerakan warga ke berbagai arah dan dapat mengurangi kemacetan. Kawasan itu juga akan menarik dengan hadirnya beberapa fasilitas perdagangan dan wisata,” kata Wahyu Sulistio, Direktur Metland.
Saat peresmian stasiun tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, langkah pengembang dalam membangun stasiun KRL merupakan langkah yang cerdik karena dapat meningkatkan akses ke perumahan yang dikembangkannya. Langkah itu akan membuat banyak pembeli mempertimbangkan untuk membeli rumah di perumahan tersebut karena kemudahan akses ke berbagai arah.
”KRL merupakan salah satu moda transportasi umum yang paling efektif dan dapat menjangkau berbagai lokasi di Jabodetabek. Jika ada stasiun di suatu kawasan perumahan, akses perumahan itu menjadi sangat bagus. Di sisi lain, warga sekitar perumahan juga akan terbantu dengan keberadaan stasiun itu. Pemerintah juga terbantu karena stasiun tersebut mengurangi jumlah penduduk yang menggunakan kendaraan pribadi,” kata Budi Karya.
Membangun ulang
Pengembang lain yang membangun stasiun KRL adalah Sinarmas Land yang membangun ulang Stasiun Cisauk di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang. Dengan konsep transit oriented development (TOD), stasiun seluas 11.440 meter persegi itu diintegrasikan dengan terminal bus BSD Link dan pasar modern intermoda BSD melalui jembatan layang atau skywalk sepanjang 350 meter.
”Terminal bus dan Pasar Modern yang terintegrasi dengan Stasiun Cisauk ini merupakan awal dari rencana pengembangan kawasan Intermoda BSD City yang sudah dijalankan,” kata Dhony Rahajoe, Managing Director President Office Sinarmas Land, beberapa waktu lalu.
Di kawasan BSD terdapat tiga stasiun KRL, yaitu Stasiun Rawa Buntu, Stasiun Serpong, dan Stasiun Cisauk. Kawasan di sekitar Stasiun Rawa Buntu dan Stasiun Serpong sudah terbangun dengan baik. Sedangkan kawasan di sekitar Stasiun Cisauk ke arah barat dan utara sedang dikembangkan oleh Sinarmas Land.
Di Cisauk, selain perumahan yang dikembangkan oleh Sinarmas Land, terdapat juga Kampus Universitas Katolik Atma Jaya dan Apartemen Serpong Garden yang menurut rencana akan dibuat terhubung dengan Stasiun Cisauk. Bagi apartemen tersebut, keterhubungan dengan Stasiun Cisauk juga menjadi bahan jualan utama.
Stasiun Cisauk juga dekat dengan mal AEON, mal The Breeze, kawasan pusat konvensi dan pameran ICE BSD, Universitas Prasetya Mulya, Astra Biz Center, dan mal QBig BSD City. Dengan bus BSD Link, pusat-pusat kegiatan itu lebih mudah dijangkau oleh para pengguna KRL yang turun di Stasiun Cisauk.
Bus BSD Link yang terminalnya terintegrasi dengan Stasiun Cisauk juga memudahkan warga BSD menuju ke perumahan masing-masing. Akses yang lebih baik di internal wilayah BSD dan keluar atau masuk wilayah BSD melalui Stasiun Cisauk membantu meningkatkan daya jual perumahan di kawasan itu.
Di Parungpanjang, tiga perumahan dibangun di dekat Stasiun Parungpanjang. Ketiganya adalah The River, Sentraland, dan Forest Hill. Pengembang dari ketiga perumahan itu tidak membangun Stasiun Parungpanjang. Namun, pengembang Sentraland dan Forest Hill membangun jalan akses yang menyatukan perumahan mereka dengan stasiun.
”Integrasi dengan Stasiun Parungpanjang merupakan salah satu poin keunggulan kami. Pembeli dapat menuju ke Stasiun Tanah Abang yang merupakan pusat kota Jakarta hanya dalam waktu 45 menit. Kami membangun akses jalan langsung ke perumahan untuk memudahkan warga di perumahan kami menuju ke stasiun atau kembali ke rumah mereka,” kata Steve Suryadinata, Direktur Pelaksana Forest Development.